Mohon tunggu...
BEATRIKS JELIMIN
BEATRIKS JELIMIN Mohon Tunggu... Guru - Guru

Travelling, Reading and writing

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Media Massa dan Teori Jarum Suntik

17 Maret 2023   20:13 Diperbarui: 18 Maret 2023   11:02 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ditengah geliatnya peradaban dunia, Media massa masih mengambil peran yang sangat krusial. Bahkan, dengan memanfaatkan berbagai kanal teknologi yang tersedia membuat semua pihak bisa dengan mudah menjaring berbagai informasi dan disatukannya dalam sebuah link website berita online. Dalam hal ini tentu media massa dengan segala keterbukaannya membantu semua komunitas masyarakat untuk ikut terlibat dalam berbagai peristiwa sosial baik secara verbal maupun non-verbal. Media massa seolah memiliki kharisma yang sangat dahsyat untuk mempengaruhi berbagai pihak atau khalayak yang terus berkecimpung didalamnya agar setiap jengkal pesan daripada media itu sendiri dapat tersampaikan.

 Dengan berbagai keterampilannya media massa terus dan bahkan hampir tidak ada ruang kosong dilayar kaca kita  tentang berbagai seliweran berita yang dipertontonkan. Berbagai judul berita menyelinap diruang platform google, Facebook dan berbagai aplikasi smartphone yang tersedia. Realita ini seolah mengharuskan hingga memaksa kita untuk terus dan tidak hanya memposisikan diri kita sebagai pengikut atau follower tetapi bahkan dituntut untuk mengambil bagian secara langsung dalam setiap pesan (message) yang bergulir dari setiap catatan berita.

          MENJADI PEMBACA YANG KRITIS.

Setiap pesan berita yang diberitakan dibutuhkan kemampuan pembaca untuk benar-benar menyerap isi pesan berita tersebut. Salah satu poin penting bagi pembaca ialah memiliki kemampuan nalar yang kritis atau menjadi pembaca yang kritis (critical readers) agar kita (pembaca) tidak mudah terpengaruh dengan berita-berita bohong (hoax).

           Bagaimana menjadi pembaca yang kritis?

Dewi Rahmayanti dalam artikelnya (28 Januari 2022) berpendapat bahwa: membaca kritis berhubungan erat dengan berpikir kritis, dengan membaca kritis kita sebagai pembaca akan memiliki rasa ingin tahu tentang apa yang kita baca. Membaca kritis ialah kegiatan yang dilakukan secara bijaksana, penuh tanggung jawab, evaluasi,  menganalisis namun tidak mencari kesalahan penulis. Pendapat ini dapat disimpulkan bahwa membaca kritis berarti mengevaluasi sebuah tulisan untuk mendapatkan sebuah pesan yang baik dan bernilai.

        Mengkritisi setiap berita yang dipublikasikan adalah sebuah sikap bagaimana pembaca mampu mengimbangi antara apa yang diberitakan dengan pesan yang harus diambil dari setiap tulisan berita.

Setiap kuli tinta pasti memiliki kemampuan komunikasi massa melalui tulisannya. Dengan begitu sang jurnalis tentu sanggup mendesain metode komunikasinya melalui media massa untuk mendapatkan perhatian publik. Hal ini tentu merupakan ciri utama yang mesti dipegang oleh seorang penulis berita.

Harus diakui bahwa media massa memiliki kekuatan untuk memikat, mempengaruhi bahkan mengendalikan pembaca. Media massa seolah memiliki kemampuan persuasif (persuasive skill).

Dalam kaitan dengan ini media massa secara inklusif harus "mencuci otak" pembaca untuk kemudian menjadi bagian dari pesan berita yang disampaikan.

               MEDIA MASSA DAN TEORI JARUM SUNTIK.

         Melihat kenyataan ini penulis  mencoba menghubungkan peran media massa dari sudut pandang teori jarum suntik (hypodermic theory) yang pertama kali digagas oleh  Melvin de Fleur. Teori ini sebenarnya medasarkan  pada apa yang disebutnya "instinctive S-R theory" atau disebut juga teori stimulus-respons yaitu suatu prinsip belajar yang sederhana dimana efek merupakan reaksi terhadap stimulus tertentu. Rangsangan itu membangkitkan desakan , emosi, atau proses lain yang hampir tidak terkontrol oleh individu. Karena teori ini mengasumsikan khalayak yang tidak berdaya diterpa oleh stimuli media massa, maka teori ini disebutnya juga "teori peluru" ( the bullet theory/ hypodermic theory). ( Baca jurnal missio vol.4 2012).

            Teori hipodermik atau yang umum disebut teori jarum suntik memandang bahwa setiap pesan yang termuat dalam sebuah tulisan berita seperti sebuah peluru tajam atau suntikan jarum yang merasuki pikiran pembaca. 

Teori ini juga menyatakan bahwa media dalam hal ini media massa memiliki pengaruh yang kuat terhadap pembaca. Teori jarum suntik (hipodermik) adalah teori komunikasi linier yang menunjukkan bahwa pesan media yang langsung disuntikkan ke otak audiens yang pasif dan homogen. Teori ini menunjukkan bahwa teks media tertutup dan khalayak dipengaruhi dengan cara yang sama. Teori jarum suntik  memiliki konsep satu arah (one step flow), yaitu:media massa langsung kepada khalayak sebagai mass audience (media massa). 

          ASUMSI TEORI JARUM SUNTIK

Model ini berasumsi media massa secara langsung cepat dan mempunyai pengaruh yang kuat  atas khalayak. Teori ini juga berasumsi bahwa elemen-elemen komunikasi seperti komunikator, pesan dan media memiliki pengaruh yang kuat dalam komunikasi,(baca kompas.com.)

           Dengan demikian, teori jarum suntik dikatakan sebagai teori peluru yang mampu menembak isi kepala pembaca yang pasif. 

Oleh karenanya, pembaca yang tidak bernalar kritis akan jatuh terjerembab dengan kencangnya lesakan peluru tajam media masa namun sebaliknya menjadi pembaca yang kritis atau pembaca yang aktif tidak akan langsung disasar oleh suntikan jarum informasi yang mungkin akan menyesak dan terkontaminasi dengan semburan toksik  berita diberbagai media massa.

SEKIAN!!!

PENULIS

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun