Mohon tunggu...
Gaya Hidup

Sekotor Itukah Qalb Yang Kita Miliki ??

5 Januari 2016   17:21 Diperbarui: 5 Januari 2016   17:21 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillahirrabilalamin, puji syukur kita kepada Allah SWT Dzat Yang Maha Pengampun, atas dosa salah dan khilaf yang tiada henti selalu kita terus berusaha menjadi sebaik-baik manusia yang bermanfaat bagi manusia lainnya. Shalawat dan salam kepada Rasulullah SAW atas tuntunanya kita terus berusaha berjalan menuju peradaban yang rahmatan lil alamin. Ammiin Ya Rabbal alamin.

Qalbu yang dianugerahkan Allah SWT kepada kita hambanya sudah seharusnya kita syukuri sebagai suatu nikmat luar biasa yang diwariskan kepada kita. Hati secara eksoterik ( lahiriah) hanyalah sebongkah daging berwarna merah gelap didalam tubuh kita sebagai organ tubuh yang berguna sebagai filter sistem darah keseluruh tubuh yang kita miliki, lebih dari itu qalbu secara soterik (batiniah) merupakan suatu hermeneutik yaitu sebuah saringan atau filter diri dalam kehidupan kita yang mengantarkan kita kepada sebuah perjalanan menuju Allah SWT sebagai sumber kebahagiaan hidup. Qalbu lebih jauh merupakan sebuah pencarian kebenaran dan makna hidup yang inner self kedalam diri lebih dalam.

Seorang bayi yang dilahirkan ke permukaan bumi dari rahim seorang ibu, adalah sebagai sosok manusia yang fitrah dan suci. Sebagai manusia baru, kesadaran akal, pikiran, perasaan dan prilaku atas dirinya masih-lah belum bercampur atas apapun yang terdapat di dunia ini. Tangisan pertama yang menjadi sebuah tanda bahwa dia telah siap kepada perjalanan menuju Tuhan, yaitu ma"rifatullah mengenal Allah, mencintai Allah SWT, dan beribadah kepada Allah SWT yang mana tugas tersebut juga diberikan kepada setiap kita hingga sampai kepada tujuan akhir dari perjalanan hidup kita yaitu menuju pertemuan dengan Al Khalik, Allah SWT sebaik-baik tempat kembali.

Sebagai manusia yang tidak terlepas dari nikmat kekurangan, salah satunya adalah kondisi hati yang bersih dapat terkontaminasi bahkan terjangkit menjadi hati yang kotor. Seperti sebuah kondisi tubuh yang kotor lama-kelamaan akan menjadi sebuah penyakit yang menyerang tubuh kita karena lemahnya sistem imun didalam tubuh kita. Hati yang kotor jika tidak secara rutin dibersihkan juga akan menimbulkan penyakit yang paling tidak kita inginkan yaitu penyakit hati, karena rendahnya iman yang kita miliki naudzubillahmindzalik.

Penyakit hati yang terus terjangkit didalam diri manusia jika dikaji mungkin jumlah-nya bisa sampai ratusan bahkan ribuan, karena segala bentuk prasangka dan prilaku buruk didalam diri manusia merupakan bagian input proses dan output dari hati yang kita miliki. Penyakit hati tersebut diantaranya adalah :
1. Iri
2. Dendam
3. Kesombongan
4. Kikir
5. Udzub
6. Kufur
7. Riya
8. Pemarah
9. Suudzon
10. Dan lain sebagainya.

Perubahan dari hati yang kotor tidak hanya berdampak kepada terjangkitnya penyakit hati, lebih dari itu akan menjalar kepada pikiran, mental, kejiwaan hingga kepada prilaku seseorang. Sebagian besar orang dapat melakukan sesuatu diluar batas yang dapat mendzalimi dirinya sendiri dan orangn lain.

Penyakit hati memang penyakit yang kompleks, namun tidak seperti penyakit kanker kronis stadium akhir yang tidak bisa diobati. Penyakit hati tidak permanen, namun membutuhkan perhatian khusus karena penyakit hati adalah bagian dari input➡️proses➡️output di dalam pribadi kita yang mengakibatkan mengakar di dalam diri seseorang. Ada hubungan sebab-akibat di dalam penyakit hati yang memang mengakibatkan sulit untuk diobati.

Banyak upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi penyakit hati. Alangkah beruntung-nya jika kita dapat mengantisipasi nya sedini mungkin. Ketika terlintas di dalam diri kita sesuatu yang mengarah kepada kekotoran hati, segeralah kita melakukan upaya-upaya yang preventif dan refresif. Sebagai contoh ketika kita ada pikiran suudzon terhadap orang lain dan membuat kita langsung meng-hakimi orang tersebut dengan penilain kita tentang orang tersebut tanpa kebenaran yang sah, segeralah lakukan upaya pencegahan dengan berbagai cara di dalam diri kita, mulai dari istihgfar, menenangkan hati, berfikir positif, melakukan kegiatan bermanfaat, hingga menjadika diri sebagai pribadi yang produktif. Upaya refresif dapat kita lakukan dengan segera merestart diri dan mengupdate pribadi kita dengan melakukan permohonan ampun kepada Allah SWT dengan beribadah, menyesali perbuatan kita, hingga berjanji untuk tidak mengulanginya. Upaya yang kita lakukan semata-mata adalah bentuk penghambaan diri kita kepada Allah SWT yang Al-Hakim Dzat yang maha mengadili. Suudzon kepada orang lain bukanlah hak pribadi kita yang perbolehkan hanya Allah lah yang memiliki perhitungan atas diri kita, selain itu suudzon merupakan suatu penyakit hati yang mudharatnya sangat besar karena dapat berimplikasi kepada rusaknya hubungan ukwuwah persaudaraan, hingga hilangnya kepercayaan diantara kita.

Mari kita jadikan seluruh kehidupan kita sebagai sesuatu yang bernilai ibadah dan amalan kepada Allah SWT, setiap tarikan dan hembusan nafas adalah semata-mata hanya untuk Allah SWT. Jadikan pikiran, perasaan dan prilaku kita sebagai manusia yang rahmatan lil alamin yang memjadikan kita manusia yang bertaqwa, shaleh dan berakhlakul karimah. Mari kita jadikan waktu yang singkat dalam kehidupan di dunia ini sebagai value moment dalam diri kita untuk mengantarkan kita kepada tujuan akhir perjalanan hidup kita yaitu menuju kampung alkhirat. Semoga syurga Allah SWT selalu terbuka untuk kita hamba-Nya. Amiin Ya Rabbal Alamin.

Jatinangor, 11 Desember 2015

Begi Putra Parngaluan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun