Manusia merdeka adalah mereka yang oleh kuasa Yesus Sang Kebenaran dimampukan menjadi sopir, pengemudi, pengendali dan tuan atas diri sendiri. Mereka tidak takluk dan diperbudak pada dan oleh hasrat jahat  sesat. "Orang yang berbuat dosa, adalah hamba dosa. Dan hamba tidak tetap tinggal dalam  rumah, tetapi anak tetap tinggal dalam rumah."
 Jika orang-orang Yahudi yang percaya kepada-Nya, menyebut diri keturunan Abraham, mereka mestinya mengerjakan pekerjaan yang dikerjakan oleh Abraham. Sebagaimana Yesus sebagai Anak juga  mengerjakan apa dilihat pada Bapa-Nya. Demikian halnya sebagai anak Abraham mereka harus seroh dengan Abraham. Abraham begitu merdeka, ketika Allah menghendaki Ishak anaknya dikurbankan. Abraham tetap dalam firman Allah. Abraham mentaati-Nya. Mengurbankan Ishak. Dengan demikian upaya  orang-orang Yahudi untuk  membunuh-Nya, pasti bukan karena perintah Allah. Karena Allah menghendaki penghormatan atas kehidupan. Allah melarang pembunuhan "Jangan membunuh!"  Mereka berupaya membunuh terdorong oleh kebencian dan kemarahan belaka. Yang  mereka kerjakan bertolak belakang dengan yang dikerjakan Abraham. Mereka bukan manusia merdeka.
Jikalau mereka mendaku Allah sebagai  Bapanya, tidak dapat tidak mereka  akan mengasihi Yesus juga "sebab Aku keluar dan datang dari Allah. Dan Aku datang bukan atas kehendak-Ku sendiri, melainkan Dialah yang mengutus Aku". Manusia merdeka adalah manusia seperti matahari yang penuh kasih menyinari baik mereka yang jahat maupun mereka yang baik. Seperti hujan yang setia menghujani semuanya, baik yang tahu berterimakasih maupun yang tidak tahu berterimakasih.
Maka ketika kejahatan, kebencian, kemarahan telah menguasai dan memperbudak manusia, itu menjadi pertanda utama bahwa "firman-Ku tidak beroleh tempat di dalam kamu". Â Manusia yang jahat, benci dan amarah adalah hamba-hamba dosa yang masih perlu dimerdekakan. Menjadi manusia merdeka bukanlah prestasi manusia, melainkan karunia Allah yang maha merdeka. Allah Sang Kebenaranlah yang memampukan manusia merdeka.
. Beramai-ramai berkaos hitam, bertuliskan "MANUSIA MERDEKA" di bagian depan memproklamasikan dan mendeklarasikan diri manusia merdeka, tidaklah dilarang. Sungguhkah seratus persen konsisten dan konsekuen dengan proklamasi dan deklarasinya? Tanpa berkaos hitam bertuliskan "MANUSIA MERDEKA", tanpa proklamasi dan deklarasi, Sadrakh, Mesakh, Abednego dan Abraham, manusia merdeka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H