Mohon tunggu...
Bela Damayanti
Bela Damayanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

haii<3

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Tantangan Kebijakan Pendidikan Global di Abad 21

21 Februari 2022   21:00 Diperbarui: 21 Februari 2022   21:05 566
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam mengembangkan sistem pendidikan, P21 (Partnership for 21st) mengembangkan susunan pembelajaran di abad 21 yang mengajak para peserta didik untuk dapat memiliki keterampilan dan pengetahuan di bidang teknologi dan komunikasi juga berinovasi dalam rangka mengupayakan kehidupan yang sejahtera di masa kini dan masa yang akan datang.

Kurikulum 2022 dirasa memiliki karakteristik utama dalam mengembangkan soft skill melalui model pembelajaran berbasis proyek dan teaching at the right level.

Dengan menggunakan metode tersebut pembelajaran dapat dilakukan sesuai dengan kebutuhan para siswanya, sehingga pembelajaran tidak lagi berpusat kepada guru saja, melainkan ditujukan untuk mempersiapkan siswa untuk menghadapi dunia sesuai dengan tuntutan zamannya.

Dalam penerapannya pemerintah menciptakan sebuah strategi melalui penerapan kurikulum prototipe 2022. Kurikulum Merdeka atau Kurikulum Prototipe yang hadir pada tahun 2022 ini muncul untuk menjawab permasalahan dari penerapan kurikulum darurat dan sebagai kurikulum baru bagi peralihan kegiatan pendidikan semasa pandemi Covid-19. 

Kurikulum 2022 adalah kurikulum baru yang ditawarkan pemerintah sebagai objek yang bersifat tidak memaksa. Sekolah diberikan kebebasan untuk memilih menggunakan kurikulum 2022 ini atau tidak sesuai dengan relevansinya dengan masing-masing sekolah. Namun dengan konsep "tidak memaksa" ini justru menimbulkan berbagai pertanyaan dan kebingungan bagi masyarakat khususnya guru dan peserta didik.

Isi di dalam Kurikulum Prototipe 2022 sendiri sejalan dengan konsep merdeka belajar yang mendorong pembelajaran sesuai dengan minat, gaya belajar, dan juga kemampuan siswa, serta memberi ruang lebih luas untuk pengembangan karakter siswa dan kompetensi dasar.

Kurikulum ini memiliki karakteristik seperti, pembelajaran berbasis proyek (project based learning) yang mempunyai tujuan untuk mengembangkan soft skill dan karakter (iman, takwa, dan akhlak mulia) serta sebagai sarana untuk mengembangkan gotong royong, kebhinekaan global, kemandirian nalar kritis, dan juga kreativitas).

Keunggulan lain dari penerapan Kurikulum Merdeka ini adalah lebih relevan dan interaktif di mana pembelajaran melalui kegiatan projek akan memberikan kesempatan lebih luas kepada peserta didik untuk secara aktif mengeksplorasi isu-isu aktual, misalnya isu lingkungan, kesehatan, dan lainnya untuk mendukung pengembangan karakter dan kompetensi Profil Pelajar Pancasila.

Kurikulum 2022 memiliki tujuan yang baik untuk mengembangkan  proses belajar mengajar di sekolah menjadi lebih baik yang disesuaikan dengan keadaan masing-masing sekolah terutama di masa pandemi Covid-19 ini. Sehingga dalam penerapannya, kurikulum 2022 memberikan kemudahan dalam proses belajar mengajar.

Kebijakan mengenai kurikulum 2022 tentu telah dipertimbangkan dan disesuaikan dengan abad 21 saat ini yang mana diketahui kurikulum 2022 ini merupakan evaluasi dari kurikulum sebelumnya. Dalam hal ini kurikulum 2022 telah melewati proses pengkajian dan penambahan oleh pihak yang berwenang untuk membuat kurikulum baru sehingga mereka telah memperhitungkan aspek-aspek pentingnya.

Lalu, mengenai pro-kontra pergantian kurikulum ini, tentunya sebuah hal lazim terjadi yang mana sejak dahulu pun telah dilakukan pergantian kurikulum beberapa kali.

Di awal perubahan kurikulum ini tentu terdapat tantangan dan hambatan baik dari kurang dipahaminya kurikulum ini oleh guru maupun masyarakat maupun hal lainnya.

Namun hambatan tersebut seiring dengan berjalannya waktu dapat diatasi dengan semakin dipahami kurikulum 2022 tersebut.

Maka jika adanya langkah yang tepat dalam menyikapi ada pergantian kurikulum ini, kurikulum baru akan dapat diterapkan dengan baik seperti kurikulum sebelumnya.

Dalam pembelajaran abad 21, para pendidik dan pelajar diarahkan supaya dapat mengikuti arus perkembangan teknologi terbaru. Begitu juga dengan penerapan kurikulum.

Pemerintah berupaya dalam memulihkan pembelajaran di Indonesia akibat dari dampak pandemic covid-19 dengan membuat kurikulum baru yaitu kurikulum 2022.

Kurikulum 2022 sangat relevan dengan pembelajaran abad 21 karena dalam pembelajarannya bersifat fleksibel dengan mengikuti  minat belajar anak karena dalam kurikulum 2022 ini, anak bisa bebas memilih mata pelajaran yang ia minati selain dari mata pelajaran yang diwajibkan.

Contohnya seperti anak ingin menjadi seorang arsitek, maka ia bisa memilih pelajaran fisika dan matematika tanpa mengambil pelajaran biologi.

Dalam melaksanakan implementasi Kurikulum 2022 ini ada dua hal yang perlu dipastikan keterlaksanaannya yaitu apa yang harus dilakukan sekolah dan dimana sekolah dapat dengan baik membuat kurikulum operasional satuan pembelajaran.

Pendidik dalam penerapan kurikulum 2002 ini  harus mau berubah dengan paradigma baru dan menguasai minimal dua model pembelajaran yaitu Project Based Learning (PBL) dan Teaching at the Right Level (TaRL).

Perubahan dari kurikulum 2013 menjadi kurikulum 2022 dapat menjadi sebuah awalan yang baru bagi dunia pendidikan Indonesia di abad 21 untuk menghadapi perkembangan IPTEK.

Akan tetapi, dalam pelaksanaannya memerlukan adanya komunikasi, pelatihan, dan sosialisasi mengenai pengaplikasian kurikulum ini di sekolah secara merata.

Jika, melihat keadaan pendidikan Indonesia yang masih timpang antara pendidikan di pedesaan dan perkotaan, maka hal ini pun harus menjadi pertimbangan yang penting bagi pemerintah sebelum melaksanakan kurikulum 2022 agar dalam pelaksanaannya dapat berjalan dengan maksimal.

Meskipun menuai berbagai pro dan kontra yang beragama dari masyarakat akan kebijakan baru ini, kelompok kami beranggapan hal tersebut diakibatkan karena kurangnya sosialisasi akan penerapan dan isi dari kurikulum 2022 ini, sehingga menimbulkan banyak miss komunikasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun