Mohon tunggu...
Yessi Nadia Giatma Saragih
Yessi Nadia Giatma Saragih Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Anda kelebihan uang? Hub. saya. Sy siap menghabiskan uang anda. Tersedia tas sy yg besar u/ menampung uang anda.. Hahaha

Selanjutnya

Tutup

Politik

BLSM Memalaskan Rakyat

19 Juni 2013   19:16 Diperbarui: 24 Juni 2015   11:44 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Saya lebih baik diberi pekerjaan dengan gaji US$ 200ribu daripada diberi bantuan US$ 500ribu oleh negara" kata seorang korban PHK di AS.

Kejadian tersebut hampir mirip dengan kejadian yang ada di Indonesia bahwa Dana BLSM akan diberikan selama empat bulan berturut-turut sebesar Rp 150.000, per keluarga. Sasaran dari program BLSM ini mencapai 15,5 juta keluarga miskin.

Bagi saya, yang namanya bantuan seperti itu hanya memalaskan rakyat Indonesia saja. Rakyat miskin kita ini sebenarnya bisa kaya. Tapi karena malas, malas sekolah lagi dg alibi mahal uang sekolah padahal ada beasiswa dan darmasiswa, malas kerja tapi ingin hasil upah yang besar seperti PRT saya dirumah cucian masih ada kuning-kuning di kerah tapi gaji minta 450.000 belum lagi ngerengek2 minta pulang. Kalau sudah di BLSM seperti itu makin malas rakyat kita ini.

Seharusnya rakyat kita ini dikasih lapangan pekerjaan dan diberi keterampilan, uang yang bertriliunan bantuan itu dialihkan untuk fasilitas kenyamanan transportasi publik sehingga mobil pribadi beralih ke transportasi umum dan dapat mengurai kemacetan juga, pendidikan gratis benar-benar yang tepat sasaran dalam hal ini pintar dan bertanggung jawab atas studinya dan yang terpenting subsidi BBM dihapus diganti dengan subsidi sembako. Karena rakyat ini butuh makan bukan bensin, biar yang kaya pada nyaho makan uang mereka yang tak mampu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun