Mohon tunggu...
Fransisca Dafrosa
Fransisca Dafrosa Mohon Tunggu... Lainnya - Guru

saya orang yang sedang belajar menulis Fiksiana.Humaniora.Lyfe

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ondel-ondel: Ikon Budaya Betawi dalam Ancaman Pengamen Keliling

22 Juni 2023   14:30 Diperbarui: 22 Juni 2023   14:33 1594
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://id.pinterest.com/pin/29062360069982016/

Ondel-ondel, salah satu ikon budaya Betawi, telah menjadi daya tarik wisata yang tak terbantahkan di Jakarta. Keberadaan ondel-ondel memberikan keunikan dan kekayaan budaya lokal bagi masyarakat setempat dan para wisatawan baik domestik maupun mancanegara. Namun, sayangnya, muncul pemandangan yang cukup mengganggu dan memprihatinkan yaitu adanya pengamen ondel-ondel keliling.

Pertama-tama, perlu dipahami bahwa ondel-ondel adalah bagian tak terpisahkan dari identitas budaya Betawi. Ondel-ondel  dirancang secara artistik, dihiasi dengan warna-warni cerah, dan dianggap sebagai simbol pelindung serta pembawa keberuntungan dalam tradisi Betawi. Namun, kehadiran pengamen ondel-ondel keliling dari gang ke gang atau bahkan di jalan raya telah mengubah pandangan masyarakat terhadap ikon budaya tersebut.

Para pengamen ondel-ondel menggunakan ondel-ondel sebagai alat untuk menarik perhatian dan menghibur orang-orang di jalanan, dengan harapan mendapatkan sumbangan atau uang dari mereka. Mereka sering kali menggunakan lagu-lagu populer yang diaransemen ulang agar terdengar lebih menghibur. Hal ini mengubah esensi musik dan lagu tradisional yang seharusnya mengiringi ondel-ondel. Hasilnya, keaslian dan keunikan budaya Betawi terdistorsi dan menjadi hanya sekadar alat hiburan jalanan yang biasa. Praktik ini telah melenceng dari makna asli ondel-ondel dan menghilangkan esensi budaya yang seharusnya dijunjung.

Ironisnya, pengamen ondel-ondel sering kali mengabaikan nilai budaya dan estetika yang seharusnya melekat pada ondel-ondel. Berdasarkan pengalaman pribadi saat melihat pengamen ondel-ondel masuk ke gang daerah rumah di seputaran Cempaka Putih, saya merasa mereka tidak memperhatikan pemeliharaan yang baik terhadap boneka tersebut, membiarkannya  kotor dan tidak terawat, mengabaikan keindahannya dan merusak citra budaya Betawi. Ini adalah pengabaian yang patut disayangkan karena ondel-ondel seharusnya menjadi simbol warisan budaya yang indah dan berharga malah menjadi objek yang terlantar dan merusak citra budaya Betawi itu sendiri.

Dampak negatifnya tidak hanya terlihat pada kehilangan warisan budaya, tetapi juga dalam menyajikan gambaran yang salah kepada generasi muda. Pengamen ondel-ondel keliling ini menggiring persepsi bahwa ondel-ondel hanya berfungsi sebagai alat penghasil uang semata, tanpa memperhatikan nilai-nilai sejarah dan budaya yang ada di baliknya. Generasi muda yang melihat praktik ini mungkin tidak akan menghargai dan memahami kekayaan budaya lokal mereka dengan benar.

Pengamen ondel-ondel keliling adalah perwujudan kompleksitas sosial dan ekonomi di masyarakat. Sementara beberapa individu menggunakan ondel-ondel sebagai sumber penghidupan mereka, pengamen ondel-ondel secara keseluruhan sering kali mengabaikan pemeliharaan yang baik terhadap ondel-ondel dan mengubah esensi budaya yang seharusnya dijunjung.
Kita harus menyadari bahwa ondel-ondel adalah jendela menuju sejarah dan kebudayaan yang kaya. Oleh karena itu untuk mempertahankan keaslian dan keunikan budaya Betawi, penting bagi pemerintah, komunitas lokal, dan masyarakat secara keseluruhan bekerja sama dalam mempromosikan pemeliharaan yang baik terhadap ondel-ondel, serta mengedukasi generasi muda agar bisa menghargai dan memahami warisan budaya kita.

Langkah-langkah yang dapat diambil untuk memastikan kelangsungan budaya yang kaya ini seperti:

1. Peningkatan Kesadaran: Penting untuk memulai dengan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pemeliharaan ondel-ondel sebagai bagian dari warisan budaya kita. Dapat dilakukan melalui kampanye publik, seminar, dan diskusi komunitas yang melibatkan para ahli budaya, tokoh masyarakat, dan pemilik ondel-ondel.

2. Kerja sama Pemerintah dan Komunitas Lokal
: Pemerintah daerah dan komunitas lokal harus bekerja sama dalam menyusun program pemeliharaan ondel-ondel. Hal ini dapat melibatkan pendirian pusat pemeliharaan ondel-ondel, pelatihan pengrajin ondel-ondel, insentif bagi pemilik ondel-ondel yang menjaga keaslian dan keindahan boneka tersebut, dan juga memberikan pelatihan serta dukungan kepada para pengamen ondel-ondel keliling  untuk menjaga dan memperbaiki ondel-ondel mereka.

3. Pendidikan Budaya di Sekolah: Pendidikan tentang budaya lokal, termasuk ondel-ondel, harus menjadi bagian integral dari kurikulum sekolah. Ini dapat dilakukan melalui pengenalan, kunjungan ke tempat-tempat bersejarah, dan kegiatan seni yang melibatkan ondel-ondel. Pendidikan budaya akan membantu generasi muda memahami dan menghargai warisan budaya kita.

4. Festival Budaya: Mengadakan festival budaya yang melibatkan ondel-ondel dapat menjadi platform yang efektif untuk mempromosikan pemeliharaan dan memperkenalkan ondel-ondel kepada masyarakat. Festival ini dapat menampilkan pertunjukan ondel-ondel, lokakarya pembuatan ondel-ondel, dan kegiatan edukatif yang menyenangkan.

5. Kolaborasi dengan Seniman dan Desainer: Melibatkan seniman dan desainer lokal dalam pemeliharaan ondel-ondel dapat memberikan sentuhan kreatif yang segar bahkan para pengamen ondel-ondel keliling pun bisa dilibatkan. Kolaborasi ini dapat menghasilkan pengembangan desain baru yang tetap menghormati tradisi, sambil memperbarui tampilan ondel-ondel untuk menarik minat generasi muda.

Pemeliharaan ondel-ondel dan mengedukasi generasi muda adalah tanggung jawab kita untuk menjaga keberlanjutan budaya dan identitas lokal. Langkah tersebut sebagai upaya bersama agar kita dapat mengembalikan kehormatan dan keaslian ondel-ondel sebagai simbol budaya yang berharga, melindungi warisan budaya, dan menjaga keberlanjutannya bagi generasi mendatang untuk masa depan yang lebih baik. Kita harus memastikan bahwa generasi mendatang akan menghargai dan memahami warisan budaya bangsa dengan sepenuh hati.

Dirgahayu Jakarta, semoga semakin maju dan terus maju!!

* Fransisca Dafrosa, seorang guru yang sedang belajar menulis.

Dokpri
Dokpri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun