Mohon tunggu...
Baba Makmun
Baba Makmun Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Pilkada DKI: Agus Tepat atau Telat?

30 September 2016   14:14 Diperbarui: 30 September 2016   14:31 870
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kesembilan, SBY sudah menginjak usia sepuh. Dia perlu menyiapkan pengganti. Memang sudah ada Ibas, namun belum cukup. Kedua anaknya harus bahu membahu. Sekarang, mumpung pamor SBY masih beken, saatnya Agus dinaikpentaskan.

Kesepuluh, kalau sampai Agus keok, SBY sudah menyiapkan cadangan di kampung halamannya, Pacitan, Jawa Timur. Di kabupaten ini, nama besar keluarga SBY tak tertandingi siapa pun. Agus bakal gampang menaiki kursi tertinggi kabupaten ini jika pilkada tiba nanti.

Poin pertama sampai kedelapan bisa dikatakan sebagai bahan baku unggul. Ini akan menjadi senjata yang hebat. Keempat partai pengusung pasti punya banyak politisi ulung yang mampu meramu poin-poin tersebut, memberinya bumbu penyedap, menggodoknya, lalu mengemasnya menjadi program indah untuk diberondongkan dalam kampanye nanti.

Kalau semua itu digabungkan dengan militansi dan kerja keras tim sukses, kesolidan parpol pengusung, serta mereka dapat membangun fanatisme pendukung, boleh jadi petahana dan Anies Baswedan bakal tunggang langgang dibuatnya. Bukan tidak mungkin Ahok dapat ditaklukkan.

Telat

Nah, itu boleh dibilang sebagai Plan A yang merupakan skenario indah sesuai optimisme parpol pengusung. Bagaimana kalau meleset semua? Berarti Agus harus siap dengan Plan B. Apa itu? Entahlah. Yang jelas, Agus pasti sudah berkalkulasi mengenai peluang menang-kalah. Jadi, Plan B itu rasanya sudah disiapkan.

Namun, bila mengikuti perjalanan karier SBY dan keluarganya, tampaknya SBY sangat telat mengorbitkan Agus sekarang. Seharusnya dia lakukan tahun 2012. Saat itu peluang menang sangat besar. SBY masih presiden dan punya banyak pendukung real. Demokrat relatif kuat dan mesin politiknya masih berputar kencang sampai lapisan paling bawah. Para saudagar pun—kalau dirayu—pasti siap menggelontorkan finansial. Ani Yudhoyono disanjung kaum perempuan sehingga pemilih wanita gampang ditarik.

Sama seperti sekarang, empat tahun lalu Agus juga tampan. Bedanya, saat itu dia adalah Si Tampan Anak Presiden, sekarang anak mantan presiden. Tampilan fisik tinggi, semampai, tampan, dan predikat sebagai anak presiden dapat dijadikan andalan “tebar pesona” kepada kaum pemilih muda dan wanita. Bukankah SBY—menurut berita media—menang jadi presiden periode kedua, salah satunya karena kekuatan “tebar pesona”?

SBY pun dikelilingi pakar semua bidang ilmu. Mereka dapat dimintai bantuan membikin konsep dan program untuk  dagangan kampanye. Karena pakar yang bikin, kemasannya pasti menggiurkan, dan laris dijual. Kalau saja Agus maju empat tahun lalu itu, yang jadi calon petahana sekarang kemungkinan besar bukan Ahok.

Andaikata saat itu Agus kalah di Jakarta (yang kecil kemungkinannya), dia masih bisa dioper ke daerah lain. Pilkada masa itu beda-beda waktunya di tiap daerah. Pilkada serentak belum berlaku. Jadi, peluang merebut salah satu kursi kepala daerah terbuka lebar.

Tapi, apa mau dikata, semua sudah lewat. Faktanya sekarang Agus jadi penantang. Banyak politisi pesimistis dia dapat meraih kemenangan. Mereka justru memprediksi Agus tereliminasi di babak pertama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun