Mohon tunggu...
Pretty Woman
Pretty Woman Mohon Tunggu... Konsultan - Wanita

Tertarik dengan fenomena sosial dan film

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Aib Anak Gencet

29 April 2021   16:28 Diperbarui: 29 April 2021   16:35 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pernah di suatu ketika saya ke tempat kuliah adik saya yang nomor 3, rencananya hanya sekedar jalan-jalan, namun ternyata adik saya sedikit tidak enak badan saat itu. Pada saat pulang saya habis disindir dan dikata-katai oleh mama saya bahwa saya tdak ada gunanya sebagai kakak, seharusnya saya membantu membersihkan kamar mandi, mencuci baju dan membereskan  kos-kos an adik saya. Padahal saat itu ada abang, adik, mama saya dan sepupu saya juga. Kenapa hanya saya yang dituntut untuk membantu ini itu?. Lagipula adik saya tidak tampak sakit, mungkin mama saya hanya ingin saya membantunya saat itu.

Saat saya mengapdi kepada pemerintah dan memakai baju PNS, mama saya sedikit melunak. Mulai menunjukkan rasa bangganya punya anak seperti saya. Kemudian kontrak kerja berakhir dan saya harus mencari pekerjaan. Bersyukur tidak butuh waktu lama saya mendapatkan pekerjaan di perantauan. Gaji saya saat itu masih di kisaran 2,7 jt. Cukup lah untuk saya. Pekerjaan saya mengharuskan saya pulang larut malam, kerja dari pagi sampai malam dengan jeda waktu hanya untuk makan siang dan makan malam saja. 

Saya rela dan tidak mengeluh berlebihan, yang penting saya tidak di rumah, kerja keras bagaimanapun saya rela. 

Tapi abang saya berbeda, kalau gajinya kecil dia akan menolak tawaran pekerjaan itu hingga akhirnya tidak ada yang menerima lamaran pekerjaannya.

Saya ingat abang saya cerita bertahun-tahun kemudian, bahwa pada saat dia tes kesana kemari, dia difasilitasi oleh mama saya berupa hotel bintang lima dan pesawat kelas bisnis. Saya hanya bisa tertawa sambil geleng kepala. Gila. Tapi cerita ini tidak pernah mama saya katakan, gila banget. Saya ingat sewaktu mencari pekerjaan, saya harus numpang di rumah keluarga dan naik bus 30 jam lamanya.

Kemana gaji saya selama bekerja untuk pemerintah? untuk mama saya dong, belanja bulanan saya yang tanggung, padahal saat itu perbulannya saya bisa mengantongi 3,3 jt. Bingung mengapa perlakuan mama saya berbeda? sama... 

Sepupu saya juga menyadari hal ini dan sesekali menyindir mama saya, tapi seperti biasa mama hanya bilang saya berlebihan. 

Seingat saya abang saya tidak pernah mau makan masakan mama di rumah, dia juga merokok. Setiap harinya menghabiskan uang 100-150 rb untuk beli nasi bungkus dan rokok berbungkus-bungkus. 

Kamar abang saya adalah kamar paling besar di rumah, dilengkapi dengan AC segala. Di kamar dia kerap merokok dengan kondisi AC menyala, berkali-kali saya nasehati jika saya pulang kampung kalau kebiasaannya itu berbahaya. Tapi tidak pernah didengarkan, setiap hari hanya di kamar merokok, keluar hanya makan dan buang air saja. 10 tahun lamanya kebiasaan ini dipertahankan. 

Pada saat saya akan menikah, abang saya dengan sangat kasar dan emosional mengancam tidak akan menghadiri pernikahan saya. Saya menikah hari sabtu, kejadian itu terjadi pada hari jumat malam. Perkaranya sepele, hanya karena abang saya tidak setuju saya memesan nasi kotak untuk tamu di acara pernikahan saya. Dia berpendapat bahwa di saat covid tidak perlu disuguhi makanan. Padahal sudah saya jelaskan, jika takut silahkan buang saja nasi kotakmya. Yang saya undang padahal hanya 15 orang. Saya juga memastikan makanan dalam kondisi aman untuk dikonsumsi. Saat itu posisi abang dan orangtua saya sudah di Jakarta untuk menghadiri pernikahan saya. abang saya tidak berfikir berapa banyak dana sudah dikeluarkan untuk tiket dan transportasi mendatangkan dia ke Jakarta. 

Saya sangat sedih dan terisak di malam itu padahal besoknya saya harus menikah. "kalau kau tidak minta maaf, aku tidak mau hadir besok". itulah perkataan abang saya malam itu. Hasilnya??? mama saya menelepon sambil menangis dan mengatakan agar saya segera meminta maaf, jangan membuat mama tidak panjang umur. Saya rasanya dibanting berkali-kali ke dasar tanah, akhirnya saya mengikuti kemauan mama saya. Saya minta maaf dengan abang saya dan dia tertawa. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun