Mohon tunggu...
Benny Dwika Leonanda
Benny Dwika Leonanda Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Universitas Andalas Padang

Insinyur STRI No.2.09.17.1.2.00000338 Associate Professor at Andalas University

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Kaya dan Kekayaan

27 Juni 2022   21:53 Diperbarui: 27 Juni 2022   22:01 273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siapa yang tidak ingin kaya? Orang-orang pasti menyatakan setiap orang ingin kaya. Namun kenyataan yang kita hadapi bahwa sedikit orang yang ingin kaya.  Sepuluh tahun, pada hari pertama kuliah di kelas tahun pertama di dalam kelas Saya. Saya bertanya." Siapa ingin kaya?". 

Kerlas itu kebetulan kelas hari pertama mahasiswa-mahasiswa kuliah, dan tidak tahu bagaimanan suasana kuliah di perguruan tinggi. Ketika mendapat pertanyaan aneh tersebut mereka tertegun, bingung. Ketika diajukan ulangan pertanyaan, "Apakah kalian ingin kaya? 

Tidak satupun di antara mereka yang sanggup menjawab pertanyaan tersebut, dengan menyatakan "Saya Pak", atau menggangkat tangan mereka, bahwa mereka berminat untuk jadi kaya. Tidak satupun. Ketika saya bertanya apa itu kaya, dan kekayaan merekapun ragu, dan tidak bisa menjawab. 

Di dalam pikiran mereka pasti kaya itu tidak lebih kepada punya mobil, kendaraan, gaya hidup mewah, dan berlebih segalanya di bandingkan orang lain. Semua tidak lebih dari itu. Padahal kaya itu sederhana, sangat jauh dari pikiran mereka.

Di manapun di dunia ini orang-orang kaya sangat sedikit, tidak lebih dari 1% dari populasi, dalam kondisi ekstrim orang kaya tidak lebih dari 1 per seribu atau 1 per sepuluh  ribu. Sangat sedikit orang kaya, dimanapun dipenjuru dunia. Sangat sedikit orang-orang yang dapat berkah untuk jadi kaya. 

Pertanyaan  adalah kenapa bisa demikian. Apakah Tuhan  tidak adil dalam memberi rizki kepada makhluk di permukaan bumi ini. Jawabannya tidak, Tuhan maha adil. Setiap orang  memperoleh waktu yang yang sama untuk mencari rizki, atau mendapatkan pahala adalah sama untuk setiap orang, 24 jam satu hari satu malam. Matahari, air, dan udara yang dihiruppun sama. Tidak berbeda dibandingkan setiap orang, Namun harta yang terkumpul pada masing-masing orang berbeda. Ini sebuah keajaiban yang harus dikupus dan diketahui.

Kata kunci dari kaya adalah memiliki kekayaan. Kekayaan dapat didefenisikan sebagai harta, harta yang terkumpul,  dan ditumpuk seseorang sebagai hak miliknya. Harta itu bisa ditumpuk dan ditumpuk. Jika harta tidak bisa ditumpuk atau dikumpul, maka hal itu bukanlah kekayaaan.  

Untuk dapat memahami harta, seseorang harus memahami konsep harta bahwa harta adalah benda yang bisa ditumpuk, dikumpulkan. Dalam ini harus dipahami bahwa harta tersebut harus berbentuk padat, karena hanya benda padat yang bisa ditumpuk, atau dikumpulkan tanpa menggunakan upaya apapun.

Kita harus membedakan antara kaya dan kekayaan dengan uang, dan mempunyai uang. Uang tidak memenuhi syarat untuk bisa kategorikan sebagai harta kekayaan, karena uang tidak dapat dikumpulkan atau ditumpuk. Jika tidak ditempatkan pada wadah tertentu, dan bentuk tertentu uang cenderung akan mencair, liquid. 

Sifat benda cair adalah melebar, dan menipis, sampai setipis-tipisnya dan kemudian habis. Demikianlah sifat uang. Ketika uang terkumpul di dalam dompet atau dikotak penyimpanan uang maka uang tersebut lambat laun akan menipis, dan akhir nya habis, karena dibayarkan dan dibelanjakan berbagai kebutuhan yang tidak jelas. 

Nah untuk  dapat mengumpulkan uang, uang tersebut harus dikemas, diikat, dan atau dibekukan di dalam  suatu wadah tertentu. Dengan demikian sifat cairnya akan berubah dan bisa ditumpuk. Posisi uang dalam hal ini hanyalah untuk memberi nilai terhadap kekayaan atau harta yang dikumpulkan. Bukan bagian yang dikumpulkan.

Bagaimana bisa dikatakan seseorang itu kaya, dan memiliki kekayaan? Untuk dapat dikatakan seseorang itu kaya, mereka memiliki barang-barang yang mempunyai nilai. Barang=barang yang bernilai berupa harta seperti rumah (bangunan), tanah, emas, atau bentuk-bentuk lain di nilai dengan uang.

Sifat lain dari harta kekayaans selain bisa ditumpuk adalah harta kekayaan tersebut mempunyai panambahan nilai searah dengan perjalanan waktu. Jika harta itu tidak mengalami penambahan nilai maka harta itu bukanlah kekayaan. Misal kendaraan bermotor, mobil, sepeda motor, atau mesin-mesin lainnya. Barang-barang tersebut mempunyai penurunan nilai berjalannya waktu. Maka harta tersebut bukanlah kelompok dari kekayaan.

Saham-saham atau surat berharga lainnya bukan juga dikategorikan sebagai kekayaan.  Walaupun mempunyai nilai dan bisa diukur dengan uang, saham-saham atau surat berharga bersifat volatile, mudah menguap, bersifat gas. Sehingga bentuk fisik tidak begitu jelas. NIla-nilai dari saham, surat-surat berharga bisa saja bertambah atau berkurang dengan sejalannya waktu, dan itu tidak stabil dan konsisten. Seseorang bisa saja mengalami kehilanan, dan bisa saja memporleh harta secara tiba-tiba.

Seseorang mempunyai harta kekayaan hanya bisa terjadi jika orang tersebut mengumpulkan harta. Tidak ada harta dating tiba-tiba, tidak ada harta karena rezeki nomplok. Tindakah curang, merampok, menipu,  atau korupsi tidak akan membuat orang mempunyai kekayaan. Setiap perbuatan curang, pada akhirnya tidak akan menyisakan harta sama sekali. 

Orang-orang pada bangkrut setelah melakukan perbuatan curang. Bahkan kadang harta-harta yang mereke peroleh sebelum berbuat curang, akan tergerus habis untuk menutupi perbuatannya. Ada nilai kemuliaan (karamah/keramat) dalam memiliki harta. Sebagai bukti orang-orang tersebut dekan dengan Tuhan.

Untuki dapat mengumpulkan harta seeorang harus menyisihkan sebagian rezki mereka yang diperoleh dari hasil berdagang, gaji, upah, bayaran atas kerja. Uang-uang yang diperoleh tersebut dipisahkan untuk kebutuhan dagang, konsumsi, atau keperluan lain, dan sisihannya ditempatkan pada tempat yang berbeda. 

Jumlah uang yang disisihkan itu harus cukup signifikan untuk dapat mengumpulkan harta. Jika yang sisisihkan sedikit makan uang yang terkumpul tentu butuh waktu yang lama. Dibutuhkan manajemen, dan target-target waktu tertentu untuk bisa mengumpulkan uang untuk harta kekayaan. 

Misal ditargetkan bisa mengumpulkan 5, 10, 20 juta setiap tahun , atau 100, 200, 500 juta setiap tahun terpisah dari kebutuhan uang lainnya. Setelah uang-uang tersebut terkumpul bisa dibekukan dalam bentuk deposito, reksadana mata uang, emas, rumah, tanah, atau bentuk harta kekayaanlainnya.

Mengumpulkan harta dilakukan biasanya dilakukan sedikit demi sedikit, lama-lama jadi bukit. Begitulah adagium berhubungan dengan cara mengumpulkan harta. 

Harta tidak akan bisa menggunung, hanya bisa membukit. Jika sudah terbentuk satu bukit, maka harus dipindah ke bukit lain yang lebih tinggi, dan lebih besar. 

Harta kekayaan tidak bisa menggunung, membentuk tumpukan besar harta kekayaan tiba-tiba. Hanya hutang yang bisa menggunung. Sehingga tidak heran ada adagium hutang seseorang menggunung.

Mengumpulkan harta kekayaan adalah pekerjaan antar generasi. Kebanyakan orang-orang tua tidak meninggalkan kekayaan kepada anak-anak mereka. 

Hal tersebut disebabkan selama hidup orang-orang tua tidak mempunyai niat untuk mengumpulkan kekayaan. Sebenarnya seberapa kecilpun penghasian seseorang dalam memperoleh uang, orang tersebut bisa mengumpulkan harta, dan diwariskan  kepada anaknya.  Orang-orang tua harus mengajarkan anak-anak mereka untuk berhemat. 

Bagaimanapun hemat pangkal kaya. Adagium ini benar sepenuhnya, dan dapat bekerja. Jika anak-anak terlatih dalam berhemat, maka mereka pun bisa mengumpulkan harta mereka sendiri sejak awal, dan meresakan manfaat bagi mereka pada masa akan dating. Pada akhirnya akan menyisakan harta, dan menambah harta peninggalan orang tuanya pada akhinrya.

Kita tahu, diberbagai negara terdapat orang-orang maha kaya. Mereka mempunyai kekaayaan tidak habis dalam tujuh generasi. Harta-harta mereka tersebut tentu saja hasil kerja antar tujuh generasi sebelumnya. Dengan kekayaan mereka bisa mengendalikan orang-orang. Orang-orang tersebut menambah kekayaan mereka. Mereka juga mengendalikan pemerintahaan suatu negara, dan negara tersebut bekerja untuk memperkaya diri mereka. Jadi dapat dikatakan kekayaan tersebut tidak datang secara mendadak, tiba-tiba seseorang kaya raya. Jika hal tersebut terjadi, berarti ada sesuatu yang tidak benar telah terjadi dalam diri orang tersebut.

Mungkin saja, sesorang mempunyai penghasilan atau gaji yang sangat besar, sebagai hasil usahanya untuk mencapai karir tersebut (tidak lepas dari kerja keras yang telah dilakukannya), jika orang itu tidak menyisihkan uang yang mereka hasilkan dan tidak ditumpuk kepada benda-benda atau barang berupa harta kekayaan, uang yang mereka hasilkan pada akhirnya hilang habis begitu saja, dan tidak akan bersisa.

oOo.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun