Cintamu di ujung malam sangat mendesah. Membangunkan segala rasa letih yang ada dalam diriku. Ia memberikan energi tambahan, bahwa cinta yang menunggu selalu menjadi diskusi kita dalam keseharian. Kupikir, beginilah jadinya pertaruhan rasa sabar dan rekayasa di balik perjumpaan yang baru.
Kau yang tidak memilih, namun aku yang hadir dalam dirimu. "Bersediakah kamu menjadi kekasihku, pujaan hatiku wahai perempuan dengan mata indah?" Tanyaku pada suatu kali.
"Oh, Bek! Tanpa kau pinta hatiku tlah jatuh sejak awal. Namun, kemana saja dua ramadhan berlalu tanpa berita. Nomormu tiada lagi kusimpan. Aku menyesal telah menyia-menyiakan kesempatan awal. Seakan aku menampik uluran tanganmu yang hangat. Hadddoooohhhh, Bek...Jangan lagi berlalu dariku. Aku pasrah padamu. Setiap tarikan nafasku adalah bayang wajahmu." Bik menjawab segala kerinduannya.
"Bek,kangen..."
YANG DISAPA: Terpanggang rindu tertahan...
Hari sudah menunjukkan Sabtu pagi, tepat pukul bebek, 02.22
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H