Mohon tunggu...
Beatriz Bridget
Beatriz Bridget Mohon Tunggu... -

Berbicara dalam kata-kata, keluar dari kebisuan. Bertetiak bukan untuk menggaduhkan, tapi untuk membebaskan pikiran.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Cahaya dari Timur : Beta Maluku

21 Juni 2014   18:16 Diperbarui: 20 Juni 2015   02:54 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebelumnya saat pertama kali pergi ke tanah jawa untuk berkuliah, sampai di sini banyak orang tahu kalau Ambon itu pernah rusuh. Lalu mereka sering bertanya bagaimana rasanya hidup di tengah konflik seperti itu.

Bagi teman-teman yang pernah menanyakan hal tersebut, semua yang saya gambarkan sebagaian kecilnya tergambar di film ini. Bagaimana anak-anak seperti saya saat itu cukup menjadi korban hidup-hidup dari konflik waktu itu.

But Those day are over now..

At least masa kami berdamai dengan masa pahit itu, diceritakan sedikit melalui film ini. Buat saya yang adalah anak Maluku, film ini harusnya cukup menjadi cambuk agar tidak mengulang kesalahan yang sama, dan harus kembali ke masa pahit dimana yang satu hidup jadi terpisah. Film ini berteriak pada setiap hati yang pernah sakit di masa itu "sudah cukup perihnya!!" berteriak bagi yang dendam "sampai kapan kita harus begini?".
jangan sampai tersulut lagi, biar saja damai yang ada di hati.

Terlepas dari segala emosi yang sangat personal ini, film ini punya kualitas lain yang patut dipuji.

1. Soundtrack

Sudah terbayang kalau soundtracknya akan menjadi sebuah soundtrack yang epic dibawah pengawalan Glenn Fredly. Dengan bangga saya bisa bilang "ini music Maluku!"

2. Konflik cerita

Siapapun yang menulis skrip, saya suka cara dia mengemas konflik-konflik dalam cerita yang membuat semuanya bisa terkait satu sama lain dan membuat cerita menjadi solid tanpa celah.

3. Cinematographer

Adegan pertandingan sepakbola di saat turnamen di Jakarta memang tidak terkesan megah dan real seperti ada sebuah kompetisi besar, tapi pergerakan pemainnya memberikan kesan yang sangat epic, seolah-olah mereka adalah pemain professional dengan skill yang tinggi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun