Uang adalah sebuah produk imajiner yang diciptakan oleh Bank Sentral. Apakah itu Rupiah, Dollar Amerika, Dollar Singapura, Ringgit Mayalisia, atau Won dan Yen Jepang adalah sebuah produk atau benda tidak ada bentuk fisiknya di dunia nyata. Masingpmasing Bank Sentral membuat pernyataan dan menerbitkan surat keterangan (bank note) bahwa kertas-kertas yang mereka buat tersebut "Setara" dengan jumlah nominal yang tercantum/tertulis pada kertas tersebut dengan produk imajiner yang mereka buat.
Pada awalnyanya kertas-kertas yang mereka terbitkana atau buat tersebut  setara dengan jumlah berat logam tertentu seperti emas, perak, atau nikel, dan aluminium, yang merupakan kuantitas yang memenuhi syarat sebagai alat tukar barang karena sifat fisik dan kimia yang tidak berubah sepanjang masa. Hal tersebut disebabkan anggapan bahwa logam-logam itu menjadi benda berharga karena tidak berubah berat (massa), tidak membusuk, tidak berbau, tidak berubah warna, dan tidak berasaa (rasa tetap), dan berbagai sifat yang bisa diukur dan ditangkap dengan Indera manusia.
Zaman berubah, keseteraan terhadap kertas-kertas yang mereka buat yang dicantumkan setara dengan logam-logam tersebut, telah berubah, setiap kertas-kertas, atau uang kertas yang ditersebut tidak dinyatakan setara dengan logam apapun juga saat ini. Sebagai gantinya setiap uang kertas yang diterbitkan dan dicetak oleh bank-bank sentral  setara dengan uang-uang kertas yang diproduksi oleh bank---bank sentral lain di dunia, dan dimasing-masing negara yang mempunyai bank sentral. Walaupun berbagai bank sentral masih menyimpan sejumlah logam mulia dalam bentuk emas, dan namun sebagian besar menyimpan surat hutang sebuah negara yang merupakan ekspetasi keuntungan yang dibayar pada masa depan, dan semuaya diubah menjadi uang yang diciptakan oleh bank sentral tersebut.
Uang yang tersedia tidak selalu dalam bentuk surat bank atau uang kertas. Kadang hanya sebagai catatan di buku Tabungan atau di slip Sertifikat Deposito yang diterbitkan oleh Bank. Sisanya adalah dalam bentuk catatan elektronik di dalam pembukuan sebuah bank. Bahwa setiap orang atau badan usaha memeliki sejumlah uang tertentu yang tersimpan pada sebuah bank dan dicatat secara elektronik atau dibukukan di atas kertas. Keadaan menjadi lebih rumit, bank-bank juga tidak menyimpan sejumlah uang kertas di dalam Gedung-gedung bank. Mereka biasanya meminjamkan sejumlah uang kepada nasabah mereka. Sementara yang lain adalah jaminan dari bank sentral atau bank lain bahwa mereka bisa mengakses sejumlah uang yang mereka butuhkan jika diperlukan dan dibayarkan oleh bank sentral atau bank lain kepada bank tersebut.
Saat ini (1 Mei 2024) satu Rupiah, mata uang Indonesia yang diterbitkan oleh Bank Indonesia setara dengan 0,000061 Dolar Amerika, atau 1 Dollar Amerika Serikat setara dengan 16.265,05 Rupiah. Begitu juga dengan Dollar Singapura  sama dengan 11.915,35 Rupiah, Yen Jepang  103,07 Rupiah. Nilai ini akan berubah tergantung waktu dan masa berlakuknya.
Masing-masing negara mempunyai pilihan  untuk menentukan berapa nilai tukar yang mereka inginkan terhadap mata uang negara-negara lain.  Sepintas hal tersebut ditentukan oleh Bank Sentral, dan namun disisi lain hal ini ditentukan oleh Pasar atau komunitas Internasional yang membutuhkan mata uang tersebut. Hal itu berlaku jika masing-masing negara menganut mata uang mengambang.
Ada juga negara-negara tertentu mematok mata uang mereka terhadap mata uang lain dengan harga tetap, syarat tersebut hanya bisa berlaku jika mereka punya simpanan Dollar yang cukup besar untuk memenuhi kebutuhan mereka menjaga kestabilan mata uang mereka, atau cukup banyak menyimpan surat utang Amerika untuk bisa ditukar kembali dengan mata uang mereka. Pada praktiknya sering sekali bank sentral sebuah negara menjaga kestabilan mata uang mereka kerepotan dan tidak mampu, bagaimanapun bank sentral harus menyediakan mata uang tertentu yang cukup banyak jika orang-orang ingin mengubah atau menukar mata uang negara mereka terhadap mata uang asing atau Dollar Amerika. Ketersediaan Dollar Amerika yang dimiliki bank sentral harus mencukupi untuk kebutuhan tersebut pada harga yang mereka tentukan.
Saat ini berbagai negara lebih suka menggunakan nilai tukar mengambang, Di mana ketersediaan mata uang asing dipenuhi oleh pasar internasional sesuai dengan kebutuahan transaksi keuangan, perdagangan, atau kebutuhanan investasi atau penyimpanan mata uang tertentu yang dilakukan setiap orang, lembaga, atau negara. Sehingga tidak heran setiap mata uang tersebut digunakan sebagai alat tukar barang juga digunakan sebagai komoditi atau diperdagangkan. Tidak heran berbagai bank-bank atau perusahaan-perusahaan yang bekerja dengan uang menjual dan membeli mata uang berbagai negara yang mereka punya.
Sebagai komoditi sebuah mata uang tentu mempunyai nilai jual dan nilai beli, terdapat selisih antara keduanya sebagai keuntungan dasar di dalam transaksi keuangan. Biasanya nilai beli berada di bawah nilai jual pada waktu yang berbeda, atau pelaku yang berbeda. Ketika saat transaksi antara nilai jual dan beli tentulah sama, namun Ketika mata uang tersebut dijual Kembali atau dibeli Kembali mempunyai nilai lebih tinggi atau lebih rendah dari pada awalnya.
Kerepotan terjadi Ketika nilai tukar tersebut berubah dengan cepat, dan tidak ada waktu cukup untuk melakukan penyesuaian. Hal ini terjadi karena diperlukan untuk transaksi internasional pada suatu masa, dimana masing-msaing negara memberlakukan mata uang mereka sebagai alat transaksi yang sah yang berlaku di negara tersebut harus dibayarkan dengan mata uang mereka. Di sisi lain ada mata-mata uang sebuah negara diterima sebagai alat pembayaran yang sah untuk transaksi bersifat khusus yang diterima oleh kedua belah pihak yang bertransaksi seperti Dollar Amerika, Yen Jepang, Euro, atau Yuan China. Ada juga pilihan-pilhan mata uang tertentu yang disepakati oleh dua negara atau orang-orang yang bertransaksi.
Oleh sebab adanya uang bertransaksi secara internasional dan diterima oleh banyak pihak, maka mata uang tersebut diperdagangkan dan pada umumnya juga disimpan sebagai cadangan keuangan untuk transaksi pada masa akan datang. Dari sekian banyak pilihan yang bisa dilakukan, banyak yang melakukan penyimpanan mata uang tertentu seperti Dollar Amerika karena kestabilan nilai tukar terhadap mata uang negara lain di dunia. Oleh sebab menjadi pilihan maka mata uang tersebut selalu meningkat dan selalu diterima ketika bertransaksi. Walaupun pada kenyataan uang tersebut tidak digunakan sama sekali untuk berbelanja barang, ketersediaan uang tersebut dipandang sebagai alat pengaman kekayaan, dan dapat digunakan untuk menambah dan menumpuk kekayaan. Sehingga sampai saat ini menyimpan Dollar Amerika merupakan pilihan yang popular saat ini.
Fluktuasi atau perubahan nilai sebuah mata uang sangat dipengaruhi oleh ekonomi sebuah negara. Hal tersbut diukur dari pertumbuhan ekonomi sebuah negara pada tahun atau kuartal sebelumnya. Jika pertumbuhan meningkat biasanya mata uang negara tersebut meningkat, karena ekspetasi keuntungan pada masa depan semakin tinggi di negara tersebut. Di disisi lain nilai tukar dipengaruhi oleh kondisi geopolitik yang terjadi saat itu. Hal ini lebih cenderung terjadi karena spekulasi. Orang-orang pada umumnya melakukan Langkah-langkah pengamanan keuangan yang mereka anggap penting untuk mengamankan kekayaan mereka. Jika nilai tukar mata uang meningkat, maka mata uang asal akan mengalami kerugian. Hal tersebut lah yang dihindari oleh banyak orang-orang yang mempunyai uang.
Spekulasi berlangsung secara singkat dan dalam rentang yang sempit. Bisa saja satu mata uang jatuh, dan mata uang yang lain menjadi lebih mahal dari pada sebelumnya. Sebagai contoh adalah Yen Jepang saat ini dan mata-mata uang lain di Asia Timur dan Selatan. Mereka pada umumnya mengalami penurunan sampai 12% dari awal April tahun ini (2024) yang lalu dan pada akhir April mengalmi penurunan 4 s.d 6% terhadap Dollar Amerika. Hal itu tentu saja membuat orang-orang yang membutuhkan transaksi dan harus membayar kewajiban keuangan mereka saat itu. Mereka harus mengeluarkan sejumlah uang yang lebih besar dari pada sebelumnya. Hal itu tentu saja mengakibatkan kerugian, karena kesempatan untuk melakukan penyesuaian harga tidak ada sama sekali pada saat itu. Lebih celaka lagi Bank Sentral melakukan intervensi menahan kenaikan sebuah mata uang di negara masing-masing. Hal hasil mata uang tersebut seperti pasang naik dan pasang surut, naik turun dalam waktu singkat, Â sehingga menambak resiko rugi dan menambah beban keuangan saat itu.
Penurunan mata uang dan rendahnya mata uang satu negara sebenarnya dinikmati dan disukai oleh suatu negara atau badan usaha. Bagaimanapun beban keuangan mereka secara spontah tampa usaha menjadi lebih ringan. Sekirannya sejak awal tahun terjadi penurunan 12 % terhadap Dollar Amerika, secara nilai buku pembayaran yang mereka lakukan terhadap beban-beban keuangan seperti pembayaran gaji, pajak, atau beban lain yang digunakan dalam bentuk rupiah atau mata uang satu negara akan berkurang 12%. Dalam arti setiap pembayaran gaji pegawai sebesar Rp. 10 juga rupiah, maka sejatinya mereka membayar Rp 8,8 juta rupiah dalam nilai sebenarnya. Walaupun dalam nominal tercatat tetap Rp 10 juta rupiah, jika diukur terhadap dollar Amerika sebesar $618.41 menjadi $ 541,03.
Keuntungan lain bagi ekonomi sebuah negara dan Perusahaan jika nilai tukar mata uang negar jatuh adalah kompetitif negara tersebut di pasar internasional meningkat. Setiap barang dan beban keuangan yang ditanggung oleh badan usaha menjadi lebih ringan. Sehingga produk-produk yang dijual bisa lebih murah bila diukur dengan mata uang asing. Penerapan diskont dalam sistem perdagangan bis diberlajukukan. Sehingga terjadi peningkatan transaksi jual beli, oleh sebab orang-orang tertarik pada harga murah saat itu dan tidak bisa dinikmati disetiap saat.
Namun semua hanya fatamorgana seat, bagaimanapun setiap sistem ekonomi di dunia akan melakukan penyesuaian. Di mana disetiap negara dan disetiap transaksi harga-harga barang akan mahal dan meningkat, termaksuk pajak, dan gaji yang harus dibayarkan dan beban ekonomi kembali ke posisi semula. Semua kembali kepada kestabilan yang baru, dan melakukan penyesuaian. Bagaimanapun setiap harga barang, dan jasa akan melintasi batas negara dan melintasi masa.
Bagi spekulan, dan bagi para pengambil keuntungan masa tenggat perubahan nilai ini yang dimanfaatkan. Dengan hitungan yang tepat, dan instiusi yang tinggi mereka bisa memperoleh keuntungan yang besar dalam waktu singkat. Fluiktuasi nilai tukar, tidak lebih, dari hanya kerugian bagi banyak orang yang cenderung terlelap, dan menganggap ekonomi itu tidak berubah, dan bola dunia tidak berputar.
oOo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H