Galau. Mungkin itu kata-kata yang pas untuk menggambarkan situasi yang dialami oleh para punggawa KPSI saat ini.Mereka galau, kira-kira pemain ISL akan tetap setia dengan TIMNAS KPSI ataukah berubah haluan?
Belum lama ini, seperti kita ketahui, PSSI melalui kord. Timnas memutuskan PSSI akan mengambil materi pemain TIMNAS tidak hanya dari klub-klub IPL namun juga dari klub ISL. Dengan ini sekali lagi, PSSI memberi sinyal mereka tidak menganggap keberadaan wadah KPSI. Dan ini bukti juga kalau PSSI masih melindungi 'periuk' para pemain yang bernaung di ISL.
Pro kontra mengenai itu pasti muncul. Karena sebelumnya PSSI pimpinan Prof. Djohar sangat ketat dalam menyeleksi materi pemain TIMNAS. Hanya dari klub resmi sajalah yang berhak membela TIMNAS. Namun sekarang berbalik arah dan mengijinkan pemain dari ISL untuk membela TIMNAS.
Ada apa dibalik itu? Saya coba mencari menggali hal substansi terdalam dalam arus konflik ini.
Intinya: PSSI Prof Djohar sangat paham jika para pemain (seperti: Ponaryo, mas BePe dll) tersandera oleh 'klubnya' yang berlaga di ISL. Para pemain tersebut tidak mampu melawan klub karena selain sudah terikat kontrak juga karena mereka sudah 'pakewuh alias segan' ke para pimpinan klub disebabkan sekian lama mereka 'makan' dari kebaikan para pengurus klub itu. Bukannya mereka tidak mau mengakui PSSI (baca :http://www.seruu.com/sepakbola/liga-nasional/artikel/appi-tak-akui-timnas-bentukan-kpsi) namun mereka tidak berkutik dibawah tekanan manajemen klub mereka.
PSSI prof Djohar memahami, bahwa konflik yang timbul itu membesar karena ada segelintir elit yang cukup mengakar di kancah sepakbola nasional, merasa tersingkirkan dan akhirnya dengan segenap dana dan upaya yang mereka miliki baik di ranah media dan massa menyerang PSSI Prof Djohar melalui wadah KPSI.
PSSI juga memahami bahwa pihak KPSI sudah mengeluarkan jurus mabuknya yakni berharap Indonesia terkena sanksi FIFA dan jika ini terwujud maka sungguh kasihan nasib ribuan orang yang menggantungkan hidupnya di sepakbola, terutama para pemain.
Prof memahami, jika sanksi FIFA terjadi ongkos sosialnya sangat besar. Para elit KPSI, dan ELIT KLUB mereka tidak akan merasakan, karena latarbelakangnya mereka orang besar alias berduit. Sedangkan bagaimana dengan pemain?? Sungguh mengenaskan nasib pemain jika sanksi FIFA terealisasi.
Melihat fakta-fakta tersebut, PSSI lagi-lagi menunjukkan kebesaran hatinya untuk tetap melindungi para pemain sepakbola yang bernaung di bawah klub ISL. Yakni dengan mengijinkan mereka untuk membela TIMNAS. Maksudnya adalah: bola sekarang ada di tangan para pemain. Berani atau tidak para pemain mendatangi panggilan masuk skuad TIMNAS PSSI yang sah. Jika mereka berani maka tidak ada alasan lagi untuk berani berkata tidak terhadap upaya-upaya pembangkangan terhadap PSSI yang sah.. kita tunggu saja.
Maaf kalau ternyata kurang dalam dan kurang lengkap pembahasannya...waktunya nanggung ama kerjaan kantor. .
Salam.