Mohon tunggu...
Djono Bedjo
Djono Bedjo Mohon Tunggu... -

AKU HANYALAH WAKTU, YANG TERANG KETIKA DATANG, DAN TAK PERNAH PERGI MESKI KAU TAK PEDULI. AKU HANYALAH WAKTU, YANG TETAP SETIA MENUNGGUMU, MESKI KAU BERSEKUTU DENGAN APAPUN. AKU HANYALAH WAKTU DAN KAU TAK AKAN BISA BERLARI DARIKU. (Djono Bedjo Subroto)

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Tasbih Ramadhan

8 Juni 2016   10:38 Diperbarui: 8 Juni 2016   10:45 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Tasbih Ramadhan
Malam ini kuambil tasbihku dan kuwiridkan istighfar di setiap butirnya
"Astaghfirullahaladziim..."
Tiga Puluh Tiga banyaknya
Satu butir saja rasanya bumi ini seakan menghunjam tubuhku hingga aku ambless melebur ke dalam perutnya...
Coba saja kuhitung dosa dari mataku yang senantiasa melihat begitu banyak maksiat..
Aku bahkan malu andaikata pada Ramadhan ini aku dipanggil Allah untuk mempertanggungjawabkan dosa mataku ini
Bergegas aku ambil butir Tasbih kedua dengan keras-keras kuhembuskan nafas dan berucap "Astaghfirullahaladzim..."
Terbayang dosa-dosa dari mulutku
Entah berapa juta kata kebohongan yang terucap
Entah berapa milyar gosip, fitnah, dan adu domba yang terus nyerocos dari mulutku dan kukatan semua itu sambil tertawa-tawa, begitu senangnya...ghibah seolah hadir seperti air bah bohorok yang begitu kuat dan dahsyat...

Ya, Rabbi
Aku bergegas menemui butir Tasbih ketiga sambil keras-keras kuteriakkan "Astaghfirullahaladzim..."
Makin keras kuteriakkan makin terbayang dosa yang kucetak dari mulutku...
Berapa juta makanan haram yang kumasukkan melalui mulut ini
Berapa juta minuman haram yang kutenggak tanpa rasa malu
Aku semakin gemetar jika kubayangkan makanan dan minuman haram itu berputar-putar di dalam perut, diolah oleh lambung, dan menjadi darah yang mengalir ke seluruh tubuhku...menggerakkan semua urat-urat nadiku...menjadi janin yang tumbuh di rahim isteriku
Ya Rabbi,
Pantas saja mulutku kotor karena ghibah dan fitnah
Pantas saja mulutku bau kebohongan yang kutebarkan ke mana-mana
Ya Allah, Ya Tuhanku,
Aku tak sanggup menarik butir tasbihku yang keempat...
Aku tak sanggup membayangkan dosa tanganku yang kerap memukul anak-anakku, mencuri dan korupsi

Aku tak sanggup membayangkan dosa kakiku yang selalu melangkah ke tempat-tempat tahayul, kemusyrikan, dan kebusukan
Aku tak sanggup membayangkan dosa kelaminku yang selalu bernafsu bergonta ganti perempuan
Aku tak sanggup
Aku tak sanggup
Aku tak sanggup
Ya Rabb...

Aku tak sanggup meneruskan butir-butir Tasbihku sendiri
Aku hanya tunduk sujud, mensejajarkan tinggi kepala dengan ujung kaki..
Hanya berharap ampunanMu Ya Allah...
Hanya berharap ridhoMu Ya Allah....

"astaghfirullahaladzim...astaghfirullahaladzim...astaghfirullahaladzim....alladzi laa ilaaha illallah huwal khayyul qoyyum waatubuh ilaih..."

Ridhoi aku Ya Allah Yang Maha Pemberi Ridho
Kuatkan aku Ya Allah Yang Maha Kuat lagi Perkasa
: faghfirli...faghfirli...faghfirli...

Jakarta, 8 Juni 2016
Habe Arifin

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun