Pada Jum'at (6/1) pagi, Rupiah diperdagangkan pada level 15.635 terhadap dolar AS. Dibandingkan penutupan sebelumnya, mata uang Garuda justru turun 18 poin atau minus 0,12%.
Pada saat yang sama, sebagian besar mata uang di kawasan Asia terpantau melemah. Won Korea Selatan turun 0,09%, baht Thailand 0,03%, peso Filipina 0,14%, ringgit Malaysia 0,23% dan yen Jepang 0,28%.
Sedangkan rupee  India naik 0,31%, dolar Hongkong naik 0,10%, dolar Singapura naik 0,11%, dan yuan China naik 0,14%.
Mata uang utama menguat di sebagian besar negara maju. Sterling naik 0,10%, euro naik 0,04% franc Swiss naik 0,01%, dolar Australia naik 0,11% dan dolar Kanada naik 0,13%.
Lukman Leong, analis senior di DCFX, memperkirakan rupiah akan tetap berada di bawah tekanan karena penguatan dolar hari ini dan imbal hasil obligasi AS yang lebih tinggi.
Langkah ini mengikuti rilis data ketenagakerjaan AS versi ADP, dengan kenaikan klaim pengangguran menambah kekhawatiran tentang kenaikan suku bunga oleh Federal Reserve.
"Investor juga menunggu data utama non-farm payrolls (NFP), yang juga diharapkan menunjukkan peningkatan 200.000 pekerjaan," katanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H