Mohon tunggu...
Begawan Durno
Begawan Durno Mohon Tunggu... -

Saya adalah Saya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mahasiswa Papua Aniaya Mahasiswa Flores di Yogyakarta

5 Januari 2015   19:47 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:46 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_344939" align="aligncenter" width="700" caption="Ilustrasi (Sumber : www.tribunnews.com)"][/caption]

Indonesia adalah negara dengan berbagai keanekragaman, ada berbagai suku bangsa, agama, bahasa dan budaya. Berbagai keanekaragaman tersebut adalah anugrah Yang Maha Kuasa bagi Indonesia. Tetapi bila dilihat dari sisi lain, keanekaragaman tersebut bisa berpotensi konflik bagi penduduk Indonesia, kita sudah melihat berbagai contoh kasus bahwa perbedaan tersebut, yang mestinya merupakan “anugrah” berubah menjadi “musibah” karena ketidakmampuan kita menyadari “anugrah” tersebut.

Adalah Yogyakarta, salah satu kota besar di Indonesia yang layak disebut sebagai miniature Indonesia, dimana jutaan pemuda-pemudi Indonesia dari berbagai daerah di Indonesia dengan suku bangsa, agama, bahasa dan budaya yang berbeda berkumpul di satu tempat untuk menuntut ilmu. Seperti halnya Indonesia yang rawan berkonflik karena “anugrah” keragamannya, Yogyakarta pun memiliki kerawanan yang serupa.

Sekitar seminggu yang lalu (31/12), sehari sebelum berakhirnya tahun 2014 telah terjadi penyerangan terhadap Kost yang dihuni oleh mahasiswa asal Flores, NTT (Nusa Tenggara TImur) di kampung Celeba, Umbulharjo, Yogyakarta. Penyerangan tersebut sempat membuat kaget warga Yogyakarta yang tinggal di sekitar kost. Pagi itu, sekitar pukul 16.15 WIB, sekelompok orang dengan jumlah 10 orang nekat menganiaya 4 orang penghuni kost. Sekelompok orang tersebut mendatangai rumah kost ubtuk mencari salah satu seorang penghuninya. Mereka lantas mendobrak pintu dan berteriak-teriak sehinnga membuat beberapa orang yang saat itu sedang berada di kost tersebut yaitu Eduardus Selgi (26 tahun asal Flores), Eko Septi Anggoro (24 tahun asal Banharnegara, Engel (24 tahun asal Maluku Tenggara), Yosi (19 tahun asal Flores), terbangun dan mendatangi asal suara keributa tersebut.

Kedatangan ke-4 penghuni kost tersebut makin membuat para penyerang yang diduga sedang dalam keadaan mabuk itu semakin kalap. Sehingga ke-4 penghuni kost pun menjadi bulan-bulanan para pelaku. Engel mengalami luka pukulan di bagian kepala, Yosi mengalami luka sobek di bagian kepala dan punggung akibat dipukul menggunakan palu, Yosi adalah korban yang terluka paling parah diantara korban lainnya. Selain itu beberapa barang milik korban pun dirusak, pelaku merusak sepeda motor dan kaca jendela kost dan sejumlah telephone genggam dan dompet pun ikut dijarah pelaku. Salah satu mahasiswa mengenali bahwa pelaku penyerangan dalah mahasiswa asal Papua.

Saat ini kondisi Yosi Fernandes kian membaik, hari ini (5/1) benang dilukanya akan dicabut dan akan dilakukan pemeriksaan lanjutan. Yosi, mahasiswa Universitas Sarjanan Wiyata Taman Siswa , Yogyakarta ini memafkan pelaku penyerangan tersebut. Para pelaku penyerangan diwakili oleh Louis Lagato menyatakan penyesalan dan permohonan maaf. Biaya perawatan Yosi pun ditanggung para pelaku penyerangan, permasalahan selesai dengan cara kekeluargaan.

Peristiwa ini layaknya dijadikan contoh bagi mahasiswa perantauan lainnya di Yogyakarta. Kesalahpahaman, emosi ditambah akibat minuman keras yang berlebihan membuat mahasiswa yang mestinya berprilaku sebagai orang yang terdidik, malah berprilaku layaknya barbar. Saya tahu bahwa tidak semua mahasiswa asal Papua di Yogyakarta berprilaku buruk, ada beberapa yang saya kenal berprilaku sangat baik, tetapi mau tidak mau prilaku 10 orang pelaku penyerangan tersebut merusak nama mahasiswa Papua secara keseluruhan. Apalagi di antara masyakarat Yogyakarta nama mahasiswa Papua tidak begitu baik. Mau tidak mau, suka tidak suka, mahasiswa di Yogyakarta, termasuk mahasiswa Papua adalah tamu, oleh karena itu mahasiswa dari manapun daerahnya harus menghormati dan menjaga kenyamanan di Yogyakarta. Seperti halnya kita juga harus menghormati dan menjaga kenyamanan bila kita berkunjung ke Papua.

Sumber

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun