Orang-orang Yahudi pada nyinyir bersungut-sungut terhadap kebaikan Yesus dan keberiuntungan Zakheus. "Ia menumpang di rumah orang berdosa" Zakheus yang dianggap sebagai pendosa besar itu, tidak layak untuk disapa. Akan selalu ada orang yang "serik", iri hati tidak senang susah hati saat melihat keberuntungan liyan.
Kini Zakheus beda. Dulu pendosa, busuk dan jelek, kini berubah tabiatnya. Ia bertobat. Jadi baik. Di hadapan orang yang bersungut-sungut menghakiminya itu, Zakheus mendeklarasikan iman dan pertobatannya. Ia berdiri dihadapan Yesus Sang Hakim Sejati, yang justru tidak menghakiminya. "Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin ..
" Yesus yang begitu  "nyedulur" bersahabat dengan dirinya membuatnya berubah, sukacita. Sukacitanya diwujudkan dengan memberikan setengah hartanya kepada orang miskin. Jumlah dana solidaritas yang sangat besar pada zamannya. Harta kekayaannya yang melimpah tidak membuat hati dan hidupnya sukacita.
Jabatan Zakheus sebagai kepala pemungut cukai memang memberinya kesempatan berlaku corrupt, Â memeras untuk keuntungan sendiri. Zakheus sadar ia tidak bersih. Ada harta yang diperoleh dengan tidak jujur, curang, melanggar hukum dan keadilan. Zakheus terbuka, mengakui. Dengan sukarela ia mengggantinya. "Sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat."
Meski menurut kelahiran, Zakheus anak Abraham. Namun dengan berprofesi sebagai pemungut cukai, jadilah ia kafir. Orang-orang Yahudi menyingkirkannya dan berharap Yesus berlaku demikian juga.Â
Yesus memiliki paradigm beda. Yesus keluar dari kotak pemikiran mereka. Yesus - Â seperti dokter mendatangi orang sakit - "blusukan" Â sebagai dokter kemanusiaan mencari mereka yang menurut pandangan umum tidak layak dicari, seperti pemungut cukai, perempuan sundal, pezinah, pemabok dkk. Zakheus berubah. Sekarang dinyatakan sebagai orang "sehat". Hari ini Zakheus mengalami keselamatan, Â ia benar-benar anak Abraham. Semua mesti sukacita!
Bersungut-sungut tidak relakah diri ini  manakala ada penjahat bertobat?  Sungguhkah masa lalu, masa kini dan masa depan  diri ini benar-benar bersih? Sudahkah tengok ke dalam sebelum nyinyirin debu liyan yang melekat?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H