Mohon tunggu...
Pretty Woman
Pretty Woman Mohon Tunggu... Konsultan - Wanita

Tertarik dengan fenomena sosial dan film

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Aib Anak Gencet

29 April 2021   16:28 Diperbarui: 29 April 2021   16:35 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika ditanya bagaimana hubungan saya dengan abang saya saat ini, tidak baik. Semenjak saya tidak bekerja, saya tidak lagi bisa memberikan uang kepada abang saya. entah itu untuk melunasi hutangnya, atau mengisi pulsanya, atau mengisi paket internetnya. Sekalipun abang saya tidak pernah menghubungi saya lagi dan terkesan memusuhi saya. Mama tentu saja membela abang saya, walau berkali-kali saya katakan bahwa abang saya harus merantau untuk merasakan kerasnya hidup dan tidak terus bergantung dengan orangtua. Saya katakan kepada mama bahwa tindakan memanjakannya saat kami kecil berbuah tidak baik saat ini. Abang saya tidak pernah mengerjakan pekerjaan rumah apapun di rumah, bahkan untuk mencuci piringnya saja tidak pernah. Perlakuan mama kepada anak laki-laki dan anak perempuan yang berbeda menjadi bumerang untuk mama saat ini. Semoga aku tidak mengikuti apa yang mama lakukan. 

Saya sayang mama saya, walau perlakuannya tidak adil dan tidak pernah menyayangi saya dengan tulus, saya sayang mama saya. 

Saya tidak bisa menolak permintaan mama, hingga saat ini saya menikah, apapun permintaan mama sebisa mungkin akan saya turuti. Walau terkadang saya dan suami harus bertengkar. 

Saya bersyukur suami saya bersedia membantu keuangan keluarga saya saat ini, walau rasanya tidak enak sekali karena mama tidak pernah mengucapkan terimakasih setelah dikirimkan sesuatu. seolah itu biasa saja, padahal kali ini bukan anaknya yang mengirimkan tapi menantunya. 

Saya hanya berkata kepada suami, "sebisa mungkin kita buat orangtua kita senang, berapa lama lagi sih orangtua sama-sama dengan kita? jangan sampai kita menyesal kelak, jadilah anak berbakti". Suami saya hanya bisas memeluk saya yang suka menangis di malam hari mengingat perlakuan keluarga saya kepada saya. Saya sangat bersyukur saya memiliki suami seperti dia. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun