Assalamualaikum warahmatullohi wabarokatuh,
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang beradab ini bisa dibuktikan dengan adanya kerajaan-kerajaan dan peradaban lama yang peninggalannya telah kita ketahui saat ini yang antara lain berupa tulisan-tulisan prasasti dan peninggalan jaman dahulu yang masih ada saat ini, demikian juga  dengan sistem pendidikan kita tentu pada wakttu jaman itu sudah ada cara atau sistem bagaimana mendidik anak-anak dalam keluarga atau kaum muda agar bisa berssopan santu atau bertingkah laku yang menjadi dasar pergaulan mereka dalam lingkup kecil yaitu keluarga.Â
Pada saat itu budaya animisme atau Hindu_Budha kemudian tentu telah membuat sistem pendidikan di dalam ajarannya. Dan tentu juga di dalam keluarga penguasa saat itu, tentu pada jaman itu ada suatu kekuasaan yang dipimpin oleh raja atau yang lain yang menerapkan kaderisasi atau pendidikan di lingkungan keluarga penguasa agar supaya anaknya bisa bersopan santun dengan orang tuanya atau kerabatnya atau denga rajanya.
Kemudian ajaran Islam datang ke Indonesia juga mempengaruhi sistem pendidikan yang telah ada tanpa harus merubah total semuanya hal ini bisa dibuktikan dengan ajaran kebaikan yang telah ada masih tetap dijalankan oleh masyarakat dan penguasa. Tinggal diperbaiki, ditambahkan, atau diperhalus dimana ada budaya yang kurang cocok misal perbudakan dan laian-lain yang tidak sesuai dengan perikemanusiaan. Bahkan Islam di Indonesia tidak merubah total sistem ajaran pendidikan secara total, orang yang masih beragama Hindu_Budha masih bisa menjalankan ajaranya dan sistem pendidikannya.
Kemudian penjajahan bangsa Eropa ke Indonesia juga mempengaruhi sistem pendidikan kita dengan adanya lembaga sekolah yang tertata rapi dan sistematis, bukan berarti jaman Hindu-Budha dan Islam kurang tertata rapi di jaman Hindu-Budha ada pesanggrahan, padepokan, dan lain-lain kemudian di jaman Islam ada madrasah diniyah dan pesantren dan uniknya pesantren ini adalah nama dari lembaga pendidikan di jaman Hindu-Budha yang kemudian malah populer di kalangan Islam yang diistilahkan dengan "nyantri" atau "nyantrik" adalah mengabdi dengan seorang yang pintar tentang pemahaman agama, atau bisa ilmu beladiri atau ilmu obat-obatan. hal itu menjadi bukti kalau sistem pendidikan itu bisa diteruskan tidak memandang ajaran agamanya kecuali hal yang paling inti yaitu KeTauhidan Alloh Ta'ala.
Merunut pada judul diatas kita seharusnya tidak serta merta meniru apa yang dilakukan oleh bangsa Eropa dengan sistem pendidikannya kemudian diterapkan  disini dengan tanpa merujuk pada apa yang telah diperbuat oleh moyang kita sebagai bangsa, setiap bangsa tentu punya cara-cara sendiri yang lebih cocok dengan keadaan lingkungan dimana bangsa itu dilahirkan, bukankah kita ini punya tanah, iklim yang berbeda  dengan mereka seperti pepatah Jawa " bedo deso bedo coro ".
Dan untuk sekolah lima hari itu saya pribadi berpendapat tidak setuju karena anak akan kehilangan waktu bergaul dengan masyarakat lingkungan yang membesarkannya baik atau jelek lingkungan tersebut, waktu anak didik akan tersita di sekolahan yang monoton yang dibebani dengan tugas-tugas tidak berhubungan langsung dengan masyarakat sekitar dia dibesarkan.
Bahkan orang tua murid, sekolah dan guru akan bertambah beban baik biaya, kerja dan sarana. Orang tua akan kehilaangan sedikit waktu bersama anak mereka, belum tambahan uang saku. Guru akan bertambah jam kerjanya dia juga punya urusan sendiri di rumah tangganya yang akan sedikit berkurang waktunya dalam mengurusi belum beban dia selama 10 / 12 jam menghadapi banyak murid dengan karakter dan pribadi yang beragam pula, mungkin malah makin nambah tekanan batin bagi guru yang bermasalah tentunya. Sekolahan dengan sarana yang masih sedikit akan terbebani dengan harus menyiapkan alat-alat untuk pendukung yang tentu tidak sedikit.
Demikian tulisan saya ini sebagai pendapat pribadi dan bukan pendapat umum yang bisa menjadi bahan pertimbangan para pengambil keputusan, atas segala kekurangan kami mohon maaf yang setulusnya.Â
Wassalamualaikum warahmatullohi wabarokatuh.
(daftar bacaan : dari berbagai sumber ).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H