Mohon tunggu...
Bebi Octaviona
Bebi Octaviona Mohon Tunggu... Mahasiswa - Saya mahasiswi jurusan Akuntansi Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam di UIN Raden Mas Said Surakarta

hobi saya membaca novel, menonton film dan drakor

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pendekatan Tasawuf sebagai Jalan Hidup yang Bermakna bagi Masyarakat di Indonesia

15 Oktober 2024   13:03 Diperbarui: 16 Oktober 2024   12:20 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Di tengah hiruk -- pikuk kehidupan modern yang dipenuh dengan kesibukan dan materialisme, banyak orang merasa telah kehilangan makna hidup. Kecemasan, kejenuhan, dan ketidakpuasan semakin sering mengganggu keseharian kita.  Terutama masyarakat di Indonesia yang menghadapi berbagai tantangan, seperti ketidakpastian ekonomi, tekanan sosial, dan meningginya tingkat stress.

Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyebutkan angka gangguan kecemasan yang dialami oleh masyarakat mengalami kenaikan sebesar 6,8 % selama masa pandemi COVID-19. Sepanjang tahun 2020, sebanyak 18.373 jiwa mengalami gangguan kecemasan, lebih dari 23.000 mengalami depresi dan sekitar 1.193 jiwa melakukan percobaan bunuh diri, hal tersebut benar -- benar membutuhkan penanganan yang serius.

Berdasarkan riset dari detikhealth ini mengukur beberapa indikator yang dirasakan di tempat kerja, salah satunya tingkat stres. Di sisi lain, dalam hal mengalami perasaan marah dan sedih dalam sehari, Indonesia berada pada peringkat yang jauh lebih tinggi Sebanyak 20% responden Indonesia mengatakan mereka mengalami banyak kemarahan dalam sehari, sementara 27% dari mereka mengatakan mereka merasa sedih.

Laporan lain yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2020 juga menunjukkan peningkatan kecemasan di kalangan masyarakat Indonesia selama pandemi COVID-19, di mana lebih dari 60% responden melaporkan mengalami kecemasan terkait kesehatan dan ekonomi.

Dalam kondisi seperti ini, pendekatan tasawuf dapat menjadi salah satu solusi untuk menemukan kedamaian batin, kebijaksanaan, serta pemahaman yang lebih mendalam tentang hidup. Tasawuf menekankan pada penyucian hati (tazkiyatun nafs), introspeksi, dan pengendalian diri, yang membantu individu menemukan makna hidup yang lebih dalam. 

Tasawuf mengajarkan refleksi diri, penyadaran emosi, serta penerimaan takdir sebagai jalan untuk mengatasi kegelisahan. Tasawuf menekankan bahwa kebahagiaan sejati tidak terletak pada harta atau status sosial, melainkan pada kedekatan dengan Allah SWT. dan kebersihan hati dari sifat negatif seperti keserakahan, kebencian dan kesombongan. Melalui dzikir, meditasi, dan introspeksi diri, kita diajak untuk mengendalikan hawa nafsu dan berikhlas dalam setiap tindakan dengan tujuan mencapai kedekatan dengan Sang Pencipta.

Namun, penting untuk diingat bahwa tasawuf bukanlah pelarian dari kenyataan hidup, melainkan usaha atau upaya untuk memahami makna hidup yang lebih tinggi di balik setiap peristiwa yang terjadi dalam kehidupan kita. Dengan kesabaran, keikhlasan, dan berserah diri dalam menghadapi cobaan, pendekatan ini membawa kedamaian batin yang sejati, bahkan di tengah tekanan hidup modern.

Pendekatan tasawuf menawarkan perspektif baru dalam hidup, dengan fokus pada pengembangan spiritual. Tasawuf membantu mereka yang merasa tersesat dalam dunia modern yang penuh tekanan dengan menekankan pentingnya memahami diri, menemukan makna hidup yang lebih dalam, dan merasakan kehadiran Allah SWT dalam setiap aspek kehidupan bukan hanya mengejar kesuksesan duniawi..

Pendekatan tasawuf memberikan kita jalan untuk menemukan hidup yang lebih bermakna. Dengan mempraktikkan nilai -- nilai spiritual ini, kita dapat mencapai kebahagiaan yang sejati, ketenangan batin, dan kehidupan yang lebih seimbang. Di era modern yang penuh tantangan ini pendekatan tasawuf adalah pengingat bahwa kedamaian dan makna hidup tidak dapat ditemukan di luar diri kita melainkan di dalam hati yang senantiasa terhubung dengan Sang Pencipta.

Referensi

Shanti, Hreeloita Dharma. (2021). Kemenkes: Angka gangguan kecemasan naik 6,8 persen selama pandemic. Diakses pada tanggal 14 Oktober 2024, dari https://www.antaranews.com/berita/2444893/kemenkes-angka-gangguan-kecemasan-naik-68-persen-selama-pandemi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun