Mohon tunggu...
B Budi Windarto
B Budi Windarto Mohon Tunggu... Guru - Pensiunan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Lahir di Klaten 24 Agustus 1955,.Tamat SD 1967.Tamat SMP1970.Tamat SPG 1973.Tamat Akademi 1977

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Suami, Maukah Dipoliandri Istri?

25 Februari 2022   08:35 Diperbarui: 25 Februari 2022   08:40 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bacaan  Jumat 25 Februari 2022

Mrk 10:1 Dari situ Yesus berangkat ke daerah Yudea dan ke daerah seberang sungai Yordan dan di situpun orang banyak datang mengerumuni Dia; dan seperti biasa Ia mengajar mereka pula. 2 Maka datanglah orang-orang Farisi, dan untuk mencobai Yesus mereka bertanya kepada-Nya: "Apakah seorang suami diperbolehkan menceraikan isterinya?" 3 Tetapi jawab-Nya kepada mereka: "Apa perintah Musa kepada kamu?" 4 Jawab mereka: "Musa memberi izin untuk menceraikannya dengan membuat surat cerai." 5 Lalu kata Yesus kepada mereka: "Justru karena ketegaran hatimulah maka Musa menuliskan perintah ini untuk kamu. 6 Sebab pada awal dunia, Allah menjadikan mereka laki-laki dan perempuan, 7 sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, 8 sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. 9 Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia." 10 Ketika mereka sudah di rumah, murid-murid itu bertanya pula kepada Yesus tentang hal itu. 11 Lalu kata-Nya kepada mereka: "Barangsiapa menceraikan isterinya lalu kawin dengan perempuan lain, ia hidup dalam perzinahan terhadap isterinya itu. 12 Dan jika si isteri menceraikan suaminya dan kawin dengan laki-laki lain, ia berbuat zinah."

Renungan

Jika seseorang ditanya, bolehkah perceraian dilakukan? Sederet alasan pembenar akan dicari-cari untuk sebuah jawaban boleh atau tidak boleh. Namun bagi yang memaknai perkawinan sebagai persekutuan hidup bersama yang bersifat eksklusif, seorang laki-laki dengan seorang perempuan sebagai suami istri seumur hidupnya tidak pernah terlintas soal perceraian.

Bacaan Injil hari ini menarasikan tentang perceraian.  Sekali peristiwa Yesus berangkat ke daerah Yudea dan ke daerah seberang sungai Yordan. Di situ orang banyak datang mengerumuni Dia. Yesus mengajar mereka. Datanglah pula orang-orang Farisi kepada-Nya.

Jika orang banyak datang mengerumuni Yesus mau mendengarkan pengajaran-Nya. tidak demikianlah halnya dengan orang Farisi. Di mana pun dan kapan pun, kedatangan orang Farisidengan motivasi tidak benar. Mereka datang dengan niat jahat. Mengamat-amati, menjebak, mencobai, mencari-cari alasan untuk dapat menangkap dan melenyapkan-Nya. Mereka mencobai-Nya dengan bertanya: "Apakah seorang suami diperbolehkan menceraikan isterinya?"

Bisa jadi mereka mau membawa-Nya berhadapan dengan Herodes Antipas yang telah ditegur  Yohanes Pembabtis.  Tindakan Herodes Antipas, mengawini Herodias istri Filipus, saudaranya, dikatakan haram oleh Yohanes Pembabtis. Dan dampak tegurannya mengakibatkan kepalanya dipenggal. Mungkin saja orang Farisi ingin agar Yesus mengalami nasib seperti Yohanes Pembabtis di hadapan Herodes.

Terhadap pertanyaaan itu, Yesus tidak memberikan jawaban boleh atau tidak boleh., Jika Yesus menjawab "boleh" orang Farisi dapat menuduh-Nya sebagai pendukung orang yang berpaham boleh bercerai dengan alasan apapun juga. Berarti Yesus mensupport orang jadi  doyan kawin cerai. Namun jika menjawab "tidak boleh", mereka dapat menuduh-Nya sebagai berseberangan dengan Musa yang mengijinkan perceraian.

Maka Yesus bertanya balik: "Apa perintah Musa kepada kamu?" Mereka menjelaskan bahwa Musa memberi izin untuk menceraikan dengan membuat surat cerai.

Yesus menegaskan bahwa karena kekerasan hati merekalah, Musa menuliskan perintah itu. Demi menjaga kelangsungan hidup perempuan yang diceraikan itulah Musa memerintahkan untuk memberikan surat cerai. Bukan untuk menyetujui atau mengesahkan perceraian.  Melainkan untuk membuat wanita itu kembali merdeka. Karena begitu perempuan menikah, selamanya ia tergantung pada suaminya. Tanpa surat cerai, nasibnya akan digantung oleh suaminya. Kesempatan untuk menikah lagi dengan pria lain ditutup. Perzinahanlah yang terjadi.

Selanjutnya Yesus menegaskan prinsip dasar perkawinan seperti dinyatakan Taurat. Bahwa pada awal dunia, Allah menjadikan manusia. Laki-laki dan perempuan dijadikan-Nya mereka. Laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya. Sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu  apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun