Malam tadi, saya sudah menggeprek lagi seekor kecoak lagi. Sang kecoak sesungguhnya tidak bersalah, ia hanya semacam mencari nafkah untuk menghidupi dirinya. Ia muncul dari tempat sewajarnya.Â
Barangkali memang ada bagian yang kurang terpelihara pada bagian tertentu di rumah saya, Maka itulah dia muncul dari sana. Malang nasibnya karena harus bertemu saya yang sudah mendapat titisan sifat heroik Mama.Â
Saat inilah nasihat-nasihat itu seperti sebuah rewind rekaman suara. Terngiang-ngiang tentang cara untuk menjadi pemberani. Saya pun menjadi pemberani, mengambil sebuah sikat bertangkai untuk menggepreknya. Mission accomplished!
Di balik aksi penggeprekan, anak saya harus rela hati mendengarkan rangkaian omelan saya hingga tiba di tempat tidurnya. Sama seperti saya, ia tampak tak peduli. Yang terpenting, hatinya tenang tanpa gangguan kecoak yang menghantui.
Saya terpekur. Sama sekali tidak berpikir tentang sifat heroik saat aksi penggeprekan, melainkan mengambil solusi tercepat dan termudah untuk semua pihak. Anak saya tenang dengan dengkuran halusnya. Nyenyaklah pula tidur saya.
Nak, your grandma is the bravest woman ever in my life. She is a hero for you mom. But, you have to see clearly that your mom is not really a truly hero. She might consider your comfort, but most she concerned more her own. She's trying to be your hero, as always. But in this case, she was just close to it. Almost!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI