Dynand bahkan sempat disidang anggota dewan (Dewan Perwakilan Rakyat Daerah). Dia tak pernah lupa, menjelang pelaksanaan JFC ketiga, ia dipanggil oleh anggota DPRD Jember. Waktu itu, seminggu menjelang pelaksanaan JFC. DPRD menyatakan keberatan penyelenggaraan JFC. Mereka menuduh Dynand membawa budaya asing yang merusak anak-anak muda Jember. Saat menceritakan penolakan orang-orang dewan Dynand tampak emosi. Suaranya bergetar, dan kelopak matanya digenangi air.
Dynand tak mau menyerah. Ia meminta waktu kepada orang-orang dewan untuk menyaksikan karnaval sebelum mereka menilai dan memutuskan. Pimpinan sidang setuju. Dynand langsung menyiapkan segala fasilitas untuk menjamu semua anggota dewan. "Pada saat itu aku pasangin tenda, semua anggota dewan datang dan mereka melihat. Aku juga minta mereka menulis apakah JFC perlu diteruskan atau tidak," kata Dynand.
Esoknya, hampir semua koran, baik lokal maupun nasional menulis dengan nada simpatik dan positif JFC. Gelaran itu dianggap sukses dan menumbuhkan iklim kreatif anak-anak muda Jember. Nama Dynand dielu-elukan banyak orang. Sosoknya dianggap menginspirasi. Sepanjang 1,8 kilometer parade, banyak orang menyalaminya. Namun, di tengah kegembiraan itu, tiba-tiba Dynand mengalami situasi yang tidak mengenakkan. Ketika membalas uluran tangan dari seseorang untuk bersalaman, tiba-tiba tangannya ditarik, kemudian ia diludahi. Dynand sempat sedih, syok dengan kejadian ini. Tetapi ia tidak berminat mengejar orang yang melecehkannya dan memperkarakannya. Peristiwa itu dianggap sebagai ujian yang harus dia terima dengan dada lapang.
Tahun ke 15 JFC semakin kokoh menjadi icon Kota Jember. Para pelancong berdatangan dari mana-mana. Aku sempat ngobrol dengan tamu di hotel tempat kami menginap. Seorang ibu muda yang sengaja datang dari Jakarta ke Jember bersama keluarganya ntuk menyaksikan JFC.
Prestasi demi prestasi di tingkat internasional berhasil dihelanya. Yang terbaru JFC meraih juara ketiga dalam ajang Carnaval International de Victoria pada April 2016 di Seychelles, Afrika. Posisi pertama diisi oleh Notting Hill (USA) dan Reunion (Perancis). Pada 2014 kostum rancangan Dynand menang di ajang Miss Universe.
Meski namanya berkibar di panggung dunia dan JFC makin diakui sebagai kebanggan Jember, Dynand tidak lantas berpuas diri. “Karena menjaga JFC tetap bertahan dengan mutu yang tetap baik lebih sukar daripada merintisnya,” kata Dynand. Ia senantiasa terus belajar supaya dari tahun ke tahun JFC tidak sekadar menjadi kegiatan rutin tanpa ada hal baru yang mampu memberi kejutan dan rasa takjub kepada peminatnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H