Mohon tunggu...
Bela Nusa Bela
Bela Nusa Bela Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pelajar

Tetap semangat dan harus optimis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Prespektif Theodor Noldeke Terhadap Al-Qur'an

17 Oktober 2022   09:05 Diperbarui: 17 Oktober 2022   09:10 397
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

PRESPEKTIF THEODOR NOLDEKE TERHADAP AL-QUR'AN

Bela Nusa Bela

3120023

belanusabela@mhs.iainpekalongan.ac.id

 Al-Qur'an ialah firaman Allah SWT berupa kitab suci, didalamnya menyimpan semua pesan samawi yang diperantarai oleh wahyu. Wahyu secara bahasa memiliki arti bentuk isyarat, risalah, tulisan, pemberitahuan dan lain-lain. Secara sederhana al-Qur'an merupakan pesan dari Allah SWT kepada manusia, sedangkan wahyu ialah cara penyampaian pesan dari Allah SWT ke manusia. Keduanya saling berkaitan dan menyempurnakan, al-Qur'an bisa dikatakan dengan wahyu Allah SWT. Namun menurut Orientalis al-Qur'an bukanlah wahyu Allah SWT, salah satu tokohnya yaitu Theodor Noldeke.

 Theodor Noldeke merupakan tokoh orientalis yang lahir pada 2 Maret 1836, ia berasal dari kota Harburg, Jerman. Noldeke hidup dari keluarga berpengetahuan, sedari kecil ia sudah memperoleh edukasi dari ayahnya dikota Lingen. Di kota inilah Noldeke meniti pendidikannya. Dari tahun ke tahun Noldeke selalu mengasah kemampuannya dalam bidang keilmuannya. Namun Noldeke hanya fokus dengan dua bidang keilmuannya, yaitu bahasa Semit dan kajian keislaman. Dia bidang bahasa Semit ia menulis buku yang berjudul Semitic languages dan The history and civilization of Islam. Karya besarnya seperti Grammatik der neusyrischen Sprache tahun 1868, Mandaische Grammatik tahun 1874 hasil dari terjemahan tentang Tabari tahun 1881-1882). Dari bukti ini menunjukan bahwasanya ia seorang ahli tentang kajian keislaman.

 Kajian orientalis terhadap kitab suci Al-Qur'an bukan hanya mempersoalkan otentisitasnya. Rumor klasik banyak memperoleh perhatian seperti dampak taradisi Yahudi dan Kristen terhadap Islam ataupun kandungan isi Al-Qur'an (theories of borrowing and influence). Ragam orientalis yang menelusuri dampak tersebut didalam al-Qur'an sudah banyak dilakukan bertepatan dengan kritik dan intensitas dari berbagai pihak, khususnya dari bagian tokoh pemikir muslim. Noldeke berpendapat yang didasarkan pada Qs. Ankabut ayat ke-48, yang berbunyi:

Artinya:

Engkau (Nabi Muhammad) tidak pernah membaca suatu kitab pun sebelumnya (Al-Qur'an) dan tidak (pula) menuliskannya dengan tangan kananmu. Sekiranya (engkau pernah membaca dan menulis,) niscaya orang-orang yang mengingkarinya ragu (bahwa ia dari Allah).

 Dalam ayat ini, Noldeke menyatakan Muhammad diberi predikat ummi karena ia tidak bisa membaca dan menulis ialah lemah. Jadi Muhammad tokoh yang tidak mengetahui banyak tentang para kitab terdahulu. Oleh karena itu, menurutnya sumber penting yang dijadikan rujukan Muhammad bukanlah kitab Suci al-Qur'an. Namun berpaham ajaran kepercayaan dan sumber tata kebangkitan, disamping kisah-kisah manusia terdahulu. Bukti dari ketidaktahuannya Muhammad ketika Nabi ditekan Jibril agar membaca saat menerima wahyu pertama di gua Hira'. Lalu Muhammad dengan tegas menjawab: (saya tidak bisa membaca). Redaksi yang telah diungkapkan Nabi, Noldeke tidak mempercayai kebenaran riwayatnya. Karena ada beberapa riwayat yang menyatakan berbeda, seperti , atau .

 Banyak sekali kosa kata didalam al-Qur'an yang sudah jelas asalanya dari tradisi Yahudi dan Nasrani. Noldeke menyatakan bahwasanya ketidaktahuan Muhammad dengan kitab-kitab suci terdahulu karena ia tidak menguasai bahasa lain terkecuali bahasa Arab. Sebab itulah Noldeke mempertahankan pendapaatnya mengenai Nabi Muhammad saw. Noldekepun memasukan hasil pengadopsiannya terhadap tradisi Nasrani dan tradisi Yahudi. Ada beberapa orientalis atas pengadopsian Nabi Muhammad terhadap sumber tradisi Nasrani dibuktikan dengan data sejarah. Banyak yang menyatakan bahwasanya sebelum masa kerasulan, Muhammad pernah berjumpa dengan beberapa tokoh dari Yahudi dan Nasrani. Bahkan mereka pernah hidup saling berdampingan satu sama lain dengan jangka waktu yang cukup lama sebelum ia diangkat sebagai utusan Allah swt.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun