Mohon tunggu...
B Budi Windarto
B Budi Windarto Mohon Tunggu... Guru - Pensiunan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Lahir di Klaten 24 Agustus 1955,.Tamat SD 1967.Tamat SMP1970.Tamat SPG 1973.Tamat Akademi 1977

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Akankah Bersikap Main-main Mempertaruhkan Keselamatan?

2 November 2021   10:57 Diperbarui: 2 November 2021   11:06 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bacaan Selasa 2  November 2021

Yoh 6:37 Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku, dan barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang. 38 Sebab Aku telah turun dari sorga bukan untuk melakukan kehendak-Ku, tetapi untuk melakukan kehendak Dia yang telah mengutus Aku. 39 Dan Inilah kehendak Dia yang telah mengutus Aku, yaitu supaya dari semua yang telah diberikan-Nya kepada-Ku jangan ada yang hilang, tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman. 40 Sebab inilah kehendak Bapa-Ku, yaitu supaya setiap orang, yang melihat Anak dan yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal, dan supaya Aku membangkitkannya pada akhir zaman."

Renungan

Sewaktu masih bocah, setiap tahun sekali ada tradisi nyadran. Tradisi ini dilakukan pada bulan Ruwah. Terdapat serangkaian kegiatan berkaitan  dengan ruwahan. Seperti "reresik" bersih-bersih makam, membakar dupa kemenyan, "nyekar"  mendoakan para leluhur, selamatan dan kenduri. Bahkan di desa saya, Juwiring Delanggu Klaten, bertempat tinggal keluarga besar dalang kondang Ki Anom Suroto, saat nyadran pasti ada pagelaran wayang kulit semalam suntuk di makam.

Sebagai bocah saat nyadran, hampir tiap hari pergi ke makam. Untuk melihat ahli waris yang silih berganti datang dari berbagai tempat menengok makam leluhur, mengirim doa untuk mereka. 

Utamanya saat  tahun 60-an, mereka yang nyekar pasti membakar dupa kemenyan. Oncor , obor dari batang bambu yang diisi minyak tanah, sehabis mereka gunakan untuk membakar dupa kemenyan, biasanya pada ditinggalkan. Nah sebagai bocah senang sekali mengambil dan membawa pulang oncor ini. Sisa minyak tanah bisa diambil dan digunakan untuk mengisi lampu "teplok", "senthir" dan  "ting". Jenis lampu tempo doeloe, saat listrik belum dikenal, listrik belum membunuh bulan.  

Gereja Katolik juga memiliki tradisi nyadran, mendoakan arwah para leluhur.  Setiap tanggal 2 November, secara khusus Gereja mengenangkan arwah orang beriman. Secara bersama, Gereja sedunia mendoakan para leluhur orang beriman yang telah meninggal dunia. Bacaan Injil hari ini dapat dijadikan permenungan tentang pilihan eksistensial yang harus diambil sebelum tiba saat-Nya.

Adalah keyakinan kristiani, bahwa siapapun hanya dapat menjadi Kristen karena telah dipilih oleh Yesus. Paulus menyebutnya dengan istilah "ditangkap" oleh Kristus. Oleh karya Roh Kudus mereka yang dipilih Kristus, menanggapi panggilan Allah untuk menjadi kristiani.

Memang awal mula kekristenan seseorang dapat lewat orang tua yang membabtiskannya sejak bayi. Atau lewat teman, pacar, tetangga, tempat kerja institusi kristiani. Atau lewat dunia medsos yang memuat konten kristiani. 

Namun yang hakiki, menjadi kristiani adalah karya Roh Ilahi. Jika Roh Kudus telah berkarya, menjamah dan menyentuh hati seseorang, dia tidak dapat lagi lepas dari kuasa-Nya. Roh Kudus akan mengubah hidup seseorang dengan seluruh paradigmanya menjadi baru, berbeda dengan sebelum mengenal-Nya. Roh Kudus memampukannya memanggil Allah "Abba" atau Bapa. Roh Kudus memampukannya mengaku dan menyembah Yesus itu Tuhan Penyelamat.  

Bagaimana gambaran "nasib" orang-orang kristiani?

Injil hari ini dapat dijadikan pijakan. Sesungguhnya menjadi kristiani itu sebagai "yang diberikan Bapa kepada-Ku,  akan datang kepada-Ku. Dan barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang". Mereka ini secara eksplisit diberi jaminan kepastian tidak akan dibuang. Mereka yang sungguh kristiani dijamin pasti diterima oleh Kristus..

Jaminan serupa ditegaskan-Nya  "Aku telah turun dari sorga bukan untuk melakukan kehendak-Ku, tetapi untuk melakukan kehendak Dia yang telah mengutus Aku. Dan Inilah kehendak Dia yang telah mengutus Aku, yaitu supaya dari semua yang telah diberikan-Nya kepada-Ku jangan ada yang hilang, tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman". Mereka yang menjadi kristiani telah menjadi bagian dari Yesus. Karena itu dengan pasti dijamin tidak akan ada yang hilang. Pasti  dibangkitkan pada akhir zaman.

Jaminan yang sama juga  diungkapkan dalam sabda  "supaya setiap orang, yang melihat Anak dan yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal, dan supaya Aku membangkitkannya pada akhir zaman." Mereka yang menjadi kristiani dipastikan memperoleh hidup kekal.  Hidup kekal adalah hidup bersama yang mahakekal. Hidup bersama Allah, hidup sorgawi.

Berdasar jaminan kepastian itu, bagi orang  kristiani, peristiwa kematian adalah peristiwa iman.  Dengan kematian, kehidupan tidak dilenyapkan melainkan diubah. Dengan mati, ia dibawa Kristus yang telah turun dari sorga, kembali bersatu dengan asal hidupnya, Bapa. Peristiwa kematian merupakan peristiwa pertemuan antara orang beriman secara personal face to face. Mereka yang mati dalam Kristus memandang Allah Bapa Putra dan Roh Kudus, dalam kemuliaan, hidup dalam kedamaian abadi. Mereka bagai benih bermutu tinggi, dikubur ditanam dalam tanah, hidup lagi. Sorga definitf, kekal abadi dialami.

Namun karena kerapuhan, banyak  orang kristiani sewaktu hidup jadi batu sandungan, tidak selaras dengan kehendak Allah.  Mereka yang meninggal dalam posisi ini mengakibatkan mereka bagai bercermin di kaca yang super bening. Mereka menemukan diri belum pantas dan layak mendekat dan bersatu dengan Allah. Kerahiman Allah yang tak terperikan memproses penyucian mereka, hingga pada saat-Nya menyatu dengan-Nya.

Sementara banyak lagi orang kristiani yang kini masih hidup namun keberadaan Kristus tidak terlihat berdampak. Bahkan hidupnya mengaburkan wajah Kristus. Hidupnya sama saja tiada bedanya dengan gaya hidup mereka yang tidak mengenal-Nya. Bersikap iri, benci, munafik, berperilaku malas "ndableg", "mbejujag" ngawur, bertutur kata kasar, "nylekit" sinis, bertindak jahat, koruptif, manipulatif dan diskriminatif. 

Mereka tetap nekat hidup tidak berkenan pada Allah, tidak bertobat, akhir hidupnya bagai biji tak berkualitas akan hilang lenyap busuk habis ditelan bumi. Mereka telah memilih berada diluar dari lingkaran kebersamaan dengan Allah. Inilah neraka, kematian kekal, terpisah definitif dengan Allah, Asal dan Tujuan hidupnya.  

Manakah pilihan eksistensial yang mau diambil, sorga ataukah neraka? Maukah mempertimbangkan jaminan dan kepastian keselamatan yang Kristus berikan sebagai pertimbangan pilihan eksistensial? Akankah tetap bersikap main-main mempertaruhkan keselamatan kehidupan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun