Tidak ada sejarahnya Fahri Hamzah yang merupakan kader PKS menyukai kalangan santri, karena santri sudah identik dengan NU. Pernyataan Fahri Hamzah hanyalah untuk mempertegas bahwa selamanya PKS yang berideology WAHABI tidak akan pernah menyukai kalangan santri.
Demi menggaet suara NU, selama ini PKS memang selalu berusaha untuk mendekati NU dengan berbagai cara. Termasuk cara-cara yang menurut ideology wahabi bertentangan. Tapi bagi warga nahdliyin, ideology wahabi yang diusung PKS sangat jelas dan terang benderang tidak menyukai NU. Banyak tradisi keagamaan di NU yang menurut aliran wahabi sesat. JAdi dengan menggunakan cara apapun, topeng wahabi sudah sangat dikenali oleh kaum nahdliyin.
Karenanya ketika Jokowi menyatakan akan menjadikan tanggal 1 Muharram sebagai “HARI SANTRI” maka yang paling panik dan kebakaran jenggot adalah PKS yang disuarakan dengan lantang oleh Fahri Hamzah. PKS melalui Fahri Hamzah jelas menolak eksistensi santri. Sebab bagi PKS melalui Fahri Hamzah mengakui hari santri artinya mengakui kesesatan-kesesatan ritual keagamaan NU. Padahal jika mengacu pada sejarah, peran santri sangat besar ketika memperjuangkan kemerdekaan dan mengisi pembangunan. Artinya jasa para santri sudah seharusnya dihargai oleh negara. Karenanya ketika Jokowi menyetujui usulan para kiai NU dan santrinya, kegembiraan dan kebahagiaan langsung pecah di antara mereka.
Bagi kalangan santri, NU dan Gusdurian pernyataan Fahri Hamzah yang menolak “Hari Santri” dan menyebut Jokowi "SINTING" karena setuju hari santri semakin menyulut semangat mereka untuk berjuang dengan segenap jiwa raga memenangkan Jokowi-JK. Bahkan pengamatan kecil saya ketika menjelajah Pantura Jawa di akhir pekan, spanduk menolak eksistensi wahabi yang mendompleng pasangan Prahara bertebaran sepanjang jalan Pantura Jawa. Tentu saja pernyataan Fahri Hamzah yang menolak Hari Santri menjadi serangan balik bagi pasangan Prahara.
Meskipun sebenarnya pernyataan Fahri Hamzah bukanlah hal baru karena memang sejarah telah menunjukkan bahwa PKS dan Wahabi tidak akan pernah menyukai tradisi keagamaan para santri. Rekam jejak Fahri Hamzah di DPR juga sangat buruk. Berkali-kali Fahri berteriak akan membubarkan KPK hanya gara-gara KPK menangkap Presiden PKS Ustadz Lutfi Hasan Ishaq. Jika mengacu pada rekam jejaknya, pernyataan Fahri Hamzah yang diucapkan di momen pilpres hanyalah sebuah penegasan belaka. JAuh sebelumnya ketika masih menjadi mahasiswa, seperti dituturkan oleh Indra Piliang, Fahri Hamzah memang sudah terbiasa berbohong demi mencapai cita-citanya.
Mungkin ini juga cara Tuhan memenangkan Jokowi. Akibat pernyataan penghinaan yang dilakukan oleh Fahri Hamzah, kalangan santri, NU dan Gusdurian, menjadikan pernyataan Fahri sebagai titik balik agar mereka bisa bersatu padu bergandengan tangan memenangkan pasangan Jokowi-JK. Jadi jelas kan siapa yang SINTING?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H