Sungguhkah mereka mengenal Yesus? Bukankah Yesus-lah yang paling mengenal diri-Nya?  Oleh karena itu, waktu mengajar di Bait Allah, Yesus meluruskan sudut pandang mereka. Bahwa Ia datang bukan atas kehendak sendiri,  melainkan berdasar kehendak-Nya.  Yesus begitu mengenal Allah yang benar, karena datang dari pada-Nya. Dan Dialah yang mengutus-Nya. Dia, Allah yang benar itu  sesungguhnya tidak mereka kenal. Mereka sesat, telah dibutakan oleh kejahatan mereka. Mereka tidak tahu akan rahasia-rahasaia Allah. Tidak yakin akan ganjaran kesucian, tidak menghargai kemuliaan bagi jiwa yang mulia.
Mendengar pengajaran-Nya itu, mereka berusaha menangkap-Nya. Tetapi tidak ada seorangpun yang menyentuh Dia, sebab saat-Nya belum tiba.
Sudut pandang remeh temeh terkait ketakutan suami seorang diri pada malam hari itu sudah merepotkan, bahkan bisa jadi menjengkelkan hati istri. Sudut pandang orang Yahudi terhadap Yesus bukan lagi perkara kecil, remeh temeh. Sudut pandangnya terkait pilihan eksistensial, yang berdampak pada kekekalan. Yaitu bersatu dengan Allah, selamat surgawi ataukah terpisah dari Allah, derita nerakawi. Â
Pada masa kini, Yesus yang sama tetap menawarkan sudut pandang-Nya. Bahwa Allah yang benar, adalah Bapa yang begitu dikenal-Nya. Dia datang dari pada-Nya. Dia mewartakan kasih-Nya yang tanpa batas. Kepada siapapun tanpa syarat. Sudut pandang yang akan mampu mengubah dunia dari  dikuasai kebencian, kekerasan, permusuhan, kejahatan, kegelapan hati dan kematian, menjadi dunia yang warganya naik kelas kualitas hidupnya. Dikuasai cintakasih, kelembutan, persudaraan,kebaikan, pencerahan hati dan kehidupan.
Maukah menggunakan sudut pandang Yesus?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H