Mohon tunggu...
Bela Sefiana Prabawati
Bela Sefiana Prabawati Mohon Tunggu... Mahasiswa - 21 Tahun | Blitar

Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang - Fakultas Ekonomi dan Bisnis - Jurusan Akuntansi

Selanjutnya

Tutup

Money

Dampak Covid-19 bagi Perekonomian Indonesia

28 Juni 2021   21:40 Diperbarui: 28 Juni 2021   21:49 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

NAMA                        : Bela Sefiana Prabawati

NIM                            : 202010170311290

PRODI / KELAS       : 2F - Akuntansi

MATA KULIAH       : Perekonomian Indonesia

UNIVERSITAS         : Universitas Muhammadiyah Malang

DAMPAK PANDEMI COVID-19 BAGI PEREKONOMIAN INDONESIA

Sampai awal 2021 pandemi Covid-19 belum juga dapat diatasi. Di dunia sudah sekitar 95 juta kasus dan lebih dari 2 juta kematian terjadi. Di negara kita orang sudah membicarakan kemungkinan 1 juta kasus dalam waktu tidak terlalu lama lagi, serta angka kematian mendekati 30.000 jiwa. Pemerintah Indonesia pun mengambil kebijakan yang bertujuan untuk memutus rantai penularan pandemi Covid-19. Salah satunya dengan menerapkan sosial distancing, dimana para warga harus menjalankan seluruh aktivitas seperti kerja, belajar, ataupun ibadah dirumah.

Sejak saat itu, pembatasan aktivitas masyarakat berpengaruh pada ativitas bisnis kemudian berimbas pada perekonomian. Laporan Badan Pusat Statistik (BPS) Agustus ini menyebutkan bahwa pertumbuhan ekonomi kuartal II 2020 minus 5,32 persen. Sebelumnya pada kuartal I 2020, BPS melaporkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya tumbuh sebesar 2,97 persen, turun jauh dari pertumbuhan sebesar 5,02 persen pada periode yang sama 2019 lalu. Kinerja ekonomi yang seperti ini berdampak pada situasi ketenagakerjaan di Indonesia.

Dampak-dampak ini kebanyakan timbul akibat stress yang menumpuk selama pandemi ini. Setidaknya ada beberapa dampak pandemic yang saat ini mungkin baru dirasakan oleh para masyarakat Indonesia.

Tidak ada motivasi untuk bekerja

Ketika kesehatan mental sudah sangat tertekan akan pandemi ini, seseorang akan merasa sangat kewalahan dengan pekerjaan yang dihadapi. Banyaknya hal yang harus dihadapi dimasa pandemi juga dapat membuat seseorang merasa bosan. Kondisi tersebut dapat mengarah pada menurunnya motivasi yang kemudian membuat orang tersebut menjadi lebih mudah terganggu konsentrasinya.

Pengangguran meningkat

Terhambatnya aktivitas perekonomian secara otomatis membuat pelaku usaha melakukan efisiensi untuk menekan kerugian. Akibatnya banyak pekerja yang dirumahkan atau bahkan diberhentikan (PHK),berdasarkan data Kementerian Ketenagakerjaan per 7 April 2020 akibat pandemic tercatat banyak perusahaan disektor formal yang memilih merumahkan, dan melakukan PHK terhadap pekerjanya. Banyak sekali pekerja yang terkena dampak ini. Namun, dalam catatan tim reset SMERU hasil simulasi menunjukan bahwa Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) meningkat dari 4,99 persenpada Februari 2020 (data BPS) menjadi sekitar 6,17 – 6,65 persen pada Maret 2020.

Pasang surut ISHG (Indeks Harga Saham Gabungan)

Pandemi virus covid-19 yang merebak selama 1 tahun penuh membawa lika-liku terhadap pergerakan dipasar saham dipasar modal. Kinerja IHSG dalam setahun terakhir mengalami pasang surut. Pada 3 Januari 2020, IHSG masih bertengger di 6.323. indeks meninggalkan 6.000

Sebagian besar profesi penduduk di desa Tegalmlati Kecamatan Petarukan yaitu petani dan pedagang. ketika adanya pandemi covid19 banyak masyarakat yang tidak mengetahui dan kebingungan karena penularan yang sangat cepat. 

Oleh karena itu dengan adanya pandemi covid-19 mengakibatkan masyarakat di desa setempat menjadi panik dan takut karena pandemi covid-19 ini menyebabkan perekonomian masyarakat turun bahkan sampai tidak ada pemasukan. 

Oleh karena itu pandemi seperti ini membuat masyarakat menjadi kebingungan dengan adanya pandemi covid-19 yang berkepanjangan. oleh karena itu masyarakat banyak yang tidak mengikuti anjuran pemerintah untuk dirumah saja karena tidak ada pemasukan sama sekali membuat warga setempat kebingungan. 

Keadaan yang seperti ini membuat para pekerja buruh terpuruk dengan kondisi perekonomiannya yang semakin hari berkurang antara pengeluaran dengan pemasukan sangat tidak sebanding. 

Seperti yang dikatakan oleh narasumber kami bahwa “Penjualan menurun banget dek. Sebelum ada corona penghasilan saya dari berjualan bisa buat memenuhi kebutuhan keluarga, tapi semenjak ada corona perekonomian keluarga saya jadi susah, dan kadang saya malah rugi karena dagangan ngga laku”. 

Narasumber lain juga mengatakan jika “Pembelinya pada takut keluar rumah, jadi dagangan saya sepi. Saya juga sempat 2 minggu ngga berjualan, terpaksa nyari kerjaan sampingan yang penting halal. Dari pada hutang makin banyak gara gara ngga ada pemasukan kan ya”. 

Selain itu Narasumber juga banyak kebingungan karena dengan adanya jam malam pembeli sepi karena pada saat malam biasanya banyak masyarakt yang mencari makanan akan tetapi disaat pandemi dan jam malam pembeli semakin menipis tidak sebanding dengan pengeluaran sehingga membuat masyarakat kebingungan untuk mencari keuangan untuk memenuhi kebutuhan kehidupannya sehari. Seperti yang kita lakukan wawancara rata-rata pedagang yang bukanya pada sore sampai malam seperti penjualan es kopi, martabak,tahu peletok,lamongan yang bukanya mulai sore sampai jam malam. 

Oleh karena itu dengan adanya kegiatan jam malam membuat pedagang penghasilannya menurun karena tidak ada pemasukan sama sekali.

Untuk mengukur dampak dari COVID-19 terhadap rumah tangga Indonesia dan untuk memberikan informasi sebagai dasar pembuatan kebijakan pemerintah, UNICEF, UNDP, Prospera, dan The SMERU Research Insitute berkolaborasi dalam sebuah survei berskala nasional di akhir tahun 2020.

Survei ini meliputi 12.216 sampel rumah tangga representatif tingkat nasional yang tersebar di 34 provinsi yang dilakukan dalan kurun waktu antara Oktober dan November 2020. Ini merupakan survei terbesar terkait dampak pandemi COVID-19 dan berfokus pada anak serta kelompok rentan. Survei ini dilakukan melalui wawancara tatap muka dengan rumah tangga yang sebelumnya juga telah diwawancarai oleh Badan Pusat Statistik sebagai sampel dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) di tahun 2019. Pelaksanaannya melibatkan kerjasama erat dengan Pemerintah Indonesia.

Dampak dari pandemi COVID-19 akan terus dirasakan oleh berbagai lapisan masyarakat selama tahun 2021. Meskipun demikian, ketanggapan perlu diteruskan untuk meningkatkan kesejahteraan anak dan keluarga. Mitra pembangunan di Indonesia siap membantu dalam upaya ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun