Mohon tunggu...
Deby Gemysa Faradiba
Deby Gemysa Faradiba Mohon Tunggu... -

nothing special.....

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Disleksia Perkembangan (Dyslexia, The Hidden Disability)

7 Mei 2013   18:50 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:57 1165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kesulitan belajar pada umumnya dan kesulitan belajar spesifik khususnya pada anak merupakan masalah, baik di sekolah maupun dilingkungan sosialnya. Bila tidak ditangani dapat merupakan masalah seumur hidupnya. Salah satu dari kesulitan belajar spesifik yang mendapat perhatian adalah kesulitan membaca atau disleksia, karena kemampuan membaca merupakan dasar atau fondasi untuk memperoleh kepandaian skolastik lainnya.Frank Wood (1993) bahkan menyatakan dalam penelitian epidemiologisnya, kesulitan membaca merupakan lebih dari 90% dari kelainan nonpsikiatris pada anak-anak sekolah. Pada anak-anak disebut disleksia perkembangan karena terjadinya pada masa perkembangan anak.

Disleksia perkembangan merupakan salah satu gangguan perkembangan fungsi otak yang terjadi sepanjang rentang hidup (developmental disorders across the life span). Tidak jarang anak-anak yang mengalami disleksia terutama yang ringan dianggap atau dicap sebagai anak yang bodoh, malas, kurang berusaha, ceroboh sehingga timbul rasa rendah diri, kurang percaya diri dan mengalami gangguan emosional sekunder. Padahal tidak jarang penyandang disleksia mempunyai intelegensi yang tinggi seperti antara lain Nelson Rockefeller, Albert Einstein, Churchill, yang disebut Gifted Dyslexics.

Negara-negara yang sudah berkembang membentuk asosiasi disleksia dan “dyslexia centres” untuk esesmen dan penaganan penyandang disleksia. Di Indonesia kesulitan membaca atau disleksia pada umumnya sudah dikenal, namun jenis atau tipe disleksia masih kurang dikenal sehingga program penanganan yang diberikan kurang terstruktur, komprehensif, dan mendalam yang menyebabkan hasilnya kurang optimal.

Apa itu Disleksia (Dyslexia)?

Dyslexia berasal dari kata Yunani “dys” berarti kesulitan “lexis” berarti kata-kata. Disleksia merupakan kesulitan belajar yang primer berkaitan dengan masalah bahasa tulisan seperti membaca, menulis, mengeja, dan pada beberapa kasus kesulitan dengan angka, karena adanya kelainan neurologis yang kompleks, kelainan struktur dan fungsi otak. Dapat pula merupakan kelainan bawaan (constitutional in origin), keturunan (genetik). Bila salah satu dari kembar identik mengalami disleksia, maka 85 hingga 100% kemungkinan anak kembar yang lain mengalami disleksia, sekitar 25-50% dari anaknya dapat mengalami disleksia pula.

Disleksia disebut juga sebagai kesulitan belajar spesifik, dikatakan spesifik karena kesulitan dalam masalah belajar tertentu, bukan lambat belajar umum yang mengalami kesulitan dalam seluruh spectrum belajar. Gejala spesifik berupa kesulitan dalam membaca, mengeja, dan bahasa tulisan. Gejala penyerta lain dapat berupa kesulitan menghitung (diskalkuli), menulis angka (national skills/music), fungsi koordinasi/ keterampilan motorik (dispraksi). Namun yang utama adalah anak harus menguasai bahasa tulisan walupun bahasa tutur dapat pula terganggu. Anak yang mengalami kesulitan membaca akan mengalami kesulitan dalam kehidupan dilingkungannya, terutama di sekolah yang pembelajarannya menggunakan buku.

Ada beberapa oendekatan remedial untuk disleksia. Program remidiasi lebih ditekankan pada kekuatan kemampuan anak, apakah, pada kemampuan presepsi visual atau persepsi audiotorisnya. Pada anak dengan kemampuan ausitoris yang kuat dan lemah dalam kemampuan visual diberikan program fonetik. Pada anak dengan kemampuan visual yang kuatdan lemah dalam kemapuan auditoris dilatih membaca visual dengan teknik kata-utuh. Keberhasilan penangan disleksia bergantung kepada ketepatan diagnosis dan pemberian program remidiasi yang tepat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun