Mohon tunggu...
B Budi Windarto
B Budi Windarto Mohon Tunggu... Guru - Pensiunan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Lahir di Klaten 24 Agustus 1955,.Tamat SD 1967.Tamat SMP1970.Tamat SPG 1973.Tamat Akademi 1977

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hidup adalah Kristus, Mati adalah Keuntungan!

9 April 2022   09:15 Diperbarui: 9 April 2022   09:21 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Karena itu Yesus tidak tampil lagi di muka umum di antara orang-orang Yahudi. Yesus mengundurkan diri ke daerah dekat padang gurun, ke sebuah kota yang bernama Efraim. Bagai induk ayam yang melindungi anak-anaknya, Yesus tinggal bersama-sama murid-murid-Nya. Yesus mempersiapkan hati dan mental murid-murid-Nya. Padang gurun keganasan, kebuasan, keliaran, kekerasan hati yang mengubah manusia jadi serigala yang full pol kebencian kesadisan, kebengisan dan kekerasan siap menerkam dan mencabik-cabik tubuh-Nya dan mencerai beraikan murid-murid-Nya akan tergelar sepekan di depan.

Pada waktu itu hari raya Paskah orang Yahudi sudah dekat. Mirip Lebaran banyak orang Yahudi pada mudik ke Yerusalem untuk menyucikan diri sebelum Paskah itu. Aksi EmKaCe 154 mulai menyusup sana sini, bergerilya, menghasut, memanipulasi, menyebar hoaks. Lewat medsos, tagar #sateMKC merayap menuju puncak dalam jagat maya.Yerusalem mulai sumpeg dan pengap. Pergunjingan tentang kehadiran Yesus di "Lebaran" Yerusalem menjadi menu laris manis. 

Namun ada satu hal yang mereka lupakan. Semangat membunuh Yesus begitu kuat sehingga mereka tidak  memperhatikan kata-kata Kayafas pada penutup pernyataannya. Kayafas juga menyatakan bahwa Yesus mati untuk bangsa-bangsa, juga untuk mengumpulkan dan mempersatukan anak-anak Allah yang tercerai-berai. Apa maksudnya?

Kehidupan, kematian dan kebangkitan Yesus  berdampak luar biasa dahsyat bagi dunia. Meski murid-murid-Nya dan banyak pengikut-Nya dari zaman ke zaman disingkirkan, ditolak, dicerai-beraikan, dihambat, dikejar-kejar, ditangkap, diadili dalam pengadilan yang tidak adil, dipenjara, disiksa, dilumuri dan dipaksa menelan tinja, selamanya tidak akan pernah berhasil menyurutkan dan menghentikan pertumbuhan dan pertambahan kristianitas. Penderitaan dan penganiayaan karena nama Yesus justru semakin memurnikan imannya. Iman akan Yesus makin kokok berurat berakar. Nada dasar hidup kristianitas full syukur, sukacita, semangat, jadi berkat tidak jadi sumbang. Penderitaan dan kesukaran karena nama Yesus, sebagai orang kristiani tidak mampu menggoyang dan menggoncangkan hidup mereka. Bahkan melahirkan semboyan dahsyat "Bagiku hidup adalah Kristus, mati adalah keuntungan. Mati satu, tumbuh seribu!"

Begitukah kualitas kristianitas kita?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun