Beberapa kurun waktu terakhir, di kota saya sedang booming pelatihan 'Cara Gila Jadi Pengusaha'. Saya sendiri tidak ikut, karena memang tidak tertarik. Yang terjadi pasca pelatihan itu, banyak teman yang nyaris alias hampir resign dari tempat kerjanya untuk menjadi pengusaha. Benar-benar gila, mengingat usaha saja dia belum punya alias nol besar. Dan banyak pula teman yang nekad berhutang. Dan, sekarang tinggal 'gila'nya karena tidak bisa membayar hutang, pun tidak jadi pengusaha.
Sebenarnya, kalau kita lihat model pelatihan-pelatihan seperti ini, intinya cuma satu. Si pembicara adalah orang yang sudah sukses saat ini dan itu dia mulai merintis sejak bertahun-tahun yang lalu. Jadi ceritanya dia telah menulis kisah kesuksesannya dan saat ini kita sedang membacanya. Proses menulis itulah yang terkadang tidak bisa ditiru dengan instan. Takdir berperan besar di sana. Banyak orang gigih dalam menekuni bidang usaha tertentu, tapi tidak semuanya bisa sukses dan memperoleh omzet dengan nilai angka nol melebihi 6.
Tadi siang saya baru saja mengikuti sebuah pelatihan wirausaha. Menghadirkan dua tokoh pengusaha yang sudah sukses. Mudah bagi mereka membagi pengalaman dan memberikan tips agar bisa sukses seperti mereka, ya karena itu tadi. Mereka sudah memulainya bertahun-tahun yang lalu dengan segala dinamika jungkir baliknya. Sekarang kita tinggal melihat alangkah enaknya hidup mereka. Enaknya jadi pengusaha ya?
Peserta yang ikut ada dua macam. Tiga malah. Yang satu adalah yang sudah terjun di dunia usaha, tapi belum sesukses mereka. Jadi acara tersebut benar-benar menggaiahkan dan melecut motivasi. Mudah-mudahan saja tidak hangat-hangat tahi ayam. Seminggu semangat, setelah itu tamat.
Tipe yang kedua adalah orang yang belum memulai usaha dan ingin memulai usaha. Orang semacam ini akan melihat bahwa usaha adalah salah satu jalan menuju sukses, apalagi mendengar kisah sukses kedua pemateri. Tapi itu pun, dia masih mengandalkan pekerjaannya sebagai karwayan. Untuk memulai usaha, nanti dulu. Belum tentu bisa mengerjakan seperti dua orang sukses itu. Kata mereka, mereka bisa sukses karena mereka 'berani' melepas gajinya sebagai karyawan, karena mereka punya usaha yang sudah dirintis dan membutuhkan perhatian lebih banyak.
Tipe ketiga, saya banget, hehe. Tentu saja karena saya tipe pengusaha yang tidak seperti kedua tipe di atas, apalagi seperti dua orang sukses yang mengadakan pelatihan. Karena saya tidak berdagang barang atau jasa. Saya jualan tulisan. Saya pengusaha tulisan. Dan pengusaha tulisan tidak bisa menempuh jalan seperti pengusaha lainnya. Dia harus lebih banyak duduk di depan komputer, bukan keliling kota mencari pangsa pasar.
Jadi, saya adalah salah satu orang yang terkantuk-kantuk di pelatihan tadi. Sorry ...
Tapi saya mengambil satu kesimpulan. Setiap orang sukses pasti bangga dengan bidang yang disuksesinya. Dan hal itu terkadang membuat dia bersikap bahwa bidang yang dia geluti adalah yang terbaik, meremehkan bidang yang lain. Padahal belum tentu kan?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H