jurnalisme mengalami perubahan. Tak hanya dari segi produksi dan konsumsi, namun juga terdapat konsekuensi dan skills yang harus dikembangkan jurnalis. New Media secara tidak langsung menuntut jurnalis untuk multitasking.
New Media membuatPada dasarnya jurnalisme merupakan kegiatan mengumpulkan, memilih, memproduksi, mendistribusikan, dan menafsirkan suatu berita (Mindy McAdams). Namun, berkembangnya teknologi menghadirkan new media. Terdapat perbedaan, konsekuensi, dan kompetisi antara jurnalisme dulu, saat ini, dan masa depan. Berikut perbedaan dan konsekuensinya.
Perbedaan Produksi Zaman Dahulu dan Sekarang
Zaman dahulu, majalah, koran, radio, dan televisi menjadi sumber informasi masyarakat (Tan, Kook, Salimat). Sesuai dengan The Hypodermic Needle Theory, semua informasi dari media akan diterima secara langsung oleh masyarakat.
Dengan begitu, informasi bergerak dari point to multipoint. Proses produksi berita pun tidak diketahui masyarakat. Proses produksi zaman dulu, reporter dan kameramen akan bertugas mencari berita.
Mereka akan mencari tambahan informasi dari sumber terkait. Kemudian, berita akan diproduksi dan dipublish di media. Setelah dipublish, masyarakat baru memperoleh informasi. Â
Namun, cara ini sudah tidak relevan lagi pada jurnalisme saat ini dan masa depan. Kini, media membuat jurnalisme lebih interaktif. Informasi tak lagi bergerak dari point to multipoint, namun multipoint to multipoint (Tan, Kook, Salimat).
Masyarakat saat ini menjadi pengawas sekaligus memproduksi berita. Menulis berita bukan lagi dari ranah jurnalis, namun masyarakat biasa pun bisa. Hal ini disebut citizen journalism. Audiens dapat dengan mudah memproduksi berita dari relasi yang mereka miliki. Kemudian menyebarkannya di sosial media maupun blog.
Perbedaan Konsumsi Zaman Dahulu dan Sekarang
Cara audiens mengonsumsi berita pun senantiasa berubah. Dilansir dari artikel daring Tirto.id, pada tahun 2014 sebanyak 79% memilih televisi sebagai sumber informasi sedangkan internet hanya 8%.
Pada tahun 2017, pencarian informasi melalui internet telah mencapai 83,6%. Hanya 14,4% saja yang masih menggunakan televisi sebagai akses utama informasi.
Pengaksesan informasi pada internet pun dibagi menjadi beberapa jenis. 35,2% pencarian melalui media sosial, kemudian 26,1% dengan browser, sisanya melalui youtube.
Masyarakat saat ini tak ingin direpotkan dengan berbagai kertas dan medium lainnya. Apabila ada dalam satu genggaman, mengapa harus bersusah payah?
Untuk itu, perusahaan media saat ini bukan hanya melawan sesama perusahaan media, namun juga teknologi, masyarakat, dan para amatir lainnya. Media perlu membranding terus menerus dan menciptakan inovasi baru.
Tak hanya itu, kompetisi media kini sudah beralih pada tingkat global. Hal ini dikarenakan semua orang berpeluang untuk mengakses informasi dari mana pun.
Dengan begitu, media perlu berkompetisi untuk merebut perhatian audiens. Beberapa media mengadakan kuis ataupun live comment untuk menjalin hubungan dengan audiens.Â
Continue to Study and Learn New Skills -- Edie Mcclurg
Mindy McAdams terdapat 7 Skills yang harus dimiliki jurnalis saat ini dan masa depan:
Menurut- Photojournalism
- Editing audio
- Editing dan Shooting (Video)
- Data JournalismÂ
- Grafik
- Program Komputer
- Information design
Untuk itu, dengan bertambahnya skills yang harus dikuasai jurnalis maka beberapa media mengalami perubahan. Media tersebut yaitu televisi, radio, serta koran.
Contoh Perubahan MediaÂ
Bersumber dari Mindy McAdams, perusahaan media saat ini tidak cukup hanya mengandalkan siaran. Kini, mereka telah memiliki portal berita. Bahkan, portal berita yang dibuat sesuai dengan nama programnya bukan nama media.
Selain itu, jurnalis TV tak hanya melaporan kejadian saja, namun juga menulis berita layaknya jurnalis koran. Di dalam website, jurnalis juga harus mencantumkan data, gambar, dan audio untuk menambah informasi masyarakat.
Tak jauh berbeda dengan TV, Radio juga mengalami perubahan. Radio masa kini bukan hanya audio, namun memiliki visual atau disebut radiovisual.
Namun, Radio tidak meninggalkan ciri khasnya yang berfokus pada audio. Selain audio, radio juga menyajikan teks berita sebagai tambahan.
Koran yang dulunya hanya sebatas teks dan gambar, kini telah menjadi multimedia. Salah satu contohnya yaitu The New York Times. Teks, gambar, audio, dan video sudah tersedia dalam satu website. Namun, mereka tetap hadir dalam versi cetak.
Lalu, bila semua media kini berubah menjadi multimedia, apa benar Generasi Millenials dan Z menjadi salah satu faktor pudarnya media cetak?
Selanjutnya, terdapat konsekuensi perkembangan yang akan dirasakan, baik dari pihak produsen maupun konsumen (Mindy McAdams). Beberapa di antaranya, seperti video tak hanya di televisi saja namun terdapat di media sosial, website, dll.
Kedua, munculnya agregator/agregasi yang menjadi wadah semua informasi. LINE Today menjadi contoh agregator.
Semua berita baik dari kompas, liputan6, detik, dll berada dalam satu tempat. Tentunya hal ini memudahkan konsumen dalam mencari informasi yang beragam dalam satu klik saja.
Ketiga, adanya fitur sorted dan ranked dalam website maupun Youtube. Dilihat dari sisi konsumen, tentunnya ini memudahkan untuk melihat berita/video populer.
Namun dari sisi produsen, informasi-informasi yang tidak masuk rank akan tertimbun. Dengan begitu, peluang untuk dibaca massa akan semakin berkurang.
Mau tahu lebih lanjut tentang alasan-alasan memudarnya media cetak? Yuk dengar podcast berikut!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H