Mohon tunggu...
B Budi Windarto
B Budi Windarto Mohon Tunggu... Guru - Pensiunan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Lahir di Klaten 24 Agustus 1955,.Tamat SD 1967.Tamat SMP1970.Tamat SPG 1973.Tamat Akademi 1977

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ngeli Tanpa Keli!

25 November 2021   07:48 Diperbarui: 25 November 2021   07:52 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Bacaan Kamis 25  November 2021

Luk 21:20 "Apabila kamu melihat Yerusalem dikepung oleh tentara-tentara, ketahuilah, bahwa keruntuhannya sudah dekat. 21 Pada waktu itu orang-orang yang berada di Yudea harus melarikan diri ke pegunungan, dan orang-orang yang berada di dalam kota harus mengungsi, dan orang-orang yang berada di pedusunan jangan masuk lagi ke dalam kota, 22 sebab itulah masa pembalasan di mana akan genap semua yang ada tertulis. 23 Celakalah ibu-ibu yang sedang hamil atau yang menyusukan bayi pada masa itu! Sebab akan datang kesesakan yang dahsyat atas seluruh negeri dan murka atas bangsa ini, 24 dan mereka akan tewas oleh mata pedang dan dibawa sebagai tawanan ke segala bangsa, dan Yerusalem akan diinjak-injak oleh bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, sampai genaplah zaman bangsa-bangsa itu." 

25 "Dan akan ada tanda-tanda pada matahari dan bulan dan bintang-bintang, dan di bumi bangsa-bangsa akan takut dan bingung menghadapi deru dan gelora laut. 26 Orang akan mati ketakutan karena kecemasan berhubung dengan segala apa yang menimpa bumi ini, sebab kuasa-kuasa langit akan goncang. 27 Pada waktu itu orang akan melihat Anak Manusia datang dalam awan dengan segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya. 28 Apabila semuanya itu mulai terjadi, bangkitlah dan angkatlah mukamu, sebab penyelamatanmu sudah dekat."

Renungan

Pada bulan Mei 1998, ada pendampingan rohani untuk siswa kelas 9 SMP menghadapi ujian akhir nasional. Rencana pendampingan mulai Rabu sore hingga Kamis siang. Sehari semalam. Namun pendampingan hari Kamis-nya dihentikan sebelum waktunya. Siswa dipulangkan. Presiden Soeharto dilengserkan.

Kerusuhan  Mei 1998 menorehkan peristiwa kelam dalam sejarah Indonesia. Kerusuhan yang dipicu oleh tewasnya empat mahasiswa Universitas Trisakti di Jakarta Barat ditembak aparat. Kerusuhan berbentuk penjarahan toko, pembakaran toko dan kendaraan, aparat tembaki penjarah, pemerkosaan terhadap etnis Tionghoa, ribuan tewas dan belasan orang hilang (Kompas.com) .

Ironis. Di hari tepat perayaan kenaikan Yesus ke sorga, Presiden Soeharto, sang penguasa tunggal puluhan tahun diturunkan. Tragis.

Bacaan Injil hari ini menarasikan runtuhnya Yerusalem. Kemegahan dan keindahan Yerusalem roboh, rusak, hancur, jatuh merosot ke bawah musnah punah. Kerusuhan meruntuhkan Yerusalem. Masa pembalasan di mana akan genap semua yang tertulis. Orang-orang yang berada di Yudea melarikan diri ke pegunungan, yang berada di dalam kota  mengungsi, yang berada di pedusunan tidak masuk lagi ke dalam kota. 

Kerusuhan yang mencelakakan ibu-ibu yang sedang hamil atau menyusui bayi. Kesesakan yang dahsyat menimpa atas seluruh negeri. Banyak orang akan tewas oleh mata pedang dan dibawa sebagai tawanan tersebar ke segala bangsa. Yerusalem, kota suci akan diinjak-injak oleh bangsa-bangsa kafir yang tidak mengenal Allah.  

Keruntuhan Yerusalem, simbolik rapuhnya bangun fisik keagamaan, kesalehan ritual tanpa kesalehan sosial. Intimitas relasi dengan Allah adalah fundasi bangunan relasional dengan sesama dan alam semesta. Dasar spiritual yang tak mudah goyah oleh keadaan yang senantiasa berubah-ubah. Tanpa fundasi kuat, orang akan mati ketakutan karena kecemasan berhubung dengan segala apa yang menimpa langit dan bumi ini. Takut manakala  ada tanda-tanda pada matahari, bulan dan bintang-bintang, kuasa-kuasa langit goncang.   Di bumi bangsa-bangsa pada  takut dan bingung menghadapi deru dan gelora laut.

Keruntuhan non fisik lebih meluluh-lantakkan dan mengerikan. Keruntuhan nilai-nilai rohani spiritual, cinta kasih dan solidaritas sosial memerosotkan kebersamaan, kemuliaan martabat dan  keluhuran hidup manusia. Mereka yang bertahan pada nilai-nilai spiritual di tengah gempuran arus-arus besar materialisme, hedonisme, konsumerisme, seksualisme, atheism praktis budaya kematian zaman ini, akan mengalami penyelenggaraan-Nya. 

Mereka yang "ngli tanpa kli", membangun dan menata hidup rohani dan sosial seturut kehendak-Nya, tidak tergoncang dan terombang-ambingkan perubahan apapun. Mereka "ikut" arus tanpa tenggelam, selamat dari angkatan yang jahat. Mereka keluar sebagai pemenang. Dikaruniai hadiah melihat Allah, berhadapan muka dengan muka.

"Pada waktu itu orang akan melihat Anak Manusia datang dalam awan dengan segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya. Apabila semuanya itu mulai terjadi, bangkitlah dan angkatlah mukamu, sebab penyelamatanmu sudah dekat."

Runtuhkah nilai-nilai rohani spiritual sosial budaya kehidupan dalam diri ini? "Klelep", tenggelamkah diri ini dalam arus zaman "manungsa ngedan", manusia menggila?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun