Bacaan Kamis 11 Â November 2021
Luk 17:20 Atas pertanyaan orang-orang Farisi, apabila Kerajaan Allah akan datang, Yesus menjawab, kata-Nya: "Kerajaan Allah datang tanpa tanda-tanda lahiriah, 21 juga orang tidak dapat mengatakan: Lihat, ia ada di sini atau ia ada di sana! Sebab sesungguhnya Kerajaan Allah ada di antara kamu." 22 Dan Ia berkata kepada murid-murid-Nya: "Akan datang waktunya kamu ingin melihat satu dari pada hari-hari Anak Manusia itu dan kamu tidak akan melihatnya. 23 Dan orang akan berkata kepadamu: Lihat, ia ada di sana; lihat, ia ada di sini! Jangan kamu pergi ke situ, jangan kamu ikut. 24 Sebab sama seperti kilat memancar dari ujung langit yang satu ke ujung langit yang lain, demikian pulalah kelak halnya Anak Manusia pada hari kedatangan-Nya. 25 Tetapi Ia harus menanggung banyak penderitaan dahulu dan ditolak oleh angkatan ini.
Renungan
Anthony de Mello SJ, dalam Burung Berkicau menceritakan seekor ikan laut yunior bertanya kepada seekor ikan lain yang lebih senior. "Dimanakah saya dapat menemukan laut? Saya sudah mencarinya di mana-mana, tetapi sia-sia saja!". Ikan yang lebih tua itu menjelaskan bahwa laut adalah tempatnya berenang sekarang ini. Ikan muda itu menyangkalnya "Ini hanya air saja! Yang kucari adalah laut". Dengan perasaan kecewa ia pergi mencarinya di tempat lain.
Bacaan Injil hari ini menarasikan pertanyaan yang tidak jauh berbeda. Orang-orang Farisi bertanya apabila Kerajaan Allah akan datang? Mereka seperti ikan yunior. Sudah di dalam laut masih mempertanyakan di mana laut itu. Yang dilihat ikan kecil itu hanyalah air.
Pertanyaan keliru itu muncul dari pemahaman yang keliru. Orang-orang Farisi menyangka bahwa kerajaan itu bersifat lahiriah politis duniawi. Kerajaan yang akan mengangkat bangsa Yahudi lebih tinggi di atas segala bangsa lain di bumi. Karena kerap mendengar kabar datangnya Kerajaan Allah, mereka tidak lagi sabar melihat pemandangan yang menakjubkan. Mereka ingin segera  melihat kerajaan yang lama dinantikannya.
Atas pertanyaan itu Yesus menegaskan"Kerajaan Allah datang tanpa tanda-tanda lahiriah, juga orang tidak dapat mengatakan: Lihat, ia ada di sini atau ia ada di sana! Sebab sesungguhnya Kerajaan Allah ada di antara kamu." Kerajaan Allah  tidak bersifat lahiriah duniawi. Tidak terkait dengan dunia politik yang penuh intrik.
Yesus memperbaiki kekeliruan pemahaman mereka mengenai kerajaan-Nya. Kerajaan Allah merupakan peristiwa relasional, di mana manusia gathuk, punya koneksi karib dengan Allah sesama dan dunia. Kerajaan kehidupan damai sejahtera sukacita.Â
Kerajaan di mana dalam Yesus, Allah disambut dan dikasihi, sesamanya terlebih yang kecil lemah miskin tersingkir dikasihi, alam semesta dirawat dan disayangi. Peristiwa relasional yang datang secara diam-diam, Â tanpa hingar-bingar, tanpa tanda-tanda lahiriah.Â
Tidak akan ada pendakuan  "Lihat, ia ada di sini atau ia ada di sana!" seakan di mana ada raja, di situ ada istananya. Atau seperti halnya manusia dengan tempat tinggalnya, sehingga dapat diketahui posisi keberadaan lokasi dan jauh dekat darinya.
Kerajaan Allah sebagai peristiwa relasional itu berdampak. Kerajaan Allah memiliki pengaruh rohani batiniah spiritual. Kuasa Kerajaan Allah memengaruhi menggugah jiwa dan hati nurani mereka yang menyambutnya. Kerajaan Allah mengubah hati dan kehidupan mereka. Kerajaan-Nya mengubah mereka yang semula arogan suka kekerasan, balas dendam  kebencian  menjadi rendah hati, toleran lemah lembut penuh kasih.
Dalam Yesus Nasaret, Kerajaan Allah semacam itu sedang dan sudah ada di hadapan orang-orang Farisi. Yang mereka dambakan dan cari-cari. sudah di depan hidung.Â
Dapat dilihat dengan matanya, didengar dengan telinganya, diraba dengan tangannya.  Mereka bagaikan  orang yang sedang dan sudah menghirup oksigen di kehidupan alam raya semesta namun  masih bertanya dimana oksigen, kapan datangnya?  Kelirulah  menanyakan sesuatu yang justru telah ada di tengah-tengah mereka sendiri.
Kerajaan Allah itu selalu  berhadapan dengan banyak perlawananan. Akan selalu ada kaum oposan. Kerajaan terang kebenaran kasih dan kehidupan akan ditentang mereka yang suka bernafas dalam lumpur kegelapan kesesatan kebencian  dan kematian. Akan ada penganiayaan, pembungkaman, pengejaran pemenjaraan ancaman dan kekerasan.Â
Akan tiba waktunya orang-rang benar tersingkir tersungkur dan tersangkur. Tetaplah bertahan, Yesus "jalan kebenaran dan kehdiupan" sudah mengalaminya. "Sebab sama seperti kilat memancar dari ujung langit yang satu ke ujung langit yang lain, demikian pulalah kelak halnya Anak Manusia pada hari kedatangan-Nya. Â Tetapi Ia harus menanggung banyak penderitaan dahulu dan ditolak oleh angkatan ini." Yesus harus berjalan menuju mahkota melalui salib.
Maka ketika tiba waktunya mengalami itu semua, jangan bertanya di mana laut, di mana oksigen, di mana Allah. Pada saat-Nya penghakiman Sang Kebenaran akan memporak-porandakan mereka yang jahat dan sesat. Â
Akan meluluh-lantakkan dan membinasakan semua yang prosetan. Mereka tidak akan  mampu menghindarinya, sebagaimana mereka tidak mampu menghindar dari cahaya kilat. Kuasa-Nya akan  menyelamatkan orang benar dari cengkeraman tangan penyesat, secepat cahaya kilat.
Dalam keadaan apa saja, di mana saja dan  kapan saja, berelasi dengan Tuhan, bertahan dalam kebenaran, berbuah kemuliaan! Siap, berani dan maukah selalu begitu?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H