Mohon tunggu...
Fransisca Dafrosa
Fransisca Dafrosa Mohon Tunggu... Lainnya - Guru

saya orang yang sedang belajar menulis Fiksiana.Humaniora.Lyfe

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kebaikan Kecil yang Mengubah Nasib Kota

16 Agustus 2024   12:40 Diperbarui: 16 Agustus 2024   12:52 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi itu, mentari terbit dengan malu-malu dari balik awan kelabu. Kota kecil di pinggir laut itu baru saja tertidur pulas setelah semalaman diguyur hujan. Jalanan basah dan berbau tanah menyambut langkah-langkah para warga yang memulai aktivitas mereka. Di antara keramaian itu, seorang pria tua berjalan tertatih dengan seragam lusuhnya. Wajahnya dipenuhi keriput dan garis-garis kelelahan, namun mata sayunya menyiratkan keteguhan hati. Dia adalah Pak Amran, tukang sampah yang sudah puluhan tahun setia mengabdikan diri pada kebersihan kota.

Namun, tidak ada yang tahu bahwa di balik kesederhanaannya, Pak Amran adalah seorang pahlawan. Sebelum kita masuk ke kisah heroik yang akan membuat siapapun tercengang, mari kita mulai dari akhirnya.

Epilog

Pak Amran duduk di kursi goyangnya, memandangi laut yang tenang di kejauhan. Di sebelahnya, ada sebuah penghargaan dari wali kota yang tertulis dengan huruf besar: *"Penghargaan untuk Jasa Pahlawan Lingkungan"*.

"Dulu, tak pernah terbayang aku akan mendapatkannya," gumam Pak Amran pelan, senyumnya mengembang tipis.

Seorang anak kecil berlari menghampiri Pak Amran dengan sebuah buku bergambar di tangannya. "Kakek, kakek! Ceritakan lagi bagaimana kakek bisa jadi pahlawan!"

Pak Amran terkekeh, mengusap kepala cucunya dengan sayang. "Ah, kisah itu sudah kakek ceritakan berkali-kali. Tapi baiklah, untukmu, kakek akan cerita sekali lagi."

Anak itu duduk di pangkuan Pak Amran, matanya berbinar penuh antusias. Pak Amran pun mulai bercerita, membiarkan ingatannya kembali ke masa lalu.

Maret, Dua Tahun yang Lalu

Hujan baru saja reda ketika Pak Amran bergegas keluar dari rumahnya yang sederhana di pinggir kota. Pagi itu seperti biasa, dia siap menjalankan tugasnya sebagai tukang sampah. Namun, ada sesuatu yang berbeda di hatinya. Entah kenapa, hari itu ia merasa ada yang aneh di udara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun