Serangan hama sering menjadi problem di proses budidaya tanaman padi. Termasuk yang terjadi di CV.Tani Jaya Organik, Desa Rowosari Kecamatan Sumberjambe. Salah satu kecamatan yang menjadi sentra beras organik di Jember. CV ini memiliki luas lahan sebesar 70 hektar dan dapat menghasilkan beras organik 50-70 ton setiap 1 siklus produksi untuk memenuhi permintaan pasar, sayangnya serangan Organisme Pengganggu Tanaman terutama dari golongan hama serangga seperti walang sangit dapat menyebabkan penurunan produksi beras organik antara 15-30%. Prihatin melihat fakta ini, lima mahasiswa Universitas Jember menerapkan inovasi pencegahan penurunan produksi beras organik menggunakan penerapan nematoda entomopatogen.
“Nematoda entomopatogen itu merupakan nematoda yang memiliki potensi sebagai agens pengendali hayati karena dapat memparasit serangga hama dilahan pertanian, nantinya dalam memperoleh nematoda kami bersama mitra melakukan eksplorasi dibawah pohon bambu yang merupakan inang yang ideal kaya akan keanekaragaman hayati” ujar Deviana Fitria Astuti yang bersama empat rekannya membuat program bertema “Monoxenic Culture Bioreactor sebagai teknologi perbanyakan nematoda entomopatogen untuk meningkatkan produksi beras organic di CV. Tani Jaya Organik – Jember”
Kelima mahasiswa Universitas Jember ini tergabung dalam Tim Program Kreativitas Mahasiswa (PKM-PI Xentoric) yang menerapkan inovasi di CV.Tani Jaya Organik mulai bulan April lalu. Deviana Fitria Astuti selaku ketua tim bersama Mohammad Novan Efendi dan Bela Indri Ayunita adalah mahasiswa Program Studi Proteksi Tanaman, Muhammad Badar Alfath adalah mahasiswa Program Studi Penyuluhan Pertanian, sementara Sheinka Amalia Gisna adalah mahasiswa di Program Studi Agribisnis. Mahasiswa dan Mahasiswi Fakultas Pertanian yang dibina oleh dosen, Ankardiansyah Pandu Pradana, mendampingi dalam proses penerapam inovasi untuk mengatasi penurunan produksi beras organik.
Caranya dengan melakukan perbanyakan Nematoda Entomopatogen menggunakan Monoxenic culture bioreactor yang merupakan teknologi perbanyakan nematoda entomopatogen. Nematoda entomopatogen disemprotkan pada lahan pertanian dengan umur 2 bulan untuk menekan serangan organisme pengganggu tanaman. Penyemprotan dilakukan setiap seminggu 2 kali bersama mitra. Pada siklus panen pertama Mahasiswa dan Mitra telah berhasil membuktikan keefektifan penggunaan Nematoda Entomopatogen dengan menghitung sebaran populasi hama dan penimbangan bobot beras saat panen pada lokasi petak percobaan.
“Kami bersama mitra melakukan penyemprotan nematoda entomopatogen dengan dosis 15 Liter/ 1 ha setiap pagi hari mulai jam 6 pagi. Setelah satu bulan penyemprotan tibalah saat panen, kami bersama mitra melakukan pemanenan tepat pada tanggal 1 juni 2024. Dengan hasil bobot beras pada petak percobaan 103kg dengan perbandingan petak percobaan yang tidak diaplikasikan nematoda entomopatogen hanya berkisar 75kg,” jelas Novan effendi.
Penerapan inovasi ini ternyata mendapatkan tanggapan positif dari CV.Tani Jaya Organik seperti yang diungkapkan oleh salah satu pemilik lahan yang dijadikan tempat pengaplikasian nematoda entomopatogen yaitu Bapak Subairi. Menurutnya dengan adanya inovasi ini keresahan pemilik lahan yang tergabung dalam CV ini sudah mulai teratasi dan berharap agar program ini dapat terus berjalan hingga mendapatkan peningkatan produksi yang tinggi. “Pestisida alami ini membantu saya dan petani sekitar mengatasi serangan walang sangit, hamanya sudah mulai berkurang setelah penyemprotan ini,” ujar Subairi.
Program ini belum selesai dan akan melangkah ke pengaplikasian Nematoda Entomopatogen secara luas ke lahan yang tergabung dalam CV.Tani Jaya Organik. Terlebih setelah ini akan diluncurkan Alat Monoxenic Culture Bioreactor yang akan membantu mitra untuk memperbanyak Nematoda Entomopatogen sehingga dapat digunakan untuk pestisida alami dalam proses budidaya padi organik.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI