Bacaan  Sabtu,  25 September 2021
Luk 9:19 Suatu ketika Yesus bertanya kepada murid-murid-Nya :"Kata orang banyak, siapakah Aku ini?" Jawab mereka: "Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia, ada pula yang mengatakan, bahwa seorang dari nabi-nabi dahulu telah bangkit." 20 Yesus bertanya kepada mereka: "Menurut kamu, siapakah Aku ini?" Jawab Petrus: "Mesias dari Allah." 21 Lalu Yesus melarang mereka dengan keras, supaya mereka jangan memberitahukan hal itu kepada siapapun. 22 Dan Yesus berkata: "Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga."
Renungan
 Kapan Indonesia akan mengalami "gemah ripah loh jinawi tata tentrem kerta raharja?" Kapan ibu pertiwi mencapai keadaan ideal berkelimpahan kekayaan alam, dengan ekonomi yang sangat baik, merata adil dan makmur merata sekaligus berkeadilan aman tenteram damai sejahtera sentosa sukacita bahagia minim gejolak anarkisme dan kekerasan? Kapan Indonesia mengamalami zaman keemasan dan kejayaan?
Rasanya narasi zaman kejayaan Indonesia seperti itu mulai lenyap dari narasi bangsa ini sesudah reformasi. Sebelum reformasi, narasi kejayaan Indonesia lewat  dunia pendidikan berulang kali dikemukakan. Jika Sriwijaya mengalamai zaman keemasan pada abad ke VII, Majapahit mengalamai kejayaan abad XIV, maka diprediksikan Indonesia akan mengulang "gemah ripah loh jinawi tata tentrem kerta raharja" Sriwijaya dan Majapahit pada abad XXI. Narasi yang memberikan harapan gairah dan semangat untuk bersama-sama bahu membahu meraihnya, meredup oleh narasi sektarian separatis yang memecah belah mengadu domba anak bangsa.
Bacaan Injil hari ini menarasikan jalan kekristenan sebagai jalan salib. Kenyataan jalan kekeristenan ini laras dengan  ungkapan Jawa  "jer basuki mawa bea" , keselamatan kehidupan itu ada di balik kesukaran perjuangan, tantangan dan penolakan. Mengikuti Yesus ada harga yang harus dibayar. Mengikuti Yesus akan selalu mengalami seperti telah Yesus alami. Ditolak, disingkiran, diancam, dianiaya, ditangkap, dipenjara, "dipopoki tai" dan dibunuh. "Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga."
Untuk dapat memiliki kualitas kemuridan seperti itu, setia dan tetap bertahan ketika berhadapan dengan salib kehidupan, para murid-Nya mesti memiliki relasi intim dengan-Nya. Yesus bertanya kepada murid-murid-Nya :"Kata orang banyak, siapakah Aku ini?" Jawab mereka: "Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia, ada pula yang mengatakan, bahwa seorang dari nabi-nabi dahulu telah bangkit." Mereka yang bukan murid-Nya punya gambaran macam-macam, berbeda satu sama lain. Orang banyak mengenal Yesus sebagai tokoh masa lalu, Â telah mati dan telah bangkit.
Relasi murid-murid-Nya mesti berbeda dengan relasi banyak orang umum dengan-Nya.  Yesus bertanya kepada mereka: "Menurut kamu, siapakah Aku ini?" Jawab Petrus: "Mesias dari Allah." Mewakili murid lainnya, Petrus mengaku Yesus adalah Mesias dari Allah. Yesus bukan tokoh masa lalu yang bangkit. Yesus adalah Dia yang hidup kini di sini, selalu aktual menzaman. Yesus adalah Dia yang terurapi, yang datang dari Allah. Yesus adalah Dia yang asal usul-Nya dari keabadian. Yesus adalah Dia yang  bukan dari dunia ini sekalipun ada di dunia. Yesus adalah Dia yang datang dari atas, bukan dari bawah.
Pengenalan yang demikian sejatinya merupakan karunia belaka. Hanya Allah yang memampukan murid-murid-Nya mengaku Yesus begitu. Mengikuti Yesus, menjadi kristiani adalah hadiah dari Allah. Menjadi kristiani adalah panggilan dan pilihan Allah agar  seperti Yesus, mereka menjadi berkah. Ungkapan "Berkah dalem!", Tuhan memberkati, begitu khas dalam jagat kekristenan, menjadi merek  keunggulan dan kualitas kehidupan yang mesti selalu  diwujudkan dalam keseharian.
Maka wajar jika mereka yang berasal dari bawah, bersemangat rendah, dirasuki gairah hina, cenderung memilih yang  salah, kesetanan, bersikap antipati dan menolak mereka yang memilih hidup  luhur, mulia, kudus, benar, selamat, sebagai konsekuensi jalan kekristenan. Jalan kekristenan selalu diliputi "penderitaan dan penolakan oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh" . Begitulah hakekat jalan Yesus, jalan salib kehidupan.  Orang Kristen yang menderita dan ditolak karena kekristenannya, karena nama Yesus Kristus tidak mau diajak kongkalingkong, "slinthat-slinthut sluman-slumun slamet"  memang begitulah semestinya. Salib adalah bagian hidup kekristenan yang diterima dengan sukacita.. Dan sebagaimana Yesus dibangkitkan pada hari ketiga, demikian halnya setiap pengikut-Nya  yang bertahan sampai pada kesudahannya, mengalami dibangkitkan pula.  Selalu tepat saat, tak terduga, ada Paskah, campur tangan Allah di balik skenario matang pembunuhan di salib Golgota. Terang fajar kebenaran kehidupan, melenyapkan dan mengalahkan kegelapan penyesatan kematian adalah hukum baja kekristenan.
Kini di sini  Yesus bertanya "Menurut kamu siapakah Aku?", apa jawaban pribadi Anda? Sungguhkah berdampak jawaban itu dalam keseharian? Sungguhkah sukacita saat mengalami salib kekristenan? Sejatikah sukacita hati mereka yang alergi, antipati dan menolak kekristenan?
Yang bertahan mengalami salib kehidupan , hidup benar sebagai manusia benar dengan Allah benar yang esa, kuasa dan kasih-Nya tanpa batas. Hidup penuh syukur,  sukacita,  semangat,  jadi berkat, pada saat untung dan malang, suka dan duka, sehat maupun sakit.  Ini  misteri. .
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H