Mohon tunggu...
Fransisca Dafrosa
Fransisca Dafrosa Mohon Tunggu... Lainnya - Guru

saya orang yang sedang belajar menulis Fiksiana.Humaniora.Lyfe

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cinta dan Mesin Cuci

18 Agustus 2024   00:23 Diperbarui: 18 Agustus 2024   00:43 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di sebuah apartemen kecil di sudut kota, Arman dan Nisa, sepasang pengantin baru, sedang terlibat dalam diskusi yang tampaknya sepele namun semakin memanas. Mereka baru saja pindah ke rumah baru mereka, dan di antara barang-barang yang harus dibeli, mesin cuci adalah salah satu yang paling mendesak. Namun, siapa sangka memilih mesin cuci bisa menjadi topik yang sangat krusial?

"Front loading itu lebih hemat air dan lebih modern, Arman," kata Nisa sambil menunjukkan brosur mesin cuci di tangannya. "Lagi pula, mesinnya tidak membuat pakaian cepat rusak."

"Tapi top loading lebih praktis," balas Arman. "Kita bisa menambah pakaian kapan saja kalau ada yang ketinggalan, dan tidak perlu membungkuk untuk memasukkan atau mengeluarkan cucian."

Nisa mengerutkan alisnya. "Tapi bukankah kita harus berpikir panjang ke depan? Front loading itu lebih efisien dalam jangka panjang. Lagipula, sekarang ini banyak yang beralih ke front loading."

"Aku tetap merasa top loading lebih cocok buat kita," jawab Arman dengan nada keras kepala. "Kita tidak perlu mengikuti tren, yang penting nyaman."

Perdebatan ini berlanjut selama beberapa menit. Mereka saling mengeluarkan argumen, dan tidak ada tanda-tanda salah satu dari mereka akan mengalah.

Dua hari sebelumnya

Nisa dan Arman baru saja pulang dari bulan madu mereka di Bali. Segalanya terasa begitu sempurna. Matahari terbenam di pantai, makan malam romantis di tepi laut, dan janji-janji manis yang mereka ucapkan kepada satu sama lain. Di hari-hari itu, hidup terasa begitu indah dan tanpa beban. Namun, begitu mereka kembali ke kehidupan sehari-hari, kenyataan mulai menyapa.

Pagi itu, Nisa sedang membuka-buka katalog elektronik di dapur ketika Arman keluar dari kamar dengan setelan kantor yang rapi. "Kamu mau sarapan?" tanya Nisa tanpa mengangkat pandangan dari katalog.

"Aku sudah makan tadi di perjalanan. By the way, apa yang kamu lihat?" Arman menghampiri Nisa dan melihat ke layar laptop di depannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun