Mohon tunggu...
Baqum sw
Baqum sw Mohon Tunggu... Lainnya - Ruang santuy untuk berbagi catatan kehidupan

Baqum atau lebih kerennya Baq. Lahir di Sumedang 9 Februari 2001. Tumbuh dan belajar di Maluku. Saat ini belajar di Universitas Pattimura. Keep Santuy.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Hubungan Hutan dan Mahasiswa Jurusan Kehutanan Universitas Pattimura

18 Juli 2019   09:50 Diperbarui: 18 Juli 2019   10:00 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun yang menjadi persoalan kelas adalah tempat untuk memberikan teori bukan praktik di lapangan.  Mahasiswa kehutanan (Unpatti) realitanya banyak belajar dalam kelas untuk mendapatkan materi-materi tentang hutan, lingkungan, dan mata kuliah umum lainnya. Belajar di kelas memberikan pengaruh yang besar bagi mahasiswa dan ada juga pengaruh yang kurang baik kalau terlalu banyak belajar di dalam kelas. Menurut teori belajar dari Winkel, menurutnya belajar adalah aktivitas mental ataupun psikis yang baik di lingkungan dengan interaksi yang aktif. 

Selain itu menurut Winkel belajar juga harus menghasilkan perubahan yang secara langsung ataupun tidak langsung dalam pribadi yang melakukannya. Dari teori ini menimbulkan asumsi berpikir bahwa belajar dimanapun dan kapanpun bisa saja dan harus disertai dengan aktivitas mental dan interaksi di lingkungan belajar, belajar di kelas untuk mahasiswa kehutanan (Unpatti) sangatlah berdampak baik bagi kami seperti memberikan pemahaman tentang hutan, meningkatkan kerangka berpikir kritis terhadap masalah-masalah pada hutan dan mengetahui pola-pola hutan, semuanya belajar dari dalam kelas, tetapi tidak semuanya yang dipelajari di kelas bisa dipertanggungjawabkan diluar kelas.

            Terlalu lama di kelas juga memberikan pengaruh yang kurang baik bagi mahasiswa kehutanan (Unpatti) pasalnya kami kurang berinteraksi dengan hutan secara langsung dan untuk mahasiswa baru sampai saat ini belum pernah langsung turun ke hutan untuk mempelajarinya dan berinteraksi dengannya. Hal ini pasti membuat mahasiswa kehutanan (Unpatti) lambat dalam mengenal hutan tentunya jika nanti turun praktikum pasti akan kebingungan karena perbedaan kondisi yang ada sebelumnya dan setelah di hutan. Ada mahasiswa yang sudah mengenal hutan lebih dalam dari mahasiswa lain, dan ada juga mahasiswa yang sama sekali tidak mengenal hutan alasannya karena pengalaman dari masing-masing mahasiswa. Mahasiswa dari desa yang kehidupannya sangat berdampingan dengan hutan sudah pasti lebih handal dalam mengenal hutan sedangkan mahasiswa dari kota atau tempat yang relatif sangat jauh berdampingan dengan hutan pastinya paling kesulitan dan lambat dalam mengenal hutan dan hal ini menjadi realita di Jurusan Kehutanan (Unpatti), semuanya berbeda dengan alasan pengalaman. Maka tugas dari pendidikan adalah memberikan pengetahuan yang mampu dimengerti oleh perbedaan tersebut dengan cara memberikan teori dan praktikum dengan waktu yang seimbang sehingga materi-materi yang diberikan bisa dipertanggungjawabkan oleh mahasiswa dengan praktikum atau praktek lapangan, karena ada yang pernah berkata "Teori tanpa praktik adalah halusinasi" maka dari saya menawarkan solusi dengan nama one week teory, one week practice (1WT1WP) atau maknanya satu minggu teori di kelas dan satu minggu praktik di luar kelas.

            (1WT1WP) adalah sebuah kebijakan dimana kalau dipakai dalam sistem pendidikan di (Unpatti) maka praktik dan teori akan seimbang sudah tidak lagi tidak berimbang antara satu dan lain sehingga praktik sudah tidak lagi empat belas hari atau dua kali praktikum melainkan sudah 24 kali praktikum dalam setahun dengan hutan. Fungsi kebijakan ini tidak lain adalah untuk mempertanggungjawabkan teori yang kita pelajari di dalam kelas agar menutup kemungkinan untuk tidak lupa, tidak memahami, dan kebingungan ketika langsung berhadapan dengan hutan serta dengan kebijakan ini diharpkan dapat meningkatkan interaksi dengan hutan nantinya agar mahasiswa yang dari desa yang dekat dengan hutan dan yang jauh dari hutan juga dapat sama-sama memahami tentang hutan, alhasil kolaborasi nyata akan tercipta. Dan substansinya hubungan mahasiswa kehutanan dan hutan sudan semakin kuat tidak lagi tertutup karena kelas.

            Belajar di hutan atau dimana saja yang dapat menimbulkan aktivitas mental adalah suatu yang benar menurut teori belajar Winkel, hal itu menjadi salah satu kemampuan mahasiswa bahwa dengan interaksi dengan hutan secara rutin akan memberikan pengaruh terhadap mahasiswa kehutanan (Unpatti), dengan interaksi mahasiswa banyak melakukan hubungan satu sama lain dengan mahluk hidup yang ada. Hubungan tersebut pasti memberikan keuntungan seperti halnya mahasiswa mendapatkan pengetahuam dan disisi lain hutan dapat terjaga dan juga disisi lain mahluk hidup seperti satwa liar di hutan juga menjadi obyek pengamatan baru, semua itu dimulai dengan interaksi dan ini sangat berbeda jauh dengan di kelas dan bisa jadi materi yang disampaikan di kelas tidak digunakan saat praktikum karena sudah lupa sehingga hutan dan alam yang akan mengingatkan.

            Interaksi yang kuat dengan hutan memberikan mahasiswa kehutanan (Unpatti) mendapatkan ciri khas sebagai rimbawan dengan begitu mereka akan tahu bagaimana cara melindungi hutan, menanam pohon, dan mengetahui karakteristik vegetasi dan formasi hutan yang di Indonesia maupun dunia. Apa jadinya rimbawan kalau jarang interaksi dengan hutan. Takutnya masyarakat luar bertanya kepada mahasiswa kehutanan tentang hutan dan kami tidak bisa menjawabnya, sungguh diluar realita padahal itu adalah bidang kami. Kemudian interaksi disisi lain memberika penalaran kritis terhadap pemerintah dan pengusaha jika mereka mengadakan sesuatu yang dilarang di hutan sekaligus melaksanakan apa yang disebut sebagai agent of social control.

            Pendidikan juga termasuk dalam salah satu fungsi hutan artinya hutan bukan saja untuk digunakan sebagai sumber daya alam saja namun dia bisa menjadi sarana bagi terutama mahasiswa kehutanan (Unpatti) menuntut ilmu didalamya. Belajar di hutan juga memang benar salah satunya dapat meningkatkan interaksi mahasiswa kehutanan (Unpatti) dengan hutan, tetapi disisi lain juga ada kendala-kendala ketika belajar di hutan. Dilihat dari kondisi wilayah yang pas dan tempat yang ditentukan oleh dosen bahwa hutan Pendidikan untuk mahasiswa kehutanan (Unpatti) letaknya di luar Ambon. Jadi kendala dalam berinteraksi dengan hutan adalah butuh biaya yang banyak dan kondisi fisik yang kuat dan juga mobilisasi mahasiswa yang jumlahnya besar juga akan membuat sedikit kerepotan, akibatnya interaksi dengan hutan juga akan sulit.

Namun hal ini bukanlah masalah besar untuk kawasan hutan di Ambon juga masih tergolong lestari, kenapa tidak saja dijadikan obyek hutan di Ambon sebagai lahan atau tempat praktik nanti sebagai bentuk eksekusi dari teori. Bukankah dalam mencari ilmu kita harus berjuang.

            Inti dari kendala praktikum bukanlah biaya, jarak, dan sebagianya. Inti dari praktikum adalah seberapa besar mahasiswa ingin merealisasikan apa yang dia dapat waktu di kelas, seberapa besar dosen atau pendidik mau memberikan ilmu kepada mahasiswa dan seberapa besar hutan memberikan semuanya kepada mereka. Ada yang dekat kenapa harus yang jauh, dan yang jauh kenapa hanya dua kali dalam setahun. Dan kebijakan (1WP1WT) hadir untuk menyetarakan hal itu. Setiap ada kendala atau masalah pasti ada solusi, esensinya bagaimana mahasiswa itu mau untuk bertindak.

Penulisan ini menghasilkan kesimpulan bahwa hubungan hutan dan mahasiswa kehutanan Universitas Pattimura sangatlah kurang berinteraksi, hal ini diakibatkan karena mahasiswa kehutanan terlalu banyak belajar di kelas, dalam setahun atau dua semester mahasiswa hanya dua kali turun ke hutan dan hanya satu minggu mahasiswa di hutan artinya hanya empat belas hari saja mahasiswa kehutanan belajar di hutan dalam satu tahun sisanya banyak menghabiskan waktu untuk mempelajari materi di kelas. 

Maka dari itu sebuah kebijakan baru muncul yaitu dengan nama one week teory, one week practice (1WT1WP) atau maknanya satu minggu teori di kelas dan satu minggu praktik di luar kelas. (1WT1WP) adalah sebuah kebijakan dimana kalau dipakai dalam sistem pendidikan di (Unpatti) maka praktik dan teori akan seimbang sudah tidak lagi tidak berimbang antara satu dan lain sehingga praktik sudah tidak lagi empat belas hari atau dua kali praktikum melainkan sudah 24 kali praktikum dalam setahun dengan hutan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun