Mohon tunggu...
Bejok Silalahi
Bejok Silalahi Mohon Tunggu... -

ktivis Anti Korupsi

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Balada Sepotong Roti dan Sepercik Api

4 Februari 2012   20:28 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:03 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kedua, memilih api. Milikilah unsur api yang murni. Karena api adalah simbol dari daya hidup yang membara dan semangat mengelora. Biarkan api itu memberi sinar bagi dirimu. Dan ijinkan dunia terang benderang karenamu. Ketika memilih api, Sang Nabi menghidupkan jiwanya dengan unsur yang paling murni. Dan dengannya dia memancarkan berkas-berkas cahaya keseluruh penjuru bumi.

Sekarang, perhatikan kembali pilihan anda tadi.
Jika anda memilih roti, anda benar. Dengan roti itu anda akan menjadi kenyang. Lagipula, seseorang harus memilih roti, agar kehidupan manusia bisa tertata rapi. Yang perlu anda lakukan adalah; hendaknya anda selalu ingat bahwa ada ribuan orang yang tidak anda kenal telah memberikan kontribusinya, kepada sepotong roti yang anda miliki. Kepada kekayaan anda. Kepada kedudukan anda. Kepada jabatan anda. Ingatlah mereka. Dan berbuat baiklah dengan roti yang anda miliki itu. Sebab, jika anda menjadi sewenang-wenang; maka anda telah mengkhianati mereka.

Jika anda memilih api. Tetapkanlah hati anda dengan pilihan itu. Karena, meskipun anda tidak kekenyangan; namun anda mempunyai cahaya yang bisa menjadi penerang. Semoga, api yang anda pilih itu menjadikan jiwa anda semakin hidup dalam terang. Sehingga, terang anda; bisa menjadi petunjuk bagi para pemilik roti, dan pengembara serta para pencari cahaya. Karena, ketika anda memilih api; sesungguhnya anda telah dipilih Tuhan, untuk menjadi pembawa terang. Seperti Tuhan telah memilih Musa, untuk membawa umatnya menuju pencerahan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun