Pemulihan ekonomi dan PEN telah menciptakan kesempatan kerja untuk masyarakat terutama di sektor-sektor strategis, seperti manufaktur, perdagangan, jasa penyediaan akomodasi dan makanan minuman, serta pertanian.Â
Seiring dengan pemulihan ekonomi yang terus menguat, laju penyerapan tenaga kerja juga diharapkan akan terus meningkat hingga bisa memperbaiki kesejahteraan masyarakat lebih cepat.
Ironisnya, tingkat pengangguran terbuka tersebut masih di dominasi oleh lulusan sekolah menengah kejuruan (SMK). Sementara itu, lulusan SMK tersebut merupakan calon tenaga kerja yang siap pakai.
Merespon tantangan tersebut, pemerintah berkomitmen untuk berfokus melakukan pembangunan sumber daya manusia (SDM) yang dilakukan secara holistik dan terintegrasi. Contohnya menyediakan sistem informasi pasar kerja yang kredibel serta berkelas.
Dalam menghadapi Covid- 19, Pemerintah Indonesia menerapkan pendekatan yang cepat serta prudent untuk mengurangi dampaknya pada perekonomian.Â
Sebagian pakar mengkhawatirkan, imbas ekonomi yang ditimbulkan oleh Covid- 19 dapat lebih besar dari imbas kesehatan, serta pertumbuhan ekonomi hendak melambat. Bila terjadi perlambatan ekonomi, maka daya serap tenaga kerja akan menurun, meningkatnya pengangguran serta kemiskinan.
Ada pula, pemerintah sudah menyalurkan beberapa bantuan untuk mengatasi pengangguran akibat gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) sebab pembatasan kegiatan masyarakat selama pandemi.Â
Misalnya, pemberian stimulus listrik UMKM, insentif usaha dan program Padat Karya Tunai, serta bantuan presiden (Banpres) Produktif Usaha Mikro.Â
Tetapi, jumlah serta nilai bantuan yang telah disalurkan tidak cukup guna mengatasi tingkat pengangguran yang diprediksi semakin tinggi. Walaupun, arah dari kebijakan serta bantuan tersebut telah pas arahnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H