jurnalisme mengalami perubahan. Tak hanya dari segi produksi dan konsumsi, namun juga terdapat konsekuensi dan skills yang harus dikembangkan jurnalis. New Media secara tidak langsung menuntut jurnalis untuk multitasking.
New Media membuatPada dasarnya jurnalisme merupakan kegiatan mengumpulkan, memilih, memproduksi, mendistribusikan, dan menafsirkan suatu berita (Mindy McAdams). Namun, berkembangnya teknologi menghadirkan new media. Terdapat perbedaan, konsekuensi, dan kompetisi antara jurnalisme dulu, saat ini, dan masa depan. Berikut perbedaan dan konsekuensinya.
Perbedaan Produksi Zaman Dahulu dan Sekarang
Zaman dahulu, majalah, koran, radio, dan televisi menjadi sumber informasi masyarakat (Tan, Kook, Salimat). Sesuai dengan The Hypodermic Needle Theory, semua informasi dari media akan diterima secara langsung oleh masyarakat.
Dengan begitu, informasi bergerak dari point to multipoint. Proses produksi berita pun tidak diketahui masyarakat. Proses produksi zaman dulu, reporter dan kameramen akan bertugas mencari berita.
Mereka akan mencari tambahan informasi dari sumber terkait. Kemudian, berita akan diproduksi dan dipublish di media. Setelah dipublish, masyarakat baru memperoleh informasi. Â
Namun, cara ini sudah tidak relevan lagi pada jurnalisme saat ini dan masa depan. Kini, media membuat jurnalisme lebih interaktif. Informasi tak lagi bergerak dari point to multipoint, namun multipoint to multipoint (Tan, Kook, Salimat).
Masyarakat saat ini menjadi pengawas sekaligus memproduksi berita. Menulis berita bukan lagi dari ranah jurnalis, namun masyarakat biasa pun bisa. Hal ini disebut citizen journalism. Audiens dapat dengan mudah memproduksi berita dari relasi yang mereka miliki. Kemudian menyebarkannya di sosial media maupun blog.