Oleh: Bima Dwi Laksmana Mahasiswa Pendidikan Biologi UIN Sumatera Utara (Kelompok 70 KKN-DR UINSU 2020)
Ternyata pencegahan Covid-19 itu sangat mudah lho, mau tau gimana? Let's check this out
Awal tahun 2020 dunia dikejutkan oleh kemunculan sebuah virus baru dari keluarga coronavirus yaitu (SARS-CoV-2) dan penyakitnya disebut Coronavirus disease 2019 (COVID-19) yang menyerang saluran pernapasan. Pada tanggal 31 Desember 2019, Tiongkok melaporkan kasus pneumonia misterius yang tidak diketahui penyebabnya. Dalam 3 hari, pasien dengan kasus tersebut berjumlah 44 pasien dan terus bertambah.[1] Pada awalnya data epidemiologi menunjukkan 66% pasien berkaitan dengan satu pasar seafood atau live market di Wuhan, Provinsi Hubei Tiongkok.[2] Sampel isolat dari pasien diteliti dengan hasil menunjukkan adanya infeksi coronavirus, jenis betacoronavirus tipe baru, diberi nama 2019 novel Coronavirus (2019-nCoV).[3] Pada tanggal 11 Februari 2020, World Health Organization memberi nama virus baru tersebut Severa acute respiratory syndrome coronavirus-2 (SARS-CoV-2) dan nama penyakitnya sebagai Coronavirus disease 2019 (COVID-19).[4] Pada mulanya transmisi virus ini belum dapat ditentukan apakah dapat melalui antara manusia-manusia. Jumlah kasus terus bertambah seiring dengan waktu. Selain itu, terdapat kasus 15 petugas medis terinfeksi oleh salah satu pasien. Salah satu pasien tersebut dicurigai kasus “super spreader”.[5] Akhirnya dikonfirmasi bahwa transmisi pneumonia ini dapat menular dari manusia ke manusia. Sampai saat ini virus ini dengan cepat menyebar masih misterius dan penelitian masih terus berlanjut. Dalam pemutakhiran data terakhir pada 08 Agustus 2020 01:00 GMT (pukul 08.00 WIB) sudah terdapat 19.541.216 kasus yang tersebar di berbagai dunia dengan tingkat mortalitas sebesar 3,70%. Sedangkan di Indonesia menurut data terakhir pada 08 Agustus 2020 01:00 GMT (pukul 08.00 WIB) terdapat 121.226 kasus dengan tingkat mortalitas sebesar 4,61%.[6] Dengan tingginya tingkat penyebaran dari COVID-19 ini menyebabkan timbulnya beberapa dampak dari pandemi COVID-19 dan mendorong manusia untuk berusaha mencegah penyebaran COVID-19. Patogenesis dari virus tersebut harus diketahui untuk kemudahan dalam pengobatan COVID-19. Patogenesis dan cara pencegahan dari virus ini perlu diperhatikan karena hal tersebut akan mempengaruhi penyebaran virus dan sebagai upaya dalam pemutusan mata rantai penyebaran COVID-19.
Apasih yang dinamakan Coronavirus???
Coronavirus merupakan virus RNA strain tunggal positif, berkapsul dan tidak bersegmen. Coronavirus tergolong ordo Nidovirales, keluarga Coronaviridae. Coronaviridae dibagi dua subkeluarga dibedakan berdasarkan serotipe dan karakteristik genom. Terdapat empat genus yaitu alpha coronavirus, betacoronavirus, deltacoronavirus dan gamma coronavirus.[7]
Coronavirus memiliki kapsul, partikel berbentuk bulat atau elips, sering pleimorfik dengan diameter sekitar 50-200m.[8] Semua virus ordo Nidovirales memiliki kapsul, tidak bersegmen, dan virus positif RNA serta memiliki genom RNA sangat panjang.[9] Struktur coronavirus membentuk struktur seperti kubus dengan protein S berlokasi di permukaan virus. Protein S atau spike protein merupakan salah satu protein antigen utama virus dan merupakan struktur utama untuk penulisan gen. Protein S ini berperan dalam penempelan dan masuknya virus kedalam sel host (interaksi protein S dengan reseptornya di sel inang).[10] Coronavirus bersifat sensitif terhadap panas dan secara efektif dapat diinaktifkan oleh desinfektan mengandung klorin, pelarut lipid dengan suhu 56℃ selama 30 menit, eter, alkohol, asam perioksiasetat, detergen non-ionik, formalin, oxidizing agent dan kloroform. Klorheksidin tidak efektif dalam menonaktifkan virus.[11]
Bagaimana Coronavirus menyerang tubuh manusia???
Ciri patologis COVID-19 sangat mirip dengan yang terlihat pada infeksi coronavirus SARS dan Middle East syndrome (MERS).[12] Coronavirus hanya bisa memperbanyak diri melalui sel host-nya. Virus tidak bisa hidup tanpa sel host. Berikut siklus dari Coronavirus setelah menemukan sel host sesuai tropismenya. Pertama, penempelan dan masuk virus ke sel host diperantarai oleh Protein S yang ada dipermukaan virus. Protein S penentu utama dalam menginfeksi spesies host-nya serta penentu tropisnya.[13] Pada studi SARS-CoV protein S berikatan dengan reseptor di sel host yaitu enzim ACE-2 (angiotensinconverting enzyme 2). ACE-2 dapat ditemukan pada mukosa oral dan nasal, nasofaring, paru, lambung, usus halus, usus besar, kulit, timus, sumsum tulang, limpa, hati, ginjal, otak, sel epitel alveolar paru, sel enterosit usus halus, sel endotel arteri vena, dan sel otot polos. Setelah berhasil masuk selanjutnya translasi replikasi gen dari RNA genom virus. Selanjutnya replikasi dan transkripsi dimana sintesis virus RNA melalui translasi dan perakitan dari kompleks replikasi virus. Tahap selanjutnya adalah perakitan dan rilis virus.[14]
Setelah terjadi transmisi, virus masuk ke saluran napas atas kemudian bereplikasi di sel epitel saluran napas atas (melakukan siklus hidupnya). Setelah itu menyebar ke saluran napas bawah. Pada infeksi akut terjadi peluruhan virus dari saluran napas dan virus dapat berlanjut meluruh beberapa waktu di sel gastrointestinal setelah penyembuhan. Masa inkubasi virus sampai muncul penyakit sekitar 3-7 hari.[15]
Studi pada SARS menunjukkan virus bereplikasi di saluran napas bawah diikuti dengan respons sistem imun bawaan dan spesifik. Faktor virus dan sistem imun berperan penting dalam patogenesis. Pada tahap pertama terjadi kerusakan difus alveolar, makrofag, dan infiltrasi sel T dan proliferasi pneumosit tipe 2. Pada rontgen toraks diawal tahap infeksi terlihat infiltrat pulmonar seperti bercak-bercak. Pada tahap kedua, organisasi terjadi sehingga terjadi perubahan infiltrat atau konsolidasi luas di paru. Infeksi tidak sebatas di sistem pernapasan tetapi virus juga bereplikasi di enterosit sehingga menyebabkan diare dan luruh di feses, juga urin dan cairan tubuh lainnya.[16]
Selain menginfeksi manusia, Coronavirus juga menginfeksi binatang seperti babi, anjing, kucing, tikus, kelinci, sapi, dan ayam. Pada binatang-binatang ini, infeksi virus ini umumnya juga menyebabkan gejala gangguan pernapasan (pneumonia) seperti halnya pada manusia. Namun virus ini sangat host-specific, sehingga Coronavirus yang menginfeksi salah satu binatang hanya menginfeksi binatang tersebut. Virus tersebut tidak bisa menginfeksi binatang lain dan bahkan manusia. Virus ini tidak stabil di udara, dan hanya mampu hidup selama 3 jam, sehingga kecil sekali kemungkinan penularan lewat udara. Kemungkinan besar penularan virus ini adalah lewat bersin atau batuk dari orang yang terinfeksi kepada orang yang dekat dengannya.[17]
Cara pencegahan Coronavirus
Untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan maka kita harus melakukan pencegahan untuk mengurangi tingkat penyebaran COVID-19. Pada dasarnya hal yang dapat dilakukan untuk pencegahan dari infeksi virus adalah melalui vaksinasi, namun karena virus COVID-19 ini merupakan virus baru sehingga vaksin belum tersedia dan memerlukan waktu yang lama untuk menemukan vaksin virus COVID-19 melaui beberapa penelitian dan percobaan yang dilakukan para peneliti. Untuk itu perlu dilakukan tindakan alternatif untuk mencegah COVID-19.
Alternatif yang bisa digunakan adalah potensi zat aktif yang terdapat dalam minyak tanaman kayu putih (Eucalyptus). Eucalyptus globulus merupakan tanaman yang memilki banyak khasiat untuk mengatasi berbagai penyakit yaitu obat pilek, mengatasi TBC paru-paru, diabetes, asma, desinfektan, antiseptik, antibakteri, antivirus, pengusir serangga atau repellant, antifeedant dan antifungi. Senyawa kimia yang berperan adalah 1,8-sineol, α-terpineol, quinat, luteolin, dan proantosianidin. Sehingga Eucalyptus globulus berpotensi dikembangkan menjadi obat yang berasal dari bahan alam.[18]
Coronavirus adalah virus yang berbentuk bulat dan berdiameter sekitar 100-120 nm. Karena itu, pencegahan infeksi Coronavirus akan efektif bila menggunakan masker yang berpori-pori lebih kecil dari 100 nm.
Saat ini masih belum ada vaksin untuk mencegah infeksi COVID-19. Cara terbaik untuk mencegah infeksi adalah dengan menghidari terpapar virus penyebab COVID-19 dengan melakukan tindakan-tindakan pencegahan penularan dalam praktik kehidupan sehari-hari. Beberapa upaya pencegahan yang dapat dilakukan pada masyarakat :
- Cuci tangan anda dengan sabun dan air sedikitnya selama 20 detik. Gunakan hand sanitizer berbasis alkohol yang setidaknya mengandung alkohol 60 %, jika air dan sabun tidak tersedia.
- Hindari menyentuh mata, hidung dan mulut dengan tangan yang belum dicuci.
- Sebisa mungkin hidari kontak dengan orang yang sedang sakit.
- Saat anda sakit gunakan masker medis. Tetap tinggal di rumah saat anda sakit atau segera ke fasilitas kesehatan yang sesuai, jangan banyak beraktifitas di luar.
- Tutupi mulut dan hidung anda saat batuk atau bersin dengan tissue. Buang tissue pada tempat yang telah ditentukan.
- Bersihkan dan lakukan disinfeksi secara rutin permukaan dan benda yang sering disentuh.
- Menggunakan masker medis adalah salah satu cara pencegahan penularan penyakit saluran napas, termasuk infeksi COVID-19. Akan tetapi penggunaan masker saja masih kurang cukup untuk melindungi seseorang dari infeksi ini, karenanya harus disertai dengan usaha pencegahan lain. Pengunaan masker harus dikombinasikan dengan hand hygiene dan usaha-usaha pencegahan lainnya.
- Pengunaan masker medis tidak sesuai indikasi bisa jadi tidak perlu, karena selain dapat menambah beban secara ekonomi, penggunaan masker yang salah dapat mengurangi keefektivitasannya dan dapat membuat orang awam mengabaikan pentingnya usaha pencegahan lain yang sama pentingnya seperti hygiene tangan dan perilaku hidup sehat.[19]
Dapat disimpulkan bahwa virus penyebab COVID-19 adalah berasal dari keluarga Coronaviridae. Coronavirus memperbanyak diri melalui sel host-nya, pada manusia virus masuk ke saluran napas atas kemudian bereplikasi di sel epitel saluran napas atas. Infeksi tidak sebatas di sistem pernapasan tetapi virus juga bereplikasi di enterosit sehingga menyebabkan diare dan luruh di feses, juga urin dan cairan tubuh lainnya. Coronavirus juga menginfeksi binatang seperti babi, anjing, kucing, tikus, kelinci, sapi, dan ayam. Pencegahan coronavirus dapat dilakukan beberapa cara yaitu menerapkan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat), menggunakan masker bagi orang yang sedang sakit dan saat berada di luar rumah, dan mematuhi tatalaksana penanganan COVID-19 dan protokol kesehatan.
Referensi
Burhan, Erlina, et al. 2020. Pneumonia COVID-19: Diagnosis & Penatalaksanaan Di Indonesia. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia.
Fehr, A. R., & Perlman, S. 2015. Coronaviruses: an overview of their replication and pathogenesis. Coronaviruses. New York: Humana Press.
Huang, Chaolin, et al. 2020. Clinical features of patients infected with 2019 novel coronavirus in Wuhan, China. The Lancet. 395(10223), 497-506.
Koswandy, L. F., & Ramadhania, Z. M. 2016. Kandungan Senyawa Kimia dan Bioaktivitas dari Eucalyptus globulus Labill. Farmaka, 14(2), 63-78.
Utama, Andi. 2003. Virus baru : Coronavirus dan Penyakit SARS. Pusat Penelitian Bioteknologi-LIPI. (http://lipi.go.id/berita/virus-baru-:-coronavirus-dan-penyakit-sars/176)
Wang, Z., Qiang, W., & Ke, H. 2020. A Handbook of 2019-nCoV Pneumonia Control and Prevention. China: Hubei Science and Technologi Press.
World Health Organization. 2020. Novel Coronavirus (2019-nCoV) Situation Report–1. (https://www.who.int/emergencies/diseases/novel-coronavirus-2019/situation-reports)
World Health Organization. 2020. WHO Director-General’s remarks at the media briefing on 2019-nCov. (https://www.who.int/dg/speeches/detail/who-director-general-s-remarks-at-the-media-briefing-on-2019-ncov-on-11-february-2020)
Worldometer. 2020. COVID-19 Coronavirus Pandemic. (https://www.worldometers.info/coronavirus/)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H