Mohon tunggu...
Fintecher
Fintecher Mohon Tunggu... Freelancer - Penikmat Pasar Modal

Penikmat Fintech (Financial Technology)

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Head to Head Kejeniusan IPOTPAY Vs Jenius

16 Oktober 2017   15:05 Diperbarui: 16 Oktober 2017   15:27 2233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Everybody is genius. But if you judge a fish by its ability to climb a tree, it will spend its whole life believing that it is stupid," begitu kata sosok jenius yang tak diragukan lagi Albert Einstein.

Jenius itu bukan sembarang kata. Kata ini kalau disandang tanpa bukti justru akan menjadi bumerang. Jenius merujuk pada orang yang mempunyai kapasitas alami di bidang intelektual. Dengan kata lain, jenius merujuk pada seseorang dengan kemampuan alami yang istimewa dalam bidang tertentu seperti seni, literatur, musik atau matematika.

Masalahnya menjadi lain, ketika kata jenius dijadikan nama untuk sebuah produk seperti Jenius dari Bank BTPN. Klaim prematur bisa menjadi bumerang manakala tak terbukti tingkat kejeniusannya.

Tak ada yang melarang penggunakaan kata jenius untuk menamai sebuah produk. Hanya saja, sebenarnya ada tanggungjawab yang tidak ringan disematkan di dalamnya. Jenius yang tak terbukti hanya akan memperolok diri sendiri.

Tokoh-tokoh jenius dunia jelas bukan pribadi yang menyandang sebutan tokoh jenius karena klaim diri. Jenius itu disematkan secara sosial. Ia lahir secara alamiah.

Albert Einstein. Siapa yang tidak kenal tokoh jenius yang satu ini. Fisikawan ini mampu mengubah cara pandang ilmu fisika. Meskipun sewaktu kecil sempat dianggap sebagai anak yang bodoh, fakta bicara lain. Ia justru menjadi salah satu manusia yang mampu mengubah dunia, bahkan juga bikin bom atom.

Ada lagi, Judit Polgar dari Hungaria. Ia mendapat predikat Grandmaster pada usia 15 tahun 4 bulan. Dia adalah wanita pertama yang mengalahkan juara catur dunia, Gary Kasparov. Ia seperti Kasparov yang menduduki peringkat 1 dunia di kejuaraan catur pada usia 22 tahun. Ia berhasil mengalahkan komputer Deep Blue milik IBM pada 1996, meskipun setahun kemudian dia dikalahkan balik dengan komputer catur canggih ini.

Leonardo Da Vinci adalah seorang ahli di bidang musik, matematika, arsitektur, geologi, kartografi dan seni. Mahakarya yang terkenal darinya adalah lukisan Monalisa dan Perjamuan Terakhir.

Stephen Hawking, penemu teori lubang hitam ini dianggap sebagai ahli sains, ahli kosmologi, teoritis fisikawan yang tak pernah gagal mengejutkan semua orang dengan temuan-temuannya. Terence Tao adalah ahli matematika dengan spesialisasi analisis harmonik. Uniknya, ia menerima gelar PhD pada usia 20 tahun dan menjadi professor hanya selang 4 tahun setelahnya.

Christoper Hirata, seorang jenius yang sudah bekerja di NASA pada umur 16 tahun. Gelar PhDnya diraih pada usia 22 tahun di Princeton. Sekarang, profesinya adalah pengajar Astro Fisika di CIT, Amerika. Kim Ung Yong, insinyur asal Korea Selatan ini mempunyai IQ 210 dan ia mampu menghafal banyak bahasa. Ia sudah pandai membaca dan bicara dalam 4 bahasa sejak umur 3 tahun.

Sosok jenius lainnya Marilyn Vos Savant. Perempuan berdarah Jerman-Italia ini aktif dalam dunia tulis-menulis dan mampu memberikan saran dan jawaban tentang pertanyaan apapun.

Tak usah jauh-jauh ke luar negeri. Di Indonesia ada B.J.Habibie. Mantan presiden RI ini kejeniusanya sudah diakui dunia. Karyanya berupa pesawat terbang hingga kini selalu membekas di relung ingatan kita.

Tokoh-tokoh di atas adalah mereka yang menyandang kata jenius karena hasil konkret jauh dari yang biasa-biasa saja karena memang begitulah gambaran pemakaian kata jenius yang tepat. Sebutan itu datang dengan sendirinya dan buka karena gembar-gembor klaim diri.

Ironi tatkala makna jenius yang luhur itu disandang suatu produk yang nyatanya tak merepresentasikan makna kejeniusan. Salah satu tolok ukur kejeniusan adalah hasil, seperti telah dibuktikan tokoh-tokoh jenius dunia di atas.

Kita tengok Jenius dari Bank BTPN tersebut. Platform keuangan ini muncul dengan klaim diri jenius. Bicara soal hasil konkret, biasa menjadi salah satu tolok ukur kejeniusan, hasil yang ditawarkan Jenius yaitu bunga hingga 6,25% pertahun. Bunga ini didapatkan melalui jenis tabungan fleksibel Flexi Saver, Dream Saver atau Maxi Saver.

Bunga 6,25% pertahun sejatinya bunga yang biasa dan tak jenius sama sekali. Kalau jenius seharusnya bisa memberikan hasil lebih dan tidak hanya segitu-saja. Bunga 6,25% itu bunga yang normal.

Sebagai suatu produk yang menghasilkan bunga 6,25% pertahun, itu masih jauh di bawah platform lain yang justru bisa memberikan imbali hasil 7-10%. Baru-baru ini penulis menemukan platform lain yang lebih modern bernama IPOTPAY.

Penulis amati platform ini justru bisa memaksimalkan hasil saldo nasabah lebih dari yang diberikan Jenius. Imbal hasil yang diberikan 7-10% alias jauh di atas Jenius dan jauh di atas inflasi. Soal kecanggilan aplikasi tak perlu diragukan lagi. 

So, secara hasil pun terlihat jelas mana yang jenius dan mana yang hanya klaim-klaim jenius semata.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun