Pembelajaran di SMA Santo Fransiskus Assisi Samarinda telah menerapkan Flipped Learning yang diintegrasikan dengan proses belajar Differentiated Learning.
Metode Flipped Learning ini merupakan proses pembelajaran yang menyajikan data dan informasi agar dapat disampaikan kepada peserta didik sebelum pembelajaran berlangsung di dalam kelas. Sedangkan Differentiated Learning merupakan pembelajaran yang beragam dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik melalui minat dan gaya belajar sehingga media dan metode menyesuaikan dengan kebutuhan peserta didik.
Jadi Flipped Differentiated Learning dapat diartikan sebagai rangkaian pembelajaran yang menggabungkan kegiatan di luar dan di dalam kelas berdasarkan kebutuhan peserta didik dengan prinsip yang menyenangkan (more comfortable learning), menyesuaikan kebutuhan (customized learning), dan pembelajaran yang bermakna (meaningful learning).
Flipped Differenciate Learning (FDL) hadir sebagai kebutuhan yang berfungsi untuk menunjang peserta didik dalam mengembangkan dan mengeksplorasikan potensinya sesuai dengan kebutuhan. Sehingga penilaian FDL tidak lagi berfokus terhadap hasil akhir melainkan proses yang terjadi. Dengan begitu, guru diwajibkan memberikan fokus pendampingan individu dan kelompok sesuai dengan kebutuhan peserta didik.
Dalam menerapkan FDL terdapat tiga aspek yang perlu diperhatikan yaitu; Kesiapan belajar/pengetahuan, minat belajar, dan profil peserta didik. Selain itu dalam menerapkan diagnostik guru perlu memperhatikan budaya (cultur), jenis kelamin (gender), gaya belajar, dan prefensi belajar (audio, animasi, refleksi, visual, dan sebagainya). Tiga jenis tes penilaian yaitu, asessment diagnostik, asessmen formatif, dan asesmen sumatif.Â
Asesmen formatif yaitu penilaian melalui proses pembelajaran dengan tujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran siswa kedepannya), nilai formatif tidak lagi masuk ke dalam penilaian akhir siswa. Sedangkan asesment sumatif yaitu evaluasi yang dilakukan dalam pembelajaran dan masuk dalam penilaian. Adapun diagnostik hanya berperan diawal dalam membantu guru dalam menentukan klasifikasi kelompok belajar sesuai dengan gaya belajar, kesiapan belajar, dan minat belajar yang dilakukan di awal pertemuan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H