Sebenarnya alasan yang sangat simpel, perempuan itu ingat dilihat, ingin diperhatikan, karena zaman sekarang kebanyakan orang akan underestimate seseorang hanya karena melihat dari fisik.
Coba deh bedain kalau perempuan cantik masuk ke dalam sebuah toko dan pelayannya laki-laki, pasti ia akan diiperlakukan sangat baik. Sementara jika yang datang perempuan "buriq".
Sebenarnya bukan karena perempuan itu enggak bersyukur atas apa yang sudah Tuhan tetapkan, hanya saja perlakuan yang tidak adil yang terkadang diterima oleh perempuan-perempuan yang merasa dirinya tidak sempurna.
So, salah enggak sih kita berlomba-lomba untuk jadi cantik, mulus dan putih? Sebenarnya enggak salah kalo emang standar kebahagian kalian itu ada di fisik. Tapi sepengalamanku aku sama sekali tidak bahagia. Aku seperti tidak sayang akan diriku sendiri.
Aku kehilangan banyak momen yang sebenarnya bisa aku lakukan tetapi malah aku sia-siakan karena sibuk untuk terlihat cantik. Pada akhirnya aku juga tidak berubah menjadi cantik.
So, karena itulah aku memutuskan untuk stop to think that physical appearance is the standard of happiness. Tunjukin ke dunia bahwa meskipun kamu tidak cantik tapi kamu punya hati yang cantik.
Mungkin kita tidak dilahirkan menjadi anak yang bergelimang harta semua kebutuhan terpenuhi, semua yang diinginkan terkabulkan, tapi tidak ada yang tidak mungkin untuk kita menyamai kedudukan seperti mereka yang kaya raya hanya karena harta orangtua.Â
Jika alasannya kita tidak pintar, please guys yang namanya pengetahuan itu musti digali. Pintar dari lahir tapi enggak pernah diasah lagi toh bakal sia-sia kan ya.
Insecure-lah kepada hal-hal yang positif, jangan terlalu memusingkan sesuatu yang tidak perlu kamu pusingkan. Enggak apa kalo kamu insecure sama orang-orang hebat, tapi dengan insecure-mu itu menjadikan dirimu semangat untuk berbuat yang terbaik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H