Mohon tunggu...
Fransisca Dafrosa
Fransisca Dafrosa Mohon Tunggu... Lainnya - Guru

saya orang yang sedang belajar menulis Fiksiana.Humaniora.Lyfe

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Waspada Fenomena Roleplay: Antara Kreativitas dan Keamanan Anak-anak

20 Juni 2023   11:15 Diperbarui: 20 Juni 2023   11:28 345
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://pixabay.com/illustrations/character-art-character-scifi-7971236/

Fenomena roleplay telah menjadi semakin populer di kalangan anak-anak belakangan ini. Aktivitas ini melibatkan anak-anak dalam bermain peran dan mengasah kreativitas mereka dalam menciptakan karakter, cerita, dan situasi yang menarik. Namun, seperti halnya dengan segala aktivitas di dunia maya, perlu ada kewaspadaan terhadap dampak dan potensi risiko yang terkait. Di satu sisi, roleplay dapat menjadi sarana yang luar biasa untuk anak-anak untuk mengembangkan kreativitas, imajinasi, dan keterampilan sosial. Mereka dapat memainkan peran yang berbeda dan belajar memecahkan masalah, berkomunikasi, dan bekerja sama dalam dunia maya yang aman dan terkendali. Namun, di sisi lain, roleplay juga dapat menghadirkan ancaman terhadap keamanan anak-anak.

Apa Sebenarnya Roleplay?
Roleplay merupakan permainan yang dilakukan secara online melalui media sosial dengan menirukan idola seperti member K-Pop, anime, artis Hollywood, ataupun artis lain dalam segi sikap, cara bicara, serta aktivitas keseharian secara detail. Pemain roleplay biasanya harus bisa berakting tanpa mengungkap jati diri yang sebenarnya.

Roleplay biasa dimainkan anak-anak di media sosial seperti Twitter, Telegram, Instagram, Line, bahkan Tiktok. Untuk bisa bermain roleplay ada aturan main yang harus diperhatikan dan diikuti:
1. Tentukan idola atau aktor/aktris yang ingin ditiru.
2. Buat akun di media sosial.
3. Gunakan nama dan foto idola yang sudah ditentukan untuk ditiru.
4. Temukan grup di media sosial agar bisa  mempromosikan akun dan mendapatkan teman.
5. Perkenalkan diri sesuai dengan idola yang dipilih untuk ditiru dalam grup media sosial.
6. Berinteraksilah dengan sesama teman roleplay di dalam grup.
7.  Tidak diperbolehkan mengungkap jati diri terutama informasi pribadi baik di dunia maya atau nyata.
8. Kita bisa memilih mau menjadi IC (In Character) mirip dengan idola, atau OOC (Out of Character) hanya menggunakan nama idola dengan karakter yang berbeda.
9. Kita menjalankan kebiasaan sesuai dengan apa yang dilakukan idola yang dipilih untuk ditiru.

Walaupun permainan tersebut tampak sederhana namun, dalam beberapa kasus, anak-anak dapat terjebak dalam peran yang tidak sehat atau terlibat dalam interaksi yang tidak pantas dengan orang asing. Maka sebagai orang tua atau orang dewasa kita perlu bersikap sebagai bentuk kewaspadaan terhadap keamanan dan kesejahteraan anak-anak.

1. Pengawasan dan Pembatasan Waktu:
Perhatian orang tua sangat penting dalam mengawasi kegiatan roleplay anak-anak. Tetapkan batasan waktu yang wajar untuk bermain roleplay, dan pastikan anak-anak tidak menghabiskan terlalu banyak waktu di dunia virtual. Monitor interaksi anak dengan pemain lain dan lingkungan permainan untuk memastikan pengalaman yang aman dan sesuai dengan usia mereka.

2. Privasi dan Keamanan Daring:
Ajarkan anak-anak tentang pentingnya menjaga privasi dan keamanan pribadi mereka saat bermain roleplay. Beritahu mereka untuk tidak membagikan informasi pribadi yang sensitif seperti nama lengkap, alamat, nomor telepon, atau sekolah kepada orang asing. Selain itu, dorong mereka untuk menggunakan nama pengguna yang tidak mengidentifikasi diri mereka secara pribadi dan untuk menggunakan kata sandi yang kuat.

3. Edukasi tentang Konten dan Etika:
Ajarkan anak-anak tentang konten yang tepat dan tidak pantas dalam permainan roleplay. Diskusikan dengan mereka tentang nilai-nilai etis, menghormati pemain lain, dan membatasi perilaku yang tidak pantas atau merugikan. Dorong mereka untuk melaporkan perilaku yang mencurigakan atau tidak pantas kepada orang dewasa yang mereka percayai.

4. Komunikasi Terbuka:
Penting untuk membangun komunikasi terbuka dengan anak-anak mengenai permainan roleplay yang mereka mainkan. Ajak mereka untuk berbicara tentang pengalaman mereka, karakter yang mereka mainkan, dan orang-orang yang mereka temui dalam permainan. Dukung mereka untuk berbagi kekhawatiran atau pengalaman yang mungkin membuat mereka tidak nyaman. Jangan ragu untuk menjawab pertanyaan mereka dan memberikan bimbingan yang sesuai.

5. Pemilihan Permainan yang Sesuai:
Pilihlah permainan roleplay yang sesuai dengan usia dan kematangan anak-anak. Pastikan permainan tersebut memiliki filter dan pengaturan privasi yang memadai. Periksa ulasan dan rekomendasi permainan dari sumber yang terpercaya sebelum membiarkan anak-anak bermain.

6. Pengembangan Keterampilan Kritis:
Ajarkan anak-anak untuk menjadi kritis terhadap apa yang mereka temui dalam permainan roleplay. Dorong mereka untuk mempertanyakan informasi yang diberikan, memahami konsekuensi dari tindakan dalam permainan, dan mengembangkan keterampilan pemecahan masalah. Hal ini akan membantu mereka menghadapi situasi yang mungkin rumit atau menantang dalam permainan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun