Saat ini industri di seluruh dunia sedang mengalami perubahan yang sangat besar. Fenomena perubahan atau yang sering disebut disrupsi melanda dengan sangat cepat, hal tersebut menjadikan life cycle produk atau jasa semakin pendek, sehingga perusahaan perlu memikirikan strategi yang tepat supaya perusahaan mampu terus bertahan hidup.Â
Disrupsi terjadi di semua lini bisnis dan industry, tidak terkecuali di Indonesia, seperti di industri telekomunikasi di mana SMS di disrupt dengan adanya BBM yang kemudian di disrupt dengan Whatsapp, Industri transportasi di mana Taxi dan ojek pangkalan di disrupt dengan adanya Go-jek, grab, Industri perbankan yang di disrupt dengan adanya berbagai Fintech seperti Go-pay, OVO, Dana, dll.
Salah satu faktor pendorong fenomena disrupsi tersebut adalah perkembangan teknologi, dan aspek penting yang akan mendukung perusahaan supaya dapat mengikuti perkembangan teknologi tersebut adalah Sumber Daya Manusia (SDM).Â
Untuk mampu mengikuti perkembangan teknologi, SDM di perusahaan dituntut untuk memiliki kompetensi yang lebih tinggi dalam pemanfaatan teknologi digital. Di sini Generasi Millenial yang lebih akrab dan terbiasa menggunakan teknologi merupakan asset penting bagi perusahaan untuk dapat bersaing di era yang penuh disrupsi.
Di Indonesia, salah satu garda terdepan dan wajah BUMN Indonesia dalam perkembangan teknologi di Indonesia adalah Telkom Indonesia, akan tetapi sebagai perusahaan Digital Telco terbesar di Indonesia Telkom Indonesia justru terkesan lambat dan tua, karyawan di Telkom justru di dominasi oleh baby boomers, dengan usia di atas 50 tahun, bahkan rata-rata usia karyawan di Telkom adalah 47 tahun. Usia yang tergolong tua untuk perusahaan di industri yang sangat dinamis dan penuh disrupsi.
Untuk membawa Telkom yang notabene adalah Wajah BUMN Indonesia dalam perkembangan teknologi di Indonesia, beberapa hal yang dapat dilakukan antara lain:
Untuk memastikan perusahaan siap dalam menghadapi perkembangan teknologi dan beradaptasi di tengah-tengah berbagai disrupsi. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan memprioritaskan "pergantian darah" yaitu regenerasi melalui proses rekrutmen talenta-talenta baru yang digital native.Â
Proses regenerasi harus dilakukan melihat karakteristik perusahaan-perusahaan digital yang didominasi oleh karyawan milenial yang cenderung memiliki karakter energik, dinamis, fleksibel, bergerak cepat, kreatif dan inovatif yang sesuai dengan kebutuhan industri saat ini.
Untuk memastikan kemampuan mengikuti perkembangan dapat diimplementasikan dengan baik, tentunya perlu ada dorongan dari atas. Sehingga dengan menempatkan millennial di beberapa posisi strategis perusahaan, maka pergerakan program-program yang dicanangkan akan berjalan lebih baik.Â