Reksa dana menjadi alternatif pengembangan dana yang digemari investor karena return (imbal hasil) yang lebih gede dibandingkan bunga tabungan konvensional dan deposito sekalipun. Dengan imbal hasil yang tinggi, investor pun tinggal mendepositkan dananya dan selanjutnya manajer investasi (MI) lah yang mengelola dan mengembangkan dana.
Sebagai investor reksa dana, tentu tidak terlalu banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk mengembangkan dana di reksa dana. Investor tinggal duduk manis menunggu hasil kinerja Manajer Investasi sesudah  membeli reksa dananya.
Manajer Investasi lah yang melakukan pengelolaan dana yang telah dihimpun dari para investor dan menempatkannya pada surat berharga seperti saham, obligasi, pasar uang dan lain sebagainya.
Namun sebelum duduk manis, investor tentu perlu memilih reksa dana-reksa dana yang terbaik sebagai pilihannya. Memilih reksa dana yang terbaik itu bukan perkara mudah. Kalau salah pilih, bisa-bisa terjebak pada reksa dana ecek-ecek yang justru merugikan.
Sebagai investor tentu tidak ingin mengalami kerugian karena salah memilih reksa dana yang ujung-ujungnya produk tersebut disuspensi oleh pihak berwenang dalam hal ini OJK.
Tragedi baru-baru ini yang menimpa PT Narada Aset Manajemen, enam produk reksa dana yang diterbitkan PT Minna Padi Aset Manajemen, dan reksa dana PT Pratama Capital Assets Management mendatangkan makna berharga bagi para investor.
Deretan penghargaan tentu bukan jaminan kredibilitas reksa dana, seperti dengan ketiga Aset Manajemen di atas. Karena itu, penting tentunya bagi para investor untuk membiasakan diri memilih manajer investasi yang terbaik alias jangan asal-asalan.
MI yang jujur dan transparan memang dibutuhkan karena kalau mau berkaca pada kasus Narada maka kesalahan terletak di pihak Narada yang memiliki sejumlah saham second liner dalam portofolionya, namun tidak disebutkan dalam fact sheet terakhirnya.
Kesalahan Narada lainnya yakni dalam hal pembelian saham second liner ini karena menggunakan marjin, alih-alih membayar secara cash. Inilah yang menyebabkan Narada gagal bayar.
Sementara itu, berkaca dari kasus PT Minna Padi Aset Manajemen (MPAM), ternyata mereka mengelola dan memasarkan produk reksa dana yang menjanjikan dan memberikan hasil pasti (fixed return) yang hal ini nyata-nyata dilarang.
So, memilih manajer investasi itu penting, sepenting memilih produk reksa dana yang terbaik. Nah, biar bisa memilih Manajer Investasi yang terbaik, tak ada salahnya mengikuti tips-tips berikut ini:
1. Cek langsung ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
Terdaftar secara resmi di OJK itu sangat penting sebagai jaminan keamanan dan legalitas. Jika investor nekat berinvestasi di reksa dana yang tidak terdaftar di OJK, tentu harus siap dengan kerugian. Mengecek di OJK penting untuk mengetahui keabsahan produk, pengelolanya, reputasinya, dan produk pengelolaannya.
2. Pastikan kinerjanya konsisten
Terdaftar di OJK saja tidak cukup investor perlu mengecek reputasi kinerja dan transparansinya.
3. Waspadai iming-iming kepastian return tinggi
Iming-iming return tinggi biasanya menyenangkan, tetapi sebaiknya jangan tergiur. Iming-iming return tinggi harus diwaspadai. Kepastian memberikan return tinggi dilarang oleh regulator.
Selanjutnya, karena saat ini sudah banyak reksa dana dipasarkan di platform-platform online, biar tidak terjebak pada reksa dana-reksa dana dari Manajer Investasi "ecek-ecek" yang merugikan, memanfaatkan platform supermarket reksa dana online yang terpercaya , semisal IPOTFUND, bisa menjadi pilihannya karena menawarkan beragam reksa dana  dari MI yang tidak ecek-ecek.
Pilihan MI yang terpercaya penting untuk menjamin keberhasilan investasi. Bagaimana pun, tak ada investor yang ingin merugi, meski itu menjadi bagian dari konsekuensi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H