Tiga bulan yang lalu adalah pengalaman yang merubah mindset dan kebiasaan hidup saya. Pengalaman yang membuat saya seperti ditampar bolak-balik. Saat itu saya dipertemukan dengan orang-orang hebat yang memiliki kepedulian yang sangat besar. Dimana kami dipertemukan dalam satu kegiatan sosial dan lingkungan selama dua bulan lamanya. Kegiatan ini dilaksanakan oleh pemuda-pemudi Pontianak dan luar negeri. Seperti Portugal, China, Taiwan dan London. Selama dua bulan, kami mendapatkan berbagai ilmu dan informasi baru dengan mengunjungi landfill atau Tempat Pembuangan Akhir (TPA), garbage bank, kampanye lingkungan di Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah, menanam pohon,mendaur ulang kantong plastik menjadi kerajinan tangan seperti bunga dan masih banyak lagi.
Satu minggu sebelum berakhirnya kegiatan, kami mengadakan Kampanye Lingkungan Hijau dengan mengajak seluruh pengunjung car free day di Pontianak untuk membersihkan sampah-sampah di daerah Gor Pangsuma serta mengingatkan untuk selalu membuang sampah di tempat sampah. Tidak saya pungkiri, sebagian masyarakat dan pedagang mencibir bahkan menjadikan aksi kami ini sebagai bahan ejekan.
“Mau bersihkan sampah disini? Bersihkan Sungai Kapuas dulu sana!” ucap mereka entengnya dengan logat khas melayu Pontianak.
Tapi tentu saja dari sekian orang yang memandang sebelah mata aksi ini, ada orang-orang yang masih memiliki rasa peduli terhadap lingkungan dan cinta terhadap negeri. Masih ingat di benak saya, anak-anak kecil dan seorang ibu sekitar umur empat puluh tahun, dengan semangatnya membantu kami memungut sampah.
Teman-teman dari luar negeri pun sangat bersemangat menyuarakan peduli dan cinta lingkungan. Walaupun dengan kemampuan Bahasa Indonesia mereka yang masih sangat terbatas. Mereka sedikit pun tidak menyerah ketika mengobrol dan mengajak masyarakat untuk peduli lingkungan. Ah, tiba-tiba rasa malu marasuki hati ini, ketika masyarakat sekitar car free day sendiri kalah semangat dan kurang memiliki kesadaraan untuk menjaga lingkungan. Saat diajak untuk memungut sampah bersama, mereka memilih menolak atau duduk manis menonton kami. Sedangkan teman-teman dari luar negeri yang bukan lahir atau besar di Indonesia rela bermandikan keringat memungut sampah sembari membopong tempat sampah.
“Oka. How did to say in bahasa, please waste of trash here,” tanya Wendy, seorang mahasiswi dari Taiwan sembari menujuk sebuah kantong plastik hitam besar di tangan kirinya.
“Si-lah-kan bu-ang sam-pah di-si-ni,” ucap saya perlahan dengan vokal yang jelas dan mengarahkan tangan kanan saya ke kantong plastik hitam besar di tangannya.
“Oh, thank you so much Oka. I will remember this,” ucap Wendy dan langsung berlari kecil menghampiri seorang wanita berambut panjang yang sedang duduk beristirahat.
[caption id="attachment_337010" align="aligncenter" width="600" caption="Mari menciptakan Pontianak bersih"][/caption]
Mendambakan Indonesia Bersih
Saat itu saya pun berpikir, setelah kegiatan ini apa yang masih dapat saya lakukan demi meyelamatkan lingkungan Indonesia. Maka mulai dari hari itu pun saya bertekad untuk terus menjaga lingkungan dengan melakukan aksi-aksi kecil. Seperti mengurangi penggunaan kantong plastik. Atau ketika berbelanja di supermarket membawa tas belanja. Dan ketika jajan di koperasi atau warung sekiranya bisa ditaruh di dalam tas, maka saya tidak perlu menggunakan kantong plastik. Selain itu, membawa minuman dari rumah, hemat menggunakan kertas serta membuang sampah di tempat sampah. Jika dibandingkan dengan para pengusaha yang memberi lapangan pekerjaan untuk masyarakat, seorang guru yang dapat mencerdasakan generasi bangsa atau seorang musisi yang berkarya mengharumkan nama Indonesia. Memang aksi kecil saya ini menjadi terlihat begitu sederhana. Akan tetapi seperti yang kita ketahui, bukankah waktu untuk sampah plastik terurai atau hancur adalah sepuluh sampai dua puluh tahun? Jika dalam satu minggunya saya jajan dan belanja sebanyak tiga kali. Berarti saya telah mengurangi 3 sampah kantong plastik. Jika dikalikan satu bulan, ada 12 sampah kantong plastik. Dan jika dikalikan satu tahun, maka saya telah menyelamatkan lingkungan dari 144 sampah kantong plastik. Jadi sekecil apapunaksi saya untuk menyelamatkan lingkungan Indonesia, saya yakin akan terasa di kemudian hari. Dan sekecil apa pun aksi itu, jika tidak dimulai dari diri saya sendiri, tentu tidak akan tercipta Indonesia yang bersih dan sehat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H